Sabtu, 28 September 2013

Yesus Tak Melarang Bersumpah !

Yesus Tak Melarang Bersumpah

Dalam penyelidikan kanonik di paroki, kami berdua diminta untuk bersumpah. Saya yang beragama Katolik diharuskan bersumpah. Sementara pacar saya yang beragama Kristen menolak bersumpah, sehingga dia hanya berjanji saja. Pacar saya mengatakan bahwa Yesus melarang murid-murid-Nya bersumpah (Mat 5:34-35). Lalu, mengapa orang Katolik melanggar perintah Yesus?
Maria Magdalena Mariyanti, Magetan

Pertama, kita perlu mencermati dan menafsirkan dengan baik teks Mat 5, bukan hanya ayat 34-35, melainkan juga ayat 36-37, “Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, atau pun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar; janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun. Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.”

Perluasan kutipan ini memberikan fokus penafsiran yang jelas, yaitu bahwa fokus ajaran Yesus bukanlah pada soal boleh bersumpah atau tidak, melainkan
soal ketulusan atau kesederhanaan (Latin: simplicitas) kita. Artinya, ya kita berarti ya, dan tidak kita berarti tidak, seperti yang dikatakan dalam ayat 37.

Kedua, dengan memperhatikan fokus ajaran yang hendak disampaikan Yesus, maka harus ditafsirkan bahwa ayat 34-35 hanyalah contoh untuk memperjelas fokus ajaran. Yesus melarang kita berkata berputar-putar (Jawa: mencla-mencle), sehingga untuk mendapatkan kebenaran yang sesungguhnya, orang harus bersumpah. Rasul Yakobus mengulangi ajaran yang sama (Yak 5:12).
Jadi, Yesus sebenarnya tidak bermaksud melarang bersumpah.

Sikap Yesus yang tidak melarang bersumpah ini secara implisit bisa dilihat pada Mat 23:16-22. Jika Yesus memang benar melarang bersumpah, maka Dia akan mengatakan secara singkat dan tegas agar jangan bersumpah. Contoh-contoh pada ayat 19-22 menunjukkan bahwa Yesus tidak melarang bersumpah, tetapi meminta kesadaran dan keseriusan tentang sumpah.

Ketiga, gaya bahasa Yesus dalam mengajar perlu dimengerti dengan baik agar kita tidak salah menafsirkan. Jika mencermati ajaran-Nya tentang cara berdoa, Yesus menganjurkan kita masuk ke kamar (Mat 5:6). Fokus ajaran Yesus ialah mengecam kemunafikan orang Farisi, bukan soal berdoa di depan umum. Demikian pula ajaran tentang memberikan pipi kiri, jika ditampar pipi kanan (Mat 5:38). Fokus ajaran Yesus ialah jangan membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi balaslah kejahatan dengan kebaikan untuk memutuskan rantai kejahatan. Juga tentang mengudungkan tangan atau mencungkil mata
(Mat 5:29-30), Yesus meminta kesigapan kita untuk secara tegas mengambil sikap terhadap sumber-sumber dosa. Dalam semua contoh ini, kita perlu menemukan fokus ajaran Yesus.

Keempat, jika bersumpah diartikan memanggil Allah sebagai saksi, kita mempunyai beberapa contoh dari ungkapan-ungkapan Yesus dan Paulus tentang praktik ini. Sumpah diberikan bukan karena kita tidak bisa dipercaya, melainkan karena pihak lain yang tidak percaya. Memang dalam teks-teks ini tidak digunakan kata “sumpah”.

Ketika menjelaskan jati diri dan membela pekerjaan yang Dia lakukan, Yesus menghadirkan Allah sebagai saksi-Nya: “Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku. Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku.” (Yoh 5:36-37)

Dalam 2 Kor 1:18, Paulus menghadirkan Allah sebagai saksinya: “Tetapi aku memanggil Allah sebagai saksiku - Ia mengenal aku - bahwa sebabnya aku tidak datang ke Korintus ialah untuk menyayangkan kamu.” Sekali lagi, 1 Tes 2:5, “Karena kami tidak pernah bermulut manis - hal itu kamu ketahui- dan tidak pernah mempunyai maksud loba yang tersembunyi - Allah adalah saksi ...” (Bdk. 1 Kor 11: 11. 30-31).

Pastor Dr Petrus Maria Handoko CM
Sumber : http://www.hidupkatolik.com/, Senin, 9 September 2013 15:27 WIB.

KISAH NYATA ANAK DURHAKA DARI SINGAPURA.



Sebuah Kisah Nyata dari Negeri tetangga Singapura beberapa dekade lalu yang cukup menghebohkan hingga Perdana Menteri saat itu, Lee Kwan Yew senior turun tangan dan mengeluarkan dekrit tentang orang lansia di Singapura.

Dikisahkan ada orang kaya raya di sana mantan Pengusaha sukses yang mengundurkan diri dari dinia bisnis ketika istrinya meninggal dunia. Jadilah ia single parent yang berusaha membesarkan dan mendidik dengan baik anak laki-laki satu-satunya hingga mampu mandiri dan menjadi seorang Sarjana.

Kemudian setelah anak tunggalnya tersebut menikah, ia minta ijin kepada ayahnya untuk tinggal bersama di Apartemen Ayahnya yang mewah dan besar. Dan ayahnya pun dengan senang hati mengijinkan anak menantunya tinggal bersama-sama dengannya. Terbayang dibenak orangtua tersebut bahwa apartemen nya yang luas dan mewah tersebut tidak akan sepi, terlebih jika ia mempunya cucu. Betapa bahagianya hati bapak tersebut bisa berkumpul dan membagi kebahagiaan dengan anak dan menantunya.

Pada mulanya terjadi komunikasi yang sangat baik antara Ayah-Anak-Menantu yang membuat Ayahnya yang sangat mencintai anak tunggalnya itu tersebut tanpa sedikitpun ragu-ragu mewariskankan seluruh harta kekayaan termasuk apartment yang mereka tinggali, dibaliknamakan ke anaknya itu melalui Notaris terkenal di sana.

Tahun-tahun berlalu, seperti biasa, masalah klasik dalam rumah tangga, jika anak menantu tinggal seatap dengan orang tua, entah sebab mengapa akhirnya pada suatu hari mereka bertengkar hebat yang pada akhirnya, anaknya tega mengusir sang Ayah keluar dari apartment mereka yang ia warisi dari Ayahnya.

Karena seluruh hartanya, Apartemen, Saham, Deposito, Emas dan uang tunai sudah diberikan kepada anaknya, maka mulai hari itu dia menjadi pengemis di Orchard Rd. Bayangkan, orang kaya mantan pebisnis yang cukup terkenal di Singapura tersebut, tiba-tiba menjadi pengemis!

Suatu hari, tanpa disengaja melintas mantan teman bisnisnya dulu dan memberikan sedekah, dia langsung mengenali si ayah ini dan menanyakan kepadanya, apakah ia teman bisnisnya dulu. Tentu saja, si ayah malu danmenjawab bukan, mungkin Anda salah orang, katanya. Akan tetapi temannya curiga dan yakin, bahwa orang tua yang mengemis di Orchad Road itu adalah temannya yang sudah beberapa lama tidak ada kabar beritanya. Kemudian, temannya ini mengabarkan hal ini kepada teman-temannya yang lain, dan mereka akhirnya bersama-sama mendatangi orang tersebut. Semua mantan sahabat karibnya tersebut langsung yakin bahwa pengemis tua itu adalah Mantan pebisnis kaya yang dulu mereka kenal.

Dihadapan para sahabatnya, si ayah dengan menangis tersedu-sedu, menceritakan semua kejadian yang sudah dialaminya. Maka, terjadilah kegemparan di sana, karena semua orangtua di sana merasa sangat marah terhadap anak yang sangat tidak bermoral itu.

Kegemparan berita tersebut akhirnya terdengar sampai ke telinga PM Lee Kwan Yew Senior.


PM Lee sangat marah dan langsung memanggil anak dan menantu durhaka tersebut. Mereka dimaki-maki dan dimarahi habis-habisan oleh PM Lee dan PM Lee mengatakan "Sungguh sangat memalukan bahwa di Singapura ada anak durhaka seperti kalian" .

Lalu PM Lee memanggil sang Notaris dan saat itu juga surat warisan itu dibatalkan demi hukum! Dan surat warisan yang sudah baliknama ke atas nama anaknya tersebut disobek-sobek oleh PM Lee. Sehingga semua harta milik yang sudah diwariskan tersebut kembali ke atas nama Ayahnya, bahkan sejal saat itu anak menantu itu dilarang masuk ke Apartment ayahnya.

Mr Lee Kwan Yew ini ternyata terkenal sebagai orang yang sangat berbakti kepada orangtuanya dan menghargai para lanjut usia (lansia). Sehingga, agar kejadian serupa tidak terulang lagi, Mr Lee mengeluarkan Kebijakan / Dekrit yaitu "Larangan kepada para orangtua untuk tidak mengwariskan harta bendanya kepada siapapun sebelum mereka meninggal. Kemudian, agar para lansia itu tetap dihormati dan dihargai hingga akhir hayatnya, maka dia buat Kebijakan berupa Dekrit lagi, yaitu agar semua Perusahaan Negara dan swasta di Singapura memberi pekerjaan kepada para lansia. Agar para lansia ini tidak tergantung kepada anak menantunya dan mempunyai penghasilan sendiri dan mereka sangat bangga bisa memberi angpao kepada cucu-cucunya dari hasil keringat mereka sendiri selama 1 tahun bekerja.

Anda tidak perlu heran jika Anda pergi ke Toilet di Changi Airport, Mall, Restaurant, Petugas cleaning service adalah para lansia. Jadi selain para lansia itu juga bahagia karena di usia tua mereka masih bisa bekerja, juga mereka bisa bersosialisasi dan sehat karena banyak bergerak. Satu lagi sebagaimana di negeri maju lainnya, PM Lee juga memberikan pendidikan sosial yang sangat bagus buat anak-anak dan remaja di sana, bahwa pekerjaan membersihkan toilet, meja makan diresto dsbnya itu bukan pekerjaan hina, sehingga anak-anak tsb dari kecil diajarkan untuk tahu menghargai orang yang lebih tua, siapapun mereka dan apapun profesinya.

Sebaliknya, Anak di sana dididik menjadi bijak dan terus memelihara rasa hormat dan sayang kepada orangtuanya, apapun kondisi orangtuanya.

Meskipun orangtua mereka sudah tidak sanggup duduk atau berdiri,atau mungkin sudah selamanya terbaring diatas tempat tidur, mereka harus tetap menghormatinya dengan cara merawatnya.

Mereka, warganegara Singapura seolah diingatkan oleh PM Lee agar selalu mengenang saat mereka masih balita, orangtua merekalah yang membersihkan tubuh mereka dari semua bentuk kotoran, juga yang memberi makan dan kadang menyuapinya dengan tangan mereka sendiri, dan menggendongnya kala mereka menangis meski dini hari dan merawatnya ketika mereka sakit.

Bagaimana dengan kita di Indonesia ?


Senin, 16 September 2013

Mengenal Zakharia, Pendeta Suci Yahudi Bapa dari Santo Yohanes Pembaptis.

File: Holy Cross Monastery di Yerusalem. Lukisan Georgia 01.JPG
Zakharia dan St Yohanes Pembaptis. 
Sebuah lukisan abad pertengahan Georgia dari Yerusalem.

Zakharia (Ζαχαρίας dalam bahasa Yunani, Zacharias di KJV , Zachary di Douay Rheims-Alkitab ) adalah tokoh dalam Alkitab dan Quran . Dalam Alkitab, dia adalah ayah dari Yohanes Pembaptis, seorang imam dari bani Harun dari suku Lewi, seorang nabi dalam Lukas 1:67-79, dan suami dari Elisabeth yang merupakan sepupu Maria , ibu Yesus.

Dalam Al-Qur'an , Zakharia ( Arab : زكريا; Zakaria) memainkan peran yang sama sebagai ayah dari Yohanes Pembaptis dan peringkat dia sebagai seorang nabi bersama John dan Yesus dan perannya sebagai salah satu manusia Allah sering dirujuk dalam ayat Al-Qur'an.

Menurut Injil Lukas, pada masa pemerintahan Raja Herodes , ada "seorang imam tertentu yang bernama Zakharia, jalannya Abia ", yang istrinya Elisabeth juga dari keluarga imam Harun . Para penginjil menyatakan bahwa kedua orang tua yang benar di hadapan Allah, karena mereka "tidak bersalah" dalam mengamati perintah dan ketetapan Tuhan. Ketika peristiwa terkait dalam Lukas dimulai, pernikahan mereka masih punya anak, karena Elisabeth mandul dan mereka berdua sangat tua ( Lukas 1:5-7 ).

Tugas di bait suci di Yerusalem berganti-ganti antara masing-masing garis keluarga yang telah turun dari yang ditunjuk oleh raja Daud ( 1 Tawarikh 24:1-19 ).  Lukas menyatakan bahwa selama seminggu ketika itu tugas keluarga Zakharia line untuk melayani di "bait Tuhan", banyak untuk melakukan pembakaran ukupan telah jatuh ke Zakharia ( Lukas 1:8-11 ). Injil Lukas menyatakan bahwa sementara Zakharia melayani di altar dupa, seorang malaikat Tuhan muncul dan mengumumkan kepadanya bahwa istrinya akan melahirkan seorang putra, siapa dia menyebutkan Yohanes, dan bahwa anak ini akan menjadi cikal bakal dari Tuhan ( Lukas 1:12-17 ). Mengutip usia lanjut mereka, Zakharia meminta dengan percaya untuk tanda dimana dia akan mengetahui kebenaran nubuatan ini. Dalam jawabannya, malaikat mengidentifikasi dirinya sebagai Gabriel , dikirim khusus oleh Allah untuk membuat pengumuman ini, dan menambahkan bahwa karena keraguan Zakharia dia akan bisu dan "tidak dapat berbicara, sampai hari bahwa hal-hal ini harus dilakukan". Akibatnya, ketika ia pergi ke jamaah menunggu di pengadilan luar kuil, ia tidak mampu berbicara berkat adat ( Lukas 1:18-22 ).

Setelah kembali ke rumahnya di "Hebron, di pegunungan Yehuda", istrinya Elisabeth dikandung. Setelah Elisabeth selesai bulan kelima kehamilannya, sepupunya Maria dikunjungi oleh malaikat Gabriel , dibayangi oleh Roh Kudus dan - meskipun masih perawan - menjadi hamil dengan Yesus. Mary kemudian melanjutkan perjalanan untuk mengunjungi sepupunya Elisabeth, setelah diberitahu oleh malaikat bahwa Elisabeth adalah bulan keenam kehamilan Maria tetap sekitar tiga bulan sebelum dia kembali ke rumahnya sendiri ( Lukas 1:23-45, 56 ).

Berkas:Cappella Tornabuoni, Zacharias Writes Down the Name of his Son 02.jpg
Lukisan Domenico Ghirlandaio's fresco,
 yang mengambarkan Zakharia menuliskan nama anaknya pada batu tulis.

Elisabeth melahirkan, dan pada hari kedelapan, ketika anak mereka adalah untuk menjadi disunat menurut hukum Taurat, sepupu dan tetangga diasumsikan bahwa ia diberi nama setelah ayahnya. Elisabeth, bagaimanapun, bersikeras bahwa namanya menjadi John, maka keluarga kemudian mempertanyakan suaminya. Begitu Zakharia telah menulis di atas meja menulis: "Namanya adalah Yohanes", ia kembali kemampuan berbicara, dan diberkati "TUHAN, Allah Israel" dengan nubuatan dikenal beberapa sebagai Benedictus ( Lukas 1:57-79 ). Anak itu tumbuh dan "menjadi kuat", tetapi tetap di padang pasir Yudea sampai ia diasumsikan kementerian itu adalah untuk mendapatkan dia nama " Yohanes Pembaptis "( Lukas 1:80, Lukas 3:2-3, Matius 03:01 ).


Zakharia Dalam Tradisi Kristiani. 

Origenes menyarankan bahwa Zakharia disebutkan dalam Matius 23:35 sebagai telah dibunuh di antara Bait dan mezbah mungkin ayah dari Yohanes Pembaptis. Ortodoks tradisi Kristen menceritakan bahwa, pada saat pembantaian Innocents , ketika Raja Herodes memerintahkan pembantaian semua laki-laki di bawah usia dua dalam upaya untuk mencegah Mesias yang dinubuatkan dari datang ke Israel, Zakharia menolak untuk membocorkan keberadaan anaknya (yang bersembunyi), dan karena itu ia dibunuh oleh tentara Herodes . Hal ini juga dicatat dalam Injil Bayi James , seorang apokrif karya dari abad ke-2. Karena menurut Injil Lukas, Maria adalah sepupu Elisabeth, Zakharia mungkin telah tinggal di daerah yang sama di mana keluarga Maria berasal. Namun beberapa sarjana modern menganggap hubungan ini sebagai meragukan. 

Gereja Katolik Roma memperingati dia sebagai santo , bersama dengan Elisabeth, pada 23 September. Ia juga dihormati sebagai seorang nabi dalam Kalender Suci dari Gereja Lutheran pada tanggal 5 September. 

Gereja Ortodoks Timur juga merayakan hari raya Zakharia pada tanggal 5 September , bersama dengan Elisabeth , yang dianggap ibu pemimpin a. Zakharia dan Elisabeth dipanggil dalam beberapa doa selama Ortodoks Misteri dari Penobatan (Sakramen Perkawinan), sebagai imam memberkati pasangan yang baru menikah, mengatakan "Engkau yang wafat ... menerima Zakharia dan Elizabeth, dan wafat membuat keturunan mereka yang Forerunner . .. " dan "... memberkati mereka, ya TUHAN Allah kami, seperti Engkau wafat Zakharia dan Elizabeth ...". Dalam Ortodoks Yunani kalender, Zakharia dan Elizabeth juga diperingati pada tanggal 24 Juni.

Armenia percaya bahwa Biara Gandzasar di Nagorno Karabakh , Azerbaijan berisi peninggalan Zakharia. Namun, relik nya juga disimpan di Gereja Agung Konstantinopel , di mana mereka dibawa oleh praefectus urbi Ursus pada tanggal 4 September, 415. 

File: Makam Avshalom di Lembah Kidron; jpg.
" Yad Avshalom "(Makam Avshalom) di Lembah Kidron , 
sebuah prasasti menunjukkan bahwa itu adalah makam Zakharia

Pada tahun 2003, sebuah prasasti abad ke-4 pada Yad Avshalom , sebuah monumen abad pertama di Yerusalem, yang diuraikan sebagai, "Ini adalah makam Zakaria, martir, pendeta suci, ayah dari Yohanes." Hal ini menunjukkan sebagian ulama bahwa itu adalah tempat pemakaman Zakharia ayah dari Yohanes Pembaptis. Profesor Gideon Foerster di Universitas Ibrani menyatakan bahwa penghitungan prasasti dengan teks Kristen abad ke-6 yang menyatakan bahwa Zakharia dimakamkan dengan "Simon the Elder" dan Yakobus saudara Yesus , dan percaya bahwa keduanya otentik. 

Penyusun : Yohanes Gitoyo.
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Zechariah_(priest)

Senin, 09 September 2013

Abraham, Bapa Para Orang Beriman.


Abraham (bahasa Ibrani: אַבְרָהָם, Standar Avraham Tiberias ʾAḇrāhām Ashkenazi Avrohom atau Avruhom; bahasa Arab: ابراهيم, Ibrāhīm ; Ge'ez: አብርሃም, ʾAbrəham) adalah tokoh penting dalam Alkitab dan Al-Quran. Nama aslinya adalah Abram (bahasa Ibrani: אַבְרָם, Standar Avram Tiberias ʾAḇrām ; "bapa (ab) yang terpuji" atau "bapa[-ku] dipuji/dimuliakan" (bandingkan Abiram). Belakangan dalam hidupnya ia dikenal dengan nama "Abraham", seringkali disebut pula sebagai av hamon (goyim) "bapak dari banyak (bangsa)" menurut Kejadian 17:5, meskipun dalam bahasa Ibrani kata ini tidak mempunyai arti harafiah. Dalam tradisi Islam ia dikenal sebagai Nabi Ibrahim. Dalam tradisi agama Abrahamik, Abraham adalah bapak rohani dari banyak orang.


Asal-usul Abraham.

Abraham bernama asli Abram. Ia adalah anak Terah dan Amathlaah, berasal dari Ur-Kasdim (sekarang Irak). Abram lahir ketika Terah berusia 130 tahun (mengingat Abram berusia 75 tahun ketika Terah wafat pada usia 205 tahun).  Terah yang merupakan anak turun Nabi Nuh kesepuluhmempunyai tiga anak : Abram (kemudian disebut Abraham), Nahor dan Haran. Haran memperanakkan Lot (yang demikian keponakan Abram), dan meninggal di kota kelahirannya, Ur Kasdim. 

Lalu Terah membawa Abram, anaknya, serta cucunya, Lot, yaitu anak Haran, dan Sarai, menantunya, isteri Abram, anaknya; ia berangkat bersama-sama dengan mereka dari Ur-Kasdim untuk pergi ke tanah Kanaan, lalu sampailah mereka ke Haran, dan menetap di sana. Umur Terah ada 205 tahun; lalu ia mati di Haran. Setelah itu, Abram dan istrinya Sarai, Lot (anak dari saudara laki-laki Abram, Haran), dan semua pengikutnya, kemudian pergi ke Kanaan. 


Menurut Alkitab, Abraham dipanggil Allah dari Mesopotamia ke negeri Kanaan, sekitar tahun 2000 SM. Abram berumur 75 tahun, ketika ia berangkat dari Haran. TUHAN memerintahkan Abram untuk pergi ke "negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu", dan berjanji untuk memberkatinya dan membuatnya bangsa yang besar. Karena percaya akan janji-Nya ini, Abram pergi ke Sikhem, dan menerima janji baru bahwa negeri itu akan diberikan pada keturunannya. Tuhan telah mengatakan Abram meninggalkan negaranya dan keluarga dan pergi ke tanah bahwa ia akan menunjukkan kepadanya, dan berjanji untuk membuat dia menjadi bangsa yang besar, memberkati dia, membuat namanya besar , memberkati mereka yang memberkati dia, dan mengutuk "dia" yang mengutuk dia. ( Kejadian 12:1-3 ). Di sana ia mengadakan perjanjian: Abraham diminta mengakui bahwa Yahweh adalah Tuhan dan otoritas tertinggi satu-satunya dan universal, dan untuk itu Abraham akan diberkati dengan keturunan yang tak terhitung banyaknya. Kehidupannya yang dikisahkan dalam Kitab Kejadian (pasal 11–25) dapat mencerminkan berbagai tradisi.

Setelah membangun sebuah mezbah untuk memperingati perjanjian ini, ia pergi dan memasang kemah di antara Betel dan Ai, di mana ia membangun sebuah mezbah lagi dan "memanggil nama TUHAN."

Di sini ia tinggal untuk beberapa waktu, sampai ketika ada perselisihan antara gembala-gembalanya dan gembala-gembala Lot. Abram mengusulkan pada Lot bahwa mereka berpisah, dan mengijinkan keponakannya untuk memilih lebih dahulu. Lot memilih tanah yang subur di sebelah timur sungai Yordan, sementara Abram, setelah menerima janji lagi dari TUHAN, pergi ke Mamre, dekat Hebron, dan mendirikan mezbah lagi bagi TUHAN.



File: Molnár ABRAHAM kiköltözése 1850.jpg
Sebuah lukisan keberangkatan Abraham oleh József Molnár

Abram berusia 75 tahun ketika ia meninggalkan Haran bersama istrinya Sarai, keponakannya Lot, dan kekayaan dan orang-orang bahwa mereka telah mengakuisisi, dan melakukan perjalanan ke Sikhem di Kanaan . ( Kejadian 12:4-6 ). Terah, Abram, Sarai, dan Lot, kemudian berangkat ke Kanaan, tetapi menetap di tempat yang bernama Haran, di mana Terah meninggal pada usia 205. ( Kejadian 11:27-11:32 ). 


Abraham Dalam Pandangan Agama Samawi

Abraham mempunyai arti yang sangat penting bagi semua agama samawi yaitu Yahudi, Kristen dan Islam. Islam menganggap Ibrahim sebagai bapaknya orang-orang mu'min, karena Allah menetapkannya demikian. Ia adalah contoh ideal dari seorang yang disebut mu'min. Ini ditunjukkannya dengan penyerahan diri yang sempurna kepada Allah, dengan kesediaannya untuk menyembelih anak kesayangannya.

Agama Yahudi memandang Abraham sebagai salah satu leluhur mereka. Di dalam Kitab Suci Ibrani, Allah sering menyatakan diri-Nya sebgai "Allah Abraham, Ishak, dan Yakub". Hal ini misalnya terjadi ketika Allah menyatakan diri kepada Musa di padang belantara di Midian: "Lagi Ia berfirman: 'Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.' Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah." (Keluaran 3:6).

Bagi orang Kristen, Abraham adalah bapak orang percaya. Imannya menjadi teladan bagi semua orang. Surat Ibrani mengatakan demikian: "Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui... Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal" (Ibrani 11:8, 17).

Dengan demikian, Abraham adalah bapak yang sama bagi ketiga agama ini, sekaligus mengingatkan bahwa ketiga-tiganya mempunyai akar yang sama, yaitu monoteisme. Untuk itu Ibrahim disebut juga sebagai Bapak Monoteisme Dunia.


Sodom dan Gomora.

Dalam cerita mengenai Lot dan pemusnahan Sodom dan Gomora, Abram muncul ketika ia memohon pada TUHAN untuk mengasihani Sodom. Di saat itu, TUHAN mengatakan kepada Abram bahwa Ia akan turun dan melihat, apakah benar-benar mereka telah berkelakuan seperti keluh-kesah orang yang telah sampai kepada-Nya atau tidak.


Pengungsian ke Mesir.

Karena kelaparan yang hebat, Abram dan keluarganya pergi ke Mesir (26:11, 41:57, 42:1), di mana ia takut bahwa kecantikan istrinya akan menawan hati orang-orang Mesir. Karena itu ia berdusta bahwa Sarai adalah saudara perempuannya. Ini tidak menyelamatkannya dari Firaun, yang mengambilnya untuk harem pribadinya dan memberi Abram banyak ternak dan budak. Tapi ketika TUHAN menimpakan tulah yang hebat pada Firaun, Abram dan Sarai meninggalkan Mesir.


Hagar dan Ismael.

Karena Sarai tidak dapat mengandung, janji Tuhan bahwa keturunan Abraham akan mewarisi tanah perjanjian tampak seperti mustahil. Sarai, sesuai dengan kebiasaan saat itu, memberi hamba perempuannya yang bernama Hagar kepada Abram. Ketika Hagar mengandung anak Abram, ia menjadi sombong dan merendahkan Sarai. Sarai mengusirnya ke padang gurun. Hagar dijanjikan bahwa keturunannya akan menjadi sangat banyak, "sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya." Maka Hagar kembali dan anaknya Ismael adalah keturunan Abram yang pertama. Dalam agama Islam, Ismael adalah pewaris Abram. Hagar dan Ismael kemudian diusir dari Abram oleh Sarai selamanya (Kejadian 21), tetapi Alkitab menyebutkan bahwa Ismael adalah anak yang dilahirkan dari budak yang bernama Hagar, yaitu wanita Mesir yang menjadi budak bagi keluarga Abraham -- pelayan bagi Sara. Menurut adat istiadat pada waktu itu, yang terhitung sebagai anak adalah dari istri yang sah, dalam hal ini maka Ishak-lah yang paling berhak disebut sebagai ahli waris.

Dalam agama Kristen dan Yahudi disebutkan bahwa yang disebut keturunan Abraham adalah berasal dari Ishak (Kejadian 21:12 Tetapi Allah berfirman kepada Abraham: "Janganlah sebal hatimu karena hal anak dan budakmu itu; dalam segala yang dikatakan Sara kepadamu, haruslah engkau mendengarkannya, sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak.)ang Makhpela itu, di sebelah timur Mamre, yaitu Hebron di tanah Kanaan.


Ishak.


Beberapa waktu setelah kelahiran Ishak, Abraham diperintahkan Tuhan untuk mengorbankan Ishak di gunung Moria. Sebelum Abraham sempat mematuhi hal ini, ia dicegah seorang malaikat dan ia mengorbankan seekor domba jantan. Sebagai imbalan akan kepatuhannya ini ia menerima janji lain bahwa ia akan membuat keturunannya "sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut", dan bahwa mereka "akan menduduki kota-kota musuhnya."


Istri Abraham Yang Lain.

Abraham mengambil pula seorang isteri, namanya Ketura. Perempuan itu melahirkan baginya Zimran, Yoksan, Medan, Midian, Isybak dan Suah. Yoksan memperanakkan Syeba dan Dedan. Keturunan Dedan ialah orang Asyur, orang Letush dan orang Leum. Anak-anak Midian ialah Efa, Efer, Henokh, Abida dan Eldaa. Itulah semuanya keturunan Ketura.


Timeline Kehidupan Abraham.



Abraham berusia 75 tahun ketika berangkat dari Haran ke tanah Kanaan, setelah Terah, ayahnya, mati pada usia 205 tahun.

  1. Abraham berusia 85 tahun ketika Sara memberikan Hagar hambanya kepada Abraham supaya mendapat anak; waktu itu mereka sudah tinggal di Kanaan 10 tahun.
  2. Abram berusia 86 tahun ketika Hagar melahirkan Ismael baginya.
  3. Abraham berusia 99 tahun ketika disunat.
  4. Abraham berusia 100 tahun ketika Sara melahirkan Ishak baginya.
  5. Abraham mati pada usia 175 tahun, ketika Ishak berusia 75 tahun, Ismael 89 tahun, sedangkan Esau dan Yakub, cucu-cucu kembar Abraham dari Ishak dan Ribka, saat itu berusia 15 tahun.


Akhir Hayat.

Sara wafat dalam usia lanjut, 127 tahun. Saat itu Ishak masih berusia 36 tahun dan belum menikah. Untuk menguburkan istrinya itu, Abraham membeli sebidang tanah ladang beserta suatu gua yang bernama gua Makhpela dari Efron bin Zohar, orang Het itu. Sesudah itu Abraham menguburkan Sara, isterinya, di dalam gua ladang Makhpela itu, di sebelah timur Mamre, yaitu Hebron di tanah Kanaan.


Abraham mencapai umur 175 tahun lalu ia meninggal. Ia mati pada waktu telah putih rambutnya, tua dan suntuk umur, maka ia dikumpulkan kepada kaum leluhurnya. Dan putra-putranya, Ishak dan Ismael, menguburkan dia dalam gua Makhpela, di padang Efron bin Zohar, padang yang letaknya di sebelah timur Mamre, yang telah dibeli Abraham dari bani Het; di sanalah terkubur Abraham dan Sara isterinya.

Penyusun : Yohanes Gitoyo
Sumber :

  1. http://en.wikipedia.org/wiki/Abraham
  2. http://id.wikipedia.org/wiki/Abraham






Kamis, 05 September 2013

Kisah Adam, Manusia Pertama Yang ada di Dunia.


Adam (Ibrani: אָדָם; Arab:آدم, berarti tanah, manusia, atau cokelat muda) (sekitar 5872-4942 SM) adalah dipercaya oleh agama-agama Samawi sebagai manusia pertama, bersama dengan istrinya yang bernama Hawa. Menurut Agama Samawi pula, merekalah orang tua dari semua manusia yang ada di dunia. 

Rincian kisah mengenai Adam dan Hawa berbeda-beda antara agama Islam, Yahudi, Kristen, maupun agama lain yang berkembang dari ketiga agama Abrahamik ini.


Kisah Adam menurut Yahudi dan Kristen

Kisah tentang Adam terdapat dalam Kitab Kejadian pada Torah dan Alkitab pasal 2 dan 3, dan sedikit disinggung pada pasal 4 dan 5. Beberapa rincian lain tentang kehidupannya dapat ditemukan dalam kitab-kitab apokrif, seperti Kitab Yobel, Kehidupan Adam dan Hawa, dan Kitab Henokh.

Menurut kisah di atas, Adam diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Adam kemudian ditempatkan di dalam Taman Eden yang berarti tanah daratan, terletak di hulu Sungai Pison, Gihon, Tigris, dan Efrat (di sekitar wilayah Irak saat ini). Ia kemudian diperintahkan oleh-Nya untuk menamai semua binatang. Allah juga menciptakan makhluk penolong, yaitu seorang wanita yang oleh Adam dinamai Hawa. Adam dan Hawa tinggal di Taman Eden dan berjalan bersama Allah, tetapi akhirnya mereka diusir dari taman itu karena mereka melanggar perintah Allah untuk tidak memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.

Setelah diusir dari taman itu, Adam harus bekerja untuk menghidupi keluarganya. Adam dan Hawa mempunyai tiga orang putra yang disebut dalam Kitab Kejadian, yaitu Kain, Habel, Set, dan sejumlah putra dan putri yang tidak disebutkan jumlahnya.. Kitab Yobel menyebutkan dua orang anak perempuan Adam dan Hawa, yaitu Azura yang menikah dengan Set dan Awan, yang menikah dengan Kain. Baik Kitab Kejadian maupun Kitab Yobel menyatakan bahwa Adam mempunyai anak yang lain, tetapi nama mereka tidak disebutkan.

Menurut silsilah Kitab Kejadian, Adam meninggal dunia pada usia 930 tahun. Dengan angka-angka seperti itu, perhitungan seperti yang dibuat oleh Uskup Agung Ussher, memberikan kesan bahwa Adam meninggal hanya sekitar 127 tahun sebelum kelahiran Nuh, sembilan generasi setelah Adam. Dengan kata lain, Adam masih hidup bersama Lamekh (ayah Nuh) sekurang-kurangnya selama 50 tahun. Menurut Kitab Yosua, kota Adam masih dikenal pada saat bangsa Israel menyeberangi Sungai Yordan untuk memasuki Kanaan.

Menurut legenda, setelah diusir dari Taman Eden, Adam pertama kali menjejakkan kakinya di muka bumi di sebuah gunung yang dikenal sebagai Puncak Adam atau Al-Rohun yang kini terdapat di Sri Lanka.


Kisah Adam menurut Islam.

Adam hidup selama 930 tahun setelah penciptaan (sekitar 3760-2830 SM), sedangkan Hawa lahir ketika Adam berusia 130 tahun. Al-Quran memuat kisah Adam dalam beberapa surat, di antaranya Al-Baqarah :30-38 dan Al-A’raaf :11-25.

Menurut ajaran agama Abrahamik, anak-anak Adam dan Hawa dilahirkan secara kembar, yaitu, setiap bayi lelaki dilahirkan bersamaan dengan seorang bayi perempuan. Adam menikahkan anak lelakinya dengan anak gadisnya yang tidak sekembar dengannya.

Menurut Ibnu Humayd, Ibnu Ishaq, dan Salamah anak-anak Adam adalah: Qabil dan Iqlima, Habil dan Labuda, Sith dan Azura, Ashut dan saudara perempuannya, Ayad dan saudara perempuannya, Balagh dan saudara perempuannya, Athati dan saudara perempuannya, Tawbah dan saudara perempuannya, Darabi dan saudara perempuannya, Hadaz dan saudara perempuannya, Yahus dan saudara perempuannya, Sandal dan saudara perempuannya, dan Baraq dan saudara perempuannya. Total keseluruhan anak Adam sejumlah 40.


Kisah Adam menurut Agama Baha'i.

Menurut pandangan Baha'i, Adam adalah perwujudan Allah yang pertama dalam sejarah[8]. Penganut Baha'i meyakini bahwa Adam memulai siklus Adamik yang berlangsung selama 6.000 tahun dan berpuncak pada Nabi Muhammad.