Selasa, 30 April 2013

Apakah Sakramen Krisma itu, Karunia Apa Yang diberikan Sakramen Krisma?



Mengapa Sakramen Krisma disebut Sakramen Penguatan? 

Pertama, memang Sakramen Krisma mempunyai beberapa nama. Sakramen ini disebut Krisma (Lat: chrismatio = pengurapan), atau Penguatan (Lat: confirmatio = peneguhan) atau pemeteraian (Lat: consignatio). Sakramen ini disebut pengurapan karena memang sakramen ini memperkuat anugerah Roh Kudus yang telah diterima dalam sakramen Baptis. “Pertumbuhan dan Pendalaman” rahmat Baptis itu kemudian diungkapkan berulang-ulang sebagai “lebih sungguh,” “lebih teguh,” “menambah karunia,” “lebih sempurna.” Di samping itu Krisma juga “menganugerahkan kekuatan khusus Roh Kudus.” (KGK 1303; bdk LG 11). Kenyataan ini yang melahirkan nama sakramen Penguatan.

Teologi Sakramen Krisma yang tercermin dalam Katekismus memang memberi kesan seolah Krisma hanyalah intensifikasi dari rahmat Baptis. Hal ini seolah merendahkan nilai Sakramen Krisma. Untuk menunjukkan kekhasan karunia Roh Kudus dari Sakramen Krisma, ada teolog-teolog yang berusaha membedakan dan menonjolkan karunia Sakramen Krisma. Berikut ini saya sajikan satu contoh usaha tersebut.

Kedua, Sakramen Baptis melahirkan seseorang dalam hidup kristiani dan memberikan rahmat pertumbuhannya. Hidup kristiani dan prinsip pertumbuhannya sudah lengkap, tetapi prinsip pertumbuhan itu membutuhkan “kerangka” untuk menjadi dewasa. “Kerangka” inilah yang diberikan oleh sakramen Krisma. Kerangka itu digambarkan sebagai anugerah “struktur-hidup-rohani-dewasa” yang berfungsi seperti kerangka fisik manusia. 

Dengan struktur-hidup-rohani-dewasa penerima Krisma dimampukan memikul tanggung-jawab kristiani, baik di dalam maupun di luar lingkup Gereja. Artinya dia dimampukan untuk terbuka dan bekerjasama secara penuh dengan Roh Kudus. Tanpa Krisma seorang terbaptis akan seperti orang kerdil dalam hidup rohani. Tanpa Krisma, si terbaptis tetap bisa tumbuh dalam hidup iman (melanjutkan rahmat kelahiran baru yang diterima dalam baptis), tetapi belum memiliki kekuatan atau “kerangka” untuk sungguh menjadi dewasa secara rohani. Kerangka rohani tersebut memampukan si terkrisma Demikian menjadi jelas, bahwa Krisma adalah inisiasi ke kedewasaan rohani.

Struktur-hidup-rohani-dewasa ini tidak membuat si terkrisma otomatis dewasa secara rohani, karena dibutuhkan kerjasama bebasnya dalam menanggapi anugerah Roh Kudus agar anugerah itu efektif terwujud dalam diri orang tersebut. Persiapan sakramen Krisma membantu secara kodrati mempersiapkan kedewasaan rohani.

Ketiga, Sakramen Krisma juga memberikan anugerah Roh perutusan, yang mengikut-sertakan si terkrisma dalam tugas publik Gereja untuk memberikan kesaksian iman kepada dunia. Pemberian Krisma membuat eksplisit, publik dan kelihatan apa yang sudah diterima dalam Sakramen Baptis, yaitu partisipasi pada tri-tugas Kristus. Sakramen Krisma memberikan karunia untuk mampu melaksanakan tugas tersebut. Tugas ini menyangkut tugas membangun jemaah Kristus di dunia ini dan tugas pewartaan keluar.

Jika seorang belum menerima sakramen Krisma, bolehkah dia menjadi lektor?
Karena belum mendapat perutusan resmi secara publik, sebaiknya mereka yang belum menerima Krisma tidak dilantik secara resmi menjadi akolit, lektor, pembagi komuni dan tugas-tugas lain dalam Gereja. Tugas misdinar kiranya bisa diperlakukan secara berbeda. Tetapi, prinsip ini tidak menutup kemungkinan untuk penugasan sesaat, misalnya untuk membaca sebagai lektor atau melayani di altar.

Apa inti upacara Sakramen Krisma? 
Inti sakramen krisma ialah pengurapan dengan minyak krisma pada dahi, yang dilakukan dengan penumpangan (satu) tangan disertai kata-kata: “Terimalah tanda pemberian Roh Kudus.” Dalam upacara kecil itu ditandakan penadaan dengan minyak krisma, pengurapan dan penumpangan tangan. Hal ini ditetapkan oleh Paus Paulus VI dalam Konstitusi Apostolis Divinae Consortes Naturae.

Mengapa sakramen Krisma hanya boleh diterima satu kali?
Karena Sakramen Krisma memberikan meterai sakramental (disebut juga karakter) yaitu tanda rohani yang tidak terhapuskan dan karena itu tidak perlu diulang. (KHK kan 845 #1; KGK 1304). Meterai ini menandakan relasi khusus dengan Yesus Kristus sebagai Penyelamat, yaitu sebagai milik Kristus dan utusan Kristus.

Penulis : Pastor Dr Petrus Maria Handoko CM
Sumber : http://www.hidupkatolik.com/, Jumat, 26 April 2013 15:42 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar