Kamis, 30 Mei 2013

Doa Litani, Ada Yang Harus Kita Ketahui !


Apakah artinya “litani”? Dalam Puji Syukur No 214, yaitu dalam Litani Santa Perawan Maria, gelar Maria “Rumah Kencana,” “Bintang Timur” dan “Pintu Surga” itu merujuk ke hal apa dalam diri Maria? Mohon penjelasan. Terima kasih.

Yulia Eka Rini, Surabaya

Jawab: 

Pertama, kata “litani” berasal dari litania (Latin), yang juga merupakan terjemahan dari litaneia (Yunani). Artinya, untaian doa permohonan yang diserukan atau dinyanyikan pemimpin doa bersahut-sahutan dengan umat. Bentuk doa ini mungkin diambil Gereja awal dari cara berdoa umat Yahudi (bdk Mz 118 dan 136).

Banyak bentuk litani, misalnya litani Santa Hati Yesus yang mahakudus (PS 209), litani nama Yesus yang tersuci (PS 208), litani Orang Kudus (PS 128), litani Santo Yusuf (PS 219), litani Santa Perawan Maria (PS 214). Bahkan, juga ada litani untuk orang kudus tertentu, misalnya litani Santo Vinsensius, dll. 

Kedua, litani Santa Perawan Maria yang termuat dalam PS 214 berasal dari Loreto, Itali. Tidak jelas siapa pengarang litani ini. Doa itu mulai didoakan di Loreto sejak tahun 1531. Mulai tahun 1550, doa litani Santa Perawan Maria ini mulai tersebar ke seluruh dunia.

Seruan-seruan ini bersumber pada tiga keistimewaan Maria, yaitu kesuciannya (bdk Maria sebagai Putri Allah Bapa), Maria sebagai Bunda Allah (bdk Maria sebagai Bunda Allah Putra), dan Maria sebagai yang tersuci di antara para perawan (bdk Maria sebagai Mempelai Allah Roh Kudus). Seruan-seruan ini diambil dari Kitab Suci dan uraian para bapa Gereja.

Mulanya jumlah seruan-seruan itu tidak sama, bahkan ada yang mencapai 75 seruan, tetapi kemudian diseragamkan oleh Clemens VIII (1601). Gelar “Ratu yang dikandung tanpa noda dosa asal” ditambahkan pada zaman Gregorius XVI (1839). Leo XIII menambahkan gelar “Ratu rosari yang amat suci” (1883), dan gelar “Maria Bunda Penasihat yang baik” (1903). Benediktus XV menambahkan gelar “Ratu Pencinta Damai” (1915) di tengah perang Dunia I. Akhirnya, Pius XII menambahkan “Ratu yang diangkat ke surga” (1950) di saat pernyataan dogma Maria diangkat ke surga.

Ketiga, gelar “rumah kencana” (Lat: domus aurea) terkait erat dengan gelar Maria sebagai Bunda Allah Putra. Karena Maria mengandung Yesus, Allah-manusia, maka Maria dibandingkan dengan bagian dalam Bait Allah di mana Allah bersemayam di tengah-tengah umat-Nya. Bagian dalam Bait Allah dilapisi dengan emas (kencana) (1 Raj 6:20-22). Maka, sangat tepat jika Maria digelari “rumah kencana.”

Keempat, gelar “pintu surga” (Lat: porta caeli) juga terkait erat dengan peran Maria sebagai Bunda Allah Putra. Pintu surga digambarkan sebagai tempat Allah meninggalkan “kediaman-Nya” untuk menggapai manusia. Di lain pihak, manusia dapat masuk surga melalui pintu yang dibuka oleh Yesus Kristus. Dengan melalui Maria, Allah keluar dari surga dan dengan melalui Yesus Kristus yang dilahirkan oleh Maria, manusia masuk ke dalam surga. Maka, sangat cocoklah bila Maria disebut sebagai pintu surga melalui putranya, Maria membawa Allah kepada manusia, dan sebaliknya membawa manusia kepada Allah.

Kelima, juga gelar “bintang timur” (Lat: stella mattutina) terkait erat dengan peran Maria sebagai Bunda Allah Putra. Karena Maria menjadi Ibu Yesus, Maria menjadi fajar keselamatan Allah. Bintang Timur atau kejora muncul di ufuk Timur mendahului terbitnya matahari. Maria digelari “bintang timur” karena Maria tampil mendahului munculnya Yesus Kristus Penebus, Sang Matahari.

Para legioner pasti merasa sangat kenal ayat Kid 6:10 yang menggambarkan Maria sebagai “bintang timur”: “Siapakah dia yang muncul laksana fajar merekah, indah bagaikan bulan purnama, bercahaya bagaikan surya, dahsyat seperti bala tentara dengan panji-panjinya?” Sebagai “bintang timur,” kehadiran Maria mendahului datangnya Sang Terang (bdk Yoh 1:5-10; 3:19). Maka, jelaslah Maria adalah Bintang Timur.

Penulis : 
Sumber : http://www.hidupkatolik.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar