Jumat, 25 Oktober 2013

Fakta-fakta Seputar Al-Kitab


Alkitab adalah sebutan untuk kitab suci umat Kristiani. Kata "Alkitab" berasal dari bahasa Arab, Al dan Kitab , yang secara harfiah berarti "kitab itu" atau "buku itu", di mana kata Al merupakan kata sandang khas dalam bahasa Arab. Istilah Alkitab berasal dari kata "Al-Kitab" (bahasa Arab: الكتاب) yang secara sederhana berarti "buku" atau "kitab". Di negeri-negeri berbahasa Arab sendiri "Alkitab" disebut sebagai "Al-Kitab Al-Muqaddas" (bahasa Arab: الكتاب المقدس - "Kitab Suci"). Penulisan dalam bahasa Indonesia selalu menuliskan kata ini dengan menggunakan huruf kapital "A", sebagaimana dilakukan juga untuk kitab-kitab suci agama-agama yang lain. Nama "Alkitab" sendiri tidak muncul di dalam Alkitab, karena sebenarnya merupakan istilah bahasa Arab, sedangkan seluruh kitab-kitab dalam Alkitab aslinya ditulis dalam bahasa-bahasa Ibrani, Aram dan Yunani. 

Dalam bahasa Indonesia, untuk membedakan dengan Al-Qur'an, maka umat Muslim kadang menyebut Alkitab Kristen dengan istilah Bibel atau Injil. 

Istilah "Bibel" pertama kali digunakan oleh Filo (20 SM–50 M) dan Yosefus, yang menyebut Alkitab Ibrani (Perjanjian Lama) sebagai bibloi hiërai. Hieronimus, seorang Bapak Gereja yang disuruh oleh Paus Damasus untuk merevisi Alkitab Latin, berkali-kali menyebut Alkitab dengan nama "Biblia" yang merupakan kata dari bahasa Latin yang berarti "buku" atau "kitab". Alkitab dalam bahasa Inggris disebut the Bible (atau Holy Bible - "Kitab Suci").

Istilah "Injil" berasal dari bahasa Arab إنجيل‎ ʾInǧīl, yang diturunkan dari bahasa Yunani ευαγγέλιον (euangelion) yang berarti "Kabar Baik" atau "Berita Kesukaan", yang merujuk pada 1 Peter 1:25  (BIS, TL, dan Yunani). Injil dalam bahasa Inggris disebut Gospel, dari bahasa Inggris kuno gōd-spell yang berarti "kabar baik", yang merupakan terjemahan kata-per-kata dari bahasa Yunani (eu- "baik", -angelion "kabar"). Kata gōd-spell juga bisa diartikan juga sebagai "Mantra Tuhan".

Oleh orang Kristen di Indonesia, istilah "Alkitab" dipakai sebagai sebutan untuk Kitab Suci (dalam makna serupa dengan kata Bible dalam bahasa Inggris), yaitu kumpulan Kitab Suci gabungan dari Kitab Suci agama Yahudi (Alkitab Ibrani/Perjanjian Lama/Old Testament) dan kitab-kitab yang ditulis oleh orang-orang Kristen mula-mula (Perjanjian Baru/New Testament). 

Alkitab itu meskipun umumnya dicetak sebagai satu jilid buku, sebenarnya merupakan kumpulan dari 66 kitab yang secara resmi diakui oleh umat Kristen sebagai kitab yang diilhami oleh Tuhan Allah. Kadang-kadang dipakai sebutan Injil untuk kitab suci orang Kristen, tetapi ini tidak benar, karena yang disebut sebagai kitab-kitab Injil itu hanyalah empat dari 66 kitab termaksud, yaitu empat kitab pertama dalam bagian Perjanjian Baru.

Alkitab terdiri dari kumpulan 66 bagian yang disebut dengan kitab atau buku, 39 termasuk dalam Perjanjian Lama dan 27 dalam Perjanjian Baru yang diakui oleh seluruh denominasi Kristen, serta kitab-kitab tambahan yang digolongkan sebagai Deuterokanonika, yang jumlahnya bervariasi menurut denominasi Kristen. Kaum Protestan hanya mengakui ke-66 kitab yang tidak tergolong Deuterokanonika.

Alkitab terdiri atas dua bagian utama, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Bagian-bagian utama ini disebut "Perjanjian" karena Allah bangsa Israel membuat perjanjian kepada manusia. Di dalam Perjanjian Lama perjanjian itu dibuat dengan Nuh, Abraham, Ishak, Yakub, Musa dengan bangsa Israel dan Daud. Bagian Perjanjian Lama (Old Testament) sendiri sebenarnya merupakan Kitab Suci agama Yahudi, yang memuat cerita tentang nabi-nabi agama Yahudi.

Perjanjian Lama menceritakan Kisah para tokoh dan nabi jauh sebelum Yesus Kristus lahir, dari Adam sampai Maleakhi. Sedangkan Perjanjian Baru memuat Kitab-kitab Injil (4 kitab yang berbeda) berisi sejarah riwayat Yesus Kristus dari sebelum lahirnya sampai matinya, serta surat-surat yang ditulis oleh pengikut-pengikut-Nya.

Berdasarkan isinya dan gaya penulisan, Perjanjian Lama dapat dikelompokkan menjadi 5 bagian utama yaitu:
  1. Kitab Taurat (5 kitab)
  2. Kitab Sejarah (12 kitab)
  3. Kitab Puisi (5 kitab)
  4. Kitab Nabi-nabi Besar (5 kitab) dan
  5. Kitab Nabi-nabi Kecil (12 kitab).

Sementara pengelompokan untuk Perjanjian Baru adalah
  1. Kitab Injil (4 kitab)
  2. Kitab Sejarah (1 kitab)
  3. Surat-surat Rasul (21 kitab) dan
  4. Kitab Wahyu (1 kitab).


Sebagai Kitab Suci agama Yahudi, hampir semua buku dalam Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa Ibrani, kecuali beberapa bagian yang ditulis dalam bahasa Aram contohnya kitab Daniel. Sedangkan semua buku Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani dengan sejumlah kata-kata bahasa Aram (bahasa daerah di Israel pada waktu itu) dan bahasa Latin (bahasa pemerintah Romawi yang berkuasa pada masa itu), walaupun Yesus Kristus sendiri yang berbangsa Yahudi diyakini sehari-harinya berbicara dalam bahasa Aram.


Penulis dan perkiraan tahun penulisan Al-Kitab.





Kitab-kitab di Alkitab disusun secara semi-kronologis, bukan dari waktu turunnya Wahyu. Digolongkan "Semi-kronologis" karena beberapa kitab tidak diketahui jelas waktu penulisannya dan siapa sesungguhnya penulisnya, sedangkan beberapa kitab lainnya merupakan kumpulan tulisan yang dikelompokkan menurut gaya penulisannya. Kitab Amsal yang ditulis oleh raja Salomo, misalnya, tidak ditempatkan setelah kitab 1 Raja-raja yang membahas riwayat hidup Salomo, namun dikelompokkan bersama-sama dengan kitab-kitab puisi lainnya (Kitab Ayub, Mazmur, Pengkhotbah, Kidung Agung).

Kitab nabi Yeremia yang hidup di zaman raja Yosia, contoh lainnya, tidak ditempatkan setelah kitab 2 Raja-raja yang membahas riwayat raja Yosia, namun bersama-sama dengan kitab-kitab nabi nabi besar lainnya (Kitab Yesaya, Yeremia, Ratapan, Yehezkiel, dan Daniel).

Kitab-kitab lainnya, terutama kitab-kitab sejarah, disusun secara kronologis dan urutannya memengaruhi cara pembacaan agar tidak membingungkan. Kitab Keluaran, misalnya, lebih mudah dibaca setelah membaca kitab Kejadian karena pembaca akan lebih mengerti latar belakangnya. Demikian juga kitab Kisah Para Rasul lebih cocok dibaca setelah membaca keempat kitab Injil, karena kitab-kitab Injil itu merupakan latar belakang penulisan Kisah Para Rasul.

Namun beberapa kitab, seperti Kitab Amsal dan Kitab Pengkhotbah, dapat dibaca secara lepas, walaupun pembaca akan lebih memahaminya jika mengetahui riwayat penulisnya, Salomo, yang dibahas di kitab-kitab sebelumnya (1 & 2 Raja-raja dan 1 & 2 Tawarikh).

Pembagian Alkitab ke dalam buku, pasal, dan ayat, dan pengurutannya merupakan hasil dari kanonisasi oleh Bapa Gereja mula-mula. Struktur tersebut sudah tidak berubah selama berabad-abad sejak abad ke-4 M, namun beberapa terjemahan Alkitab kadang-kadang memiliki konvensi yang sedikit berbeda, misalnya dalam kitab Mazmur Alkitab bahasa Indonesia, nama penggubah Mazmur dan judul lagu dijadikan ayat yang pertama dalam suatu pasal, sedangkan dalam bahasa Inggris tidak. Oleh karena itu Alkitab bahasa Indonesia memiliki beberapa puluh ayat lebih banyak dari bahasa Inggris.

Selain itu semenjak dahulu ada diskusi tentang kanon Alkitab: buku apa saja yang bisa dianggap bagian dari Alkitab. Pada abad ke-3 SM, Alkitab Ibrani atau Tanakh diterjemahkan dalam bahasa Yunani. Terjemahan ini disebut Septuaginta, tetapi memuat sejumlah buku yang tidak terdapat dalam versi Yahudi. Buku-buku ini disebut buku-buku Deuterokanonika.

Sebelum adanya mesin cetak, bagian-bagian Alkitab disalin dengan tangan oleh para penganutnya dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Terbukti dari salinan-salinan yang ditemukan sampai sekarang (paling tua dari abad ke-10 SM) sama dengan teks yang digunakan secara umum. Di samping itu juga terdapat kutipan-kutipan langsung dari surat-surat komunikasi orang-orang zaman dahulu yang mendukung kebenaran salinan Alkitab tersebut sejak zaman purba hingga zaman modern ini. Pada saat mesin cetak diciptakan pertama kalinya di Eropa, Alkitab adalah buku pertama yang dicetak dengan mesin tipe bergerak (movable) yaitu "Alkitab Latin Vulgata" oleh Percetakan Johannes Gutenberg, pada tahun 1455. Penemuan mesin cetak ini secara drastis mempercepat penyebaran Alkitab di seluruh dunia.

Berdasarkan perhitungan publikasi Scripture Language Report, sebuah panduan otoritatif tentang perkembangan penerjemahan Alkitab global dari tahun ke tahun yang diterbitkan oleh United Bible Societies, dari sekitar 6.600 bahasa di dunia, terdapat 2.527 bahasa yang telah memiliki terjemahan Alkitab, sementara 2.000 bahasa lainnya sedang dalam proses menerjemahkan Alkitab.

Alkitab diperkirakan terjual sekitar 25 juta eksemplar setiap tahunnya, belum termasuk yang dicetak dan dibagikan secara cuma-cuma oleh organisasi seperti Gideons International. Ketersediaan dan banyaknya jumlah Alkitab yang pernah dicetak dan dibagikan membuatnya memiliki pengaruh yang sangat besar di dalam sejarah literatur dan sejarah dunia.


Sejarah teks Alkitab bahasa Indonesia.

Teks Alkitab Bahasa Indonesia sudah ada sejak lama. Sejak awal abad ke-17 (tahun 1612 di Batavia) hingga saat ini sudah ada paling sedikit 22 versi dan porsi Alkitab yang pernah diterjemahkan dan diterbitkan dalam bahasa Melayu-Indonesia (modern dan kuno, rendah, dan tinggi), di antaranya yang paling sering digunakan dewasa ini adalah Terjemahan Baru (TB), Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS), dan Firman Allah Yang Hidup

Di antara tulisan-tulisan Kristen yang paling awal di tanah Nusantara adalah buku Kitab Salat as-Sawai (Kitab Doa dan Tafakur) yang disusun oleh seorang pekabar Injil Portugis bernama Gregorio de Gregorus pada 1514. Buku ini diterbitkan di Fano, Italia di dalam tulisan Jawi dan mengandungi beberapa petikan Alkitab Vulgata yang diterjemahkan dari bahasa Latin ke bahasa Melayu. Tokoh-tokoh seperti Francis Xavier juga telah menyusun beberapa katekisme (buku soal-jawab agama) di dalam bahasa Melayu.

Namun demikian, penerjemahan seluruh Alkitab ke dalam bahasa Melayu baru ada setelah orang Protestan Belanda datang ke Nusantara .

Pada mulanya, Alkitab di dalam bahasa Melayu digunakan oleh umat Kristen di seluruh Nusantara tanpa melihat bahwa Alkitab itu diterjemahkan, dicetak dan diedarkan oleh pihak Gereja di Tanah Melayu, Borneo ataupun Hindia Timur. Setelah kemerdekaan Indonesia (1945) dan Malaysia (1957), perkembangan Bahasa Melayu mengambil arah yang tersendiri di antara kedua negara tersebut.

Pada awal zaman kemerdekaan kedua negara tersebut, versi Alkitab yang lazimnya dipakai oleh umat Kristen adalah Alkitab Shellabear (1912) dan Alkitab Terjemahan Lama (1958) yang menggabungkan Perjanjian Lama Klinkert (1870) dan Perjanjian Baru Bode (1938) di dalam satu edisi. Alkitab Ende (1968) yang diterbitkan oleh Gereja Katolik Roma Indonesia dan Alkitab Terjemahan Baru (1974) yang diterbitkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia adalah usaha yang pertama untuk menerjemahkan dan menerbitkan Alkitab di dalam Bahasa Indonesia modern. Pada masa yang sama, Persatuan Alkitab Singapura, Brunei dan Malaysia menerbitkan Perjanjian Baharu Berita Baik (1974) di dalam Bahasa Malaysia modern yang kemudiannya disusul dengan penerbitan edisi Alkitab Berita Baik yang merangkum teks penerjamahan baru Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru di dalam Bahasa Malaysia moden pada tahun 1987.
  • Terjemahan Alkitab bahasa Indonesia "Modern".
Berikut beberapa terjemahan Alkitab dalam bahasa Indonesia Modern (kira-kira setelah EYD diberlakukan).
  1. Perjanjian Baru WBTC (World Bible Translation Center) [Draft] (2005)
  2. Kitab Suci Komunitas Kristiani (2002)
  3. Kitab Suci Injil (2000)
  4. Firman Allah Yang Hidup (1989)
  5. Today´s Malay Version (1987)
  6. Alkitab Kabar Baik (1985) atau Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS)
  7. Alkitab Terjemahan Baru (1974)
  8. Alkitab Bouma atau Alkitab Ende (1968)
  • Terjemahan Alkitab bahasa Indonesia "Lama".
Berikut beberapa terjemahan Alkitab dalam bahasa Indonesia Modern (kira-kira sebelum EYD diberlakukan).
  1. Alkitab Terjemahan Lama (1958)
  2. PB Bode (1938)
  3. PB Melayu Baba (1913)
  4. Alkitab Shellabear (1912)
  5. Alkitab Klinkert, Melayu Tinggi (1879)
  6. PB Roskott, Melayu Ambon (1877)
  7. PB Klinkert, Melayu Rendah (1863)
  8. PB Keasberry (1852)
  9. PB Melayu, Dialek Surabaya (1835)
  10. Thomsen (1821)
  11. Alkitab Leydekker (1733)
  12. Alkitab Valentyn (1677)
  13. PB Brouwerius (1668)
  14. Van Hasel & Heurnius (1651)
  15. Ruyl (1629)

Lembaga-lembaga Alkitab dan Penerjemahan Alkitab Bahasa Indonesia.

Sejak 1800 telah ada banyak lembaga Alkitab yang pernah aktif dalam menterjemahkan Alkitab di Indonesia.
  • Lembaga Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura.
  1. Lembaga Alkitab Batavia (Lembaga Alkitab Hindia-Belanda, Lembaga Alkitab Jawa)
  2. LAI (Lembaga Alkitab Indonesia/Indonesian Bible Society)
  3. LBI (Lembaga Biblika Indonesia)
  4. BSSMB (The Bible Society of Singapore, Malaysia and Brunei/Lembaga Alkitab Singapura, Malaysia dan Brunei)
  5. BSM (The Bible Society of Malaysia/Pertubuhan Bible Malaysia)
  6. BSSB (The Bible Society of Singapore and Brunei/Lembaga Alkitab Singapura dan Brunei)
  • Lembaga asing
  1. ABS (American Bible Society)
  2. BFBS (British and Foreign Bible Society)
  3. IBS (International Bible Society)
  4. NBG (Nederlandsch Bijbelgenootschap/Netherland Bible Society)
  5. NBSS (National Bible Society of Scotland)
  6. UBS (United Bible Societies/Persekutuan Lembaga-Lembaga Alkitab Sedunia)
Catatan: Daftar di atas belum termasuk organisasi yang non-Lembaga Alkitab, atau yang menterjemahkan Alkitab dalam bahasa suku/daerah.




Pandangan Islam terhadap Alkitab.


Secara umum telah diketahui bahwa Islam mengakui keberadaan kitab-kitab yang diturunkan kepada para nabi sebelum kehadiran Nabi Muhammad saw. Terkhusus di antara kitab-kitab tersebut, adalah 3 kitab besar, yaitu:
  1. Taurat,
  2. Zabur 
  3. Injil
Dalam hal ini terdapat keterkaitan antara dua kitab besar, Taurat dan Zabur dengan Perjanjian Lama. Namun, tidak dapat diidentikkan keyakinan kepada eksistensi Taurat dan Zabur dengan penerimaan Perjanjian Lama secara utuh, karena yang telah diakui sebagai Taurat baik bagi kalangan Yahudi maupun Kristen adalah lima kitab pertama yang terdapat dalam Perjanjian Lama, yaitu Kitab Kejadian, Kitab Keluaran, Kitab Imamat, Kitab Bilangan dan Kitab Ulangan sedangkan yang dapat diparalelkan (bukan disamakan) dengan kitab Zabur adalah kitab Mazmur. 

Sedangkan kitab-kitab yang terdapat dalam Perjanjian Lama selain dua kitab yang telah disebutkan tidak masuk dalam kategori kitab-kitab yang diimani oleh Islam sebagai kitab wahyu. Hal ini bukan berarti eksistensi kitab-kitab lainnya ini ditolak sama sekali, melainkan dapat diterima sebagai bagian dari tradisi Yahudi untuk mengenal sejarah dan keagamaan mereka secara umum.

Adapun pandangan umum Islam yang menyatakan bahwa Taurat dan Zabur yang eksis pada saat ini bukanlah Taurat dan Zabur yang otentik, dalam arti bahwa kitab-kitab Taurat dan Zabur yang ada sekarang telah mengalami banyak perubahan, yang mengakibatkan perubahan redaksi dan esensi, baik dalam permasalahan yang prinsipil atau yang tidak prinsipil 

Pada dasarnya pernyataan al Qur'an ini sejalan dengan pandangan para teolog Yahudi dan Kristen itu sendiri yang memandang bahwa seluruh kitab dalam Perjanjian Lama, termasuk di dalamnya Taurat dan Zabur tidak disusun sekali jadi oleh seorang penulis atau oleh sekelompok orang di bawah bimbingan seseorang. Melainkan seluruh kitab tersebut tersusun dari sumber-sumber yang banyak dan ditulis oleh orang-orang yang banyak pula, yang berasal dari berbagai negeri dan berbagai generasi, di mana masing-masing penulis selain berfungsi sebagai penyalin, juga berfungsi sebagai penyunting dan menambahkan gagasan-gagasan baru ke dalam naskah yang telah ada karena motif tertentu yang tidak selamanya negatif. 


Perbedaan sudut pandang al Qur'an dengan pandangan para teolog terutama dalam menyikapi proses dan hasil penyuntingan dan perubahan tersebut, di mana al Qur'an memandang perubahan yang terjadi sebagai sebuah bentuk distorsi yang tidak layak dilakukan terhadap firman Allah, sehingga hasil yang didapatkan bukan lagi firman Allah yang murni karena telah terkontaminasi pikiran dan kehendak manusia. Sementara para teolog memandang proses penyuntingan dan perubahan yang mengikuti tradisi Yahudi ini sebagai bagian dari inspirasi Allah untuk menghasilkan suatu naskah final yang standar.

Ada pendapat bahwa seluruh kitab-kitab suci Yahudi yang oleh orang Kristen juga dijadikan sebagai bagian Kitab Suci, dimusnahkan raja Babel Nekabunedzkar pada penaklukan bangsa Yahudi oleh bangsa Babel, sehingga kitab-kitab yang ada sekarang ada merupakan penulisan ulang oleh orang Yahudi yang tidak mengetahui dan mengalami masa penurunan Wahyu, tetapi hal ini tidak terbukti, karena kitab-kitab itu telah dibawa oleh umat Yahudi, terutama para imam, ke tempat pengasingan. Nabi Daniel dicatat tekun mempelajari kitab-kitab suci tersebut selama tinggal di Babel.

Sedangkan kitab Perjanjian baru ditulis oleh orang-orang yang menyaksikan sendiri kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Sehingga banyak orang yang mempercayainya

Penyusun : Yohanes Gitoyo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar