Kamis, 12 Desember 2013

Memahami Makna Tanda Salib.

Tanda Salib

Dalam (demi) nama 
Bapa
Putra
dan Roh Kudus
Amin

Doa Kristiani dilakukan seturut teladan doa Yesus sendiri. Sama seperti doa-Nya, doa kristiani harus berasal dari hati. Ketika sedang berdoa, Yesus menggunakan kata-kata, tanda dan kadang-kadang seruan, sebagai ungkapan hati-Nya. Demikian juga kita, ketika kita berdoa; kita juga mencari cara untuk mengungkapkan isi hati kita.

Kata-kata dan tanda-tanda yang Yesus gunakan ketika Ia berdoa sering kali berasal dari tradisi Yahudi, yang Ia pelajari dari keluarganya dan dari yang lain. Sementara kita, kita berpegang pada Tradisi Gereja sebagai pedoman dalam berdoa. Kita percaya bahwa Doa Kristiani adalah tradisi yang diilhami oleh Roh Kudus, yang juga merupakan perkembangan lebih lanjut dari tradisi doa Yahudi yang telah memberi santapan rohani bagi Yesus sendiri.

Tradisi Gereja mengenai doa memiliki kebijaksanaannya sendiri, dengan berbagai ragam bentuk dan ekspresi yang berbeda. Namun demikian, doa-doa dasar dari Tradisi Gereja mendapat tempat istimewa. Tanda Salib adalah salah satu contohnya.

VATICAN POPE

Dalam gereja Katolik dan gereja-gereja Kristen lainnya, Tanda Salib merupakan bagian penting dalam doa pribadi maupun doa bersama. Tanda Salib berasal dari masa Gereja Kristen Perdana dan karenanya keberadaannya sudah berabad-abad lamanya.

Menurut sejarah, diketahui bahwa Tanda Salib memang merupakan tradisi jemaat awal, yang dimulai sekitar abad ke-2 berdasarkan kesaksian para Bapa Gereja, terutama Tertulianus, yang dilanjutkan oleh St. Sirilus dari Yerusalem, St. Efrem dan St. Yohanes Damaskus. Jadi walaupun kita tidak membaca ajaran mengenai tanda salib ini dilakukan oleh para rasul di dalam Alkitab, namun bukan berarti bahwa tanda salib ini tidak berdasarkan Alkitab.

Tanda Salib adalah tanda pertama yang kita terima yaitu pada saat kita dibaptis dan tanda terakhir yang kita terima yaitu saat kita meninggalkan dunia ini menuju kehidupan abadi. Tanda Salib merupakan bagian yang amat penting dalam doa liturgis dan sakramen-sakramen. Dengan Tanda Salib kita mengawali serta mengakhiri doa kita.

Sebenarnya apa makna Tanda Salib? Tanda salib ini mengandung arti yang sangat mendalam yaitu 1) kemanunggalan dari Allah Trinitas, 2) salib yang merupakan tanda keselamatan dan kemenangan orang-orang Kristen, yang disebabkan oleh kemenangan Kristus atas dosa dan maut. Jadi tanda salib ini merupakan lambang yang berdasarkan Alkitab (lih. Yeh 9:4, Kel 17:9-14, Why 7:3, 9:4 dan 14:1), dan bukanlah sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Yesus. Bahkan Rasul Paulus sendiri bermegah dengan pewartaan salib Kristus (Gal 6:14), sehingga wajarlah jika kita sebagai pengikut Kristus membawa makna tanda salib ini kemanapun kita berada.

Maka tanda salib ini bagi umat Kristen adalah tanda yang harus kita bawa kemanapun sebagai tanda yang mengingatkan kita kepada salib Kristus yang menyelamatkan kita. Tradisi ini serupa dengan tradisi bangsa Yahudi yang memakai “tefilin” yaitu semacam kotak hitam yang berisi naskah Alkitab, yang mereka ikatkan di dahi mereka, sebagai pelaksanaan dari perintah dalam kitab Ul 6:4-8: “Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu…” Tanda di dahi ini juga disebutkan di dalam kitab Yeh 9:4.

Dengan tanda salib tubuh kita telah dimeterai dan disucikan oleh Allah. Dalam segala kegiatan kita: dari kita bangung tidur, sebelum tidur, kita belajar, kita bekerja, kita melakukan pelayanan, kita makan, kita susah, kita senang, kita tertawa, kita menangis. Jika kita membuat tanda salib itu berarti kita mengundang Allah Tri Tunggal untuk menjaga, melindungi kita sehingga kita tidak melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan kehendak Bapa. Tanda salib juga merupakan tanda persatuan kita dengan sesama umat Katolik, misalnya jika kita makan di rumah makan, kemudian melihat ada orang membuat tanda salib, kita pasti bilang : Oh, orang itu orang Katolik, dia saudara saya yang seiman.


Bagaimana kita membuat tanda salib?

Membuat Tanda Salib tata cara Gereja Latin

Memang terdapat beberapa cara untuk membuat tanda salib. Yang terpenting di sini adalah makna yang ingin disampaikannya, dan penghayatan orang yang membuat tanda salib ini. Maka cara yang mendetail sebenarnya tidak terlalu menjadi masalah, seperti apakah membuatnya dengan dua jari (jari penunjuk dan jari tengah, yang melambangkan dua kodrat Yesus, yaitu Allah dan manusia) atau tiga jari (yang melambangkan Trinitas), atau kelima jari (melambangkan kelima luka-luka Yesus di kayu salib). Atau arah salibnya ke kanan dulu baru kiri (seperti yang dilakukan Gereja-gereja Timur dan Orthodox) atau ke kiri dahulu baru ke kanan (seperti yang dilakukan oleh Gereja Katolik Roma).

Membubuhkan Tanda Salib di kening, dada dan pundak kita dengan menggunakan jari tangankita, dengan demikian kita diberkati dalam pikiran, hati dan keberadaan diri kita sepenuhnya.

Ketika Anda membuat tanda salib, lakukan dengan perlahan. Tidak buru-buru, tidak sembarangan – tapi hati-hati dan dengan hormat. Misteri terdalam iman kita terkandung di sini. Anda tahu bagaimana tradisi Bizantium membuat tanda salib?

Dengan ibu jari, telunjuk dan jari tengah disatukan dan dua jari lainnya menempel bersama ke telapak tangan. Tiga jari melambangkan Tritunggal, dan dua jari melambangkan dua kodrat Kristus: Ilahi dan manusia. Melakukan tanda salib kemudian menjadi katekese mini, pengingat diri terhadap misteri yang paling dasar dari iman kita. Tetapi cara memegang jari-jari Anda bukanlah satu-satunya perbedaan. Tradisi timur membuat tanda salib dari [bahu] kanan ke kiri, sedangkan kita membuatnya dari kiri ke kanan. Mengapa?

Sungguh menarik untuk dicatat bahwa pada abad ke-13, Paus Innocentius III (semasa dengan St Fransiskus dari Asisi) mengajar umat beriman tentang makna tanda salib dalam kata-kata ini: “Tanda salib dibuat dengan tiga jari, karena penanda-an tersebut dilakukan bersama-sama dengan seruan kepada Tritunggal. Beginilah cara melakukannya: dari atas ke bawah, dan dari kanan ke kiri, karena Kristus turun dari langit ke bumi, dan dari orang-orang Yahudi (kanan) Ia [kemudian] menuju kepada bangsa-bangsa lain (kiri).”

Perhatikan bahwa Paus Innocent menggambarkan bagaimana kebiasaan di Barat. Pada abad ke-13 Gereja Timur dan Barat masih membuat tanda salib dengan cara yang sama. Paus melanjutkan dengan mengatakan: “Orang lain, bagaimanapun, membuat tanda salib dari kiri ke kanan, sebab dari kesengsaraan (kiri) kita harus menyeberang menuju kemuliaan (kanan), sama seperti Kristus menyeberang dari kematian menuju kehidupan, dan dari Hades ke Surga [Beberapa imam] melakukannya dengan cara ini sehingga mereka dan orang-orang akan menandai diri sendiri dalam cara yang sama.”

Dengan dua atau tiga (atau lima jari) jari tangan kanan di dahi (sambil mngucapkan: “Atas nama Bapa”), tangan kemudian ke dada -melambangkan hati atau ke perut – menunjuk kepada luka Yesus di perut-Nya ataupun rahim di mana Yesus dikandung oleh Bunda Maria (sambil mengucapkan “dan Putera”, kemudian tangan menuju ke bahu kiri dan kanan (sambil mengucapkan “dan Roh Kudus” Amin). Dan tangan kembali terkatup.


Kapan kita membuat tanda salib?
  1. Pada saat sebelum dan sesudah kita berdoa.
  2. Ketika kita melewati setiap bangunan gereja Katolik, untuk menghormati kehadiran Tuhan Yesus di dalam tabernakel.
  3. Ketika memasuki gereja (membuat tanda salib dengan air suci)
  4. Saat-saat sedang menghadapi ketakutan (misalnya: ketika kita mendengar sirine ambulans, mobil kebakaran) ataupun ketika menerima kabar duka cita orang yang meninggal.
  5. Ketika kita melihat Salib Kristus, ataupun di saat-saat lain untuk menghormati Kristus, memohon pertolongan-Nya,
  6. Ketika hendak mengusir godaan, ketakutan maupun mengusir pengaruh kuasa jahat.
  7. Ketika ayah, sebagai imam dalam keluarga memberikati anak-anaknya, ia dapat menandai anak-anaknya dengan tanda salib di dahi mereka, misalnya sebelum anak-anak berangkat ke sekolah atau sebelum mereka tidur pada waktu malam hari.


Apa makna membuat tanda salib bagi diri kita?
Dengan tanda Salib kita mengingat kembali secara istimewa hidup, wafat dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus.

Ketika kita membuat tanda salib, apakah kita menyadari artinya? Dengarkan apa yang Guardini mengatakan tentang ini: “Ketika kami membuat tanda salib, jadikan itu dengan tanda salib nyata. Alih-alih gerakan kecil yang tidak memberikan gagasan apa artinya, mari kita membuat tanda besar dengan tidak terburu-buru, dari dahi ke dada, dari bahu ke bahu, dengan sadar merasakan bagaimana [tanda ini] mencakup seluruh diri kita, pikiran kita, sikap kita, tubuh dan jiwa kita, setiap bagian diri kita sekaligus, bagaimana tanda ini menguduskan dan menyucikan kita. Demikianlah itu karena itu adalah tanda. alam semesta dan tanda penebusan kita. Di kayu salib Kristus menebus umat manusia. Dengan salib Ia menguduskan manusia hingga titik terakhir penderitaan-Nya.”

Dalam Liturgi, ada banyak kesempatan untuk kita membuat tanda salib: dengan air suci sebelum Misa dimulai, pada awal Misa itu sendiri, di Injil: “semoga Tuhan memurnikan pemahaman saya, perkataan saya, dan hati saya, sehingga saya dapat menerima kata-kata Injil”,kita membuat tanda salib dalam ritus baptisan, untuk pengurapan orang sakit, untuk eksorsisme, ketika kita berdoa sepanjang hari, di Ofisi (Ibadat) Ilahi, kita membuat tanda salib ketika kita memulai Benedictus dan Magnificat, karena mereka adalah kidung Injil, dan Injil berarti Kristus sendiri.

Di perpustakaan Sant’ Anselmo di Roma, tempat di mana saya menghabiskan banyak waktu, ada lantai mosaik yang menggambarkan salib Kristus, dikelilingi oleh kata-kata: “Ave Crux, Spes Unica. Hail O Cross, Our only hope!” Salib Kristus memang benar satu-satunya harapan kita -tidak ada keselamatan dalam nama lain.

Jadi ketika kita membuat tanda salib, yang kita lakukan berkali-kali setiap hari, mari kita lakukan dengan baik!


Arti masing-masing dari tiga tanda salib sebelum bacaan Injil dibacakan?

  • Pertama kita membuat tanda salib tersebut di dahi. Tanda ini memiliki arti, "Dalam pikiranku, saya percaya". Anda meminta bantuan roh kudus agar Anda bisa percaya pada sabda Tuhan, dalam pikiran Anda.
  • Kedua kita membuat tanda salib di mulut. Tanda ini memiliki arti, "Melalui mulutku saya mewartakan". Anda setuju untuk mewartakan sabda Tuhan yang anda percayai dalam pikiran Anda ke semua orang.
  • Ketiga kita membuat tanda salib di dada. Tanda yang ini memiliki arti, "Dalam hatiku, saya simpan sabda Tuhan". Anda sudah percaya pada sabda Tuhan, dan anda juga sudah setuju untuk mewartakannya ke semua orang agar mendapat keselamatan. Namun Anda harus juga menyimpan sabda Tuhan itu dalam hati Anda, agar Andapun beroleh berkat-Nya


Tanda Salib menurut Para Bapa Gereja

Maka bagi umat Kristiani, tradisi membuat tanda salib ini sudah berakar sejak lama, bahkan dari Alkitab Perjanjian Lama, dan juga Perjanjian Baru, yaitu dari kitab Wahyu Why 7:3; 9:4; 14:1. Berakar dari ajaran Kitab Suci inilah, maka Para Bapa Gereja mengajar demikian:

1) Tertulianus (abad 2) mengajarkan dalam De cor Mil, iii: “Dalam perjalanan kita dan pergerakan kita, pada saat kita masuk atau keluar, ….. pada saat berbaring ataupun duduk, apapun pekerjaan yang kita lakukan kita meanndai dahi kita dengan tanda salib.”

2) St. Sirilus dari Yerusalem (315-386) dalam Catecheses (xiii, 36) mengajarkan, “Maka, mari kita tidak merasa malu untuk menyatakan Yesus yang tersalib. Biarlah tanda salib menjadi meterai kita, yang dibuat dengan jari-jari kita, di atas dahi … atas makanan dan minuman kita, pada saat kita masuk ataupun keluar, sebelum tidur, ketika kita berbaring dan ketika bangun tidur ketika kita bepergian ataupun ketika kita beristirahat.”

3) St. Efrem dari Syria (373) mengajarkan, “Tandailah seluruh kegiatanmu dengan tanda salib yang memberi kehidupan. Jangan keluar dari pintu rumahmu sampai kamu menandai dirimu dengan tanda salib. Jangan mengabaikan tanda ini, baik pada saat sebelum makan, minum, tidur, di rumah maupun di perjalanan. Tidak ada kebiasaan yang lebih baik daripada ini. Biarlah ini menjadi tembik yang melindungi segala perbuatanmu, dan ajarkanlah ini kepada anak-anakmu sehingga mereka dapat belajar menerapkan kebiasaan ini.”

4) St. Yohanes Damaskus (676-749) mengajarkan, “Tanda salib diberikan sebagai tanda di dahi kita, …. sebab dengan tanda ini kita umat yang percaya dibedakan dari mereka yang tidak percaya.”

Memang dalam hal cara membuat tanda salib itu terjadi perkembangan, karena pada awalnya tanda salib hanya dibuat di dahi saja, namun kemudian diajarkan juga untuk membuat tanda salib di mulut (St Jerome, Epitaph Paulae) dan di hati (Prudentius, Cathem., vi, 129). Tanda salib seperti yang kita kenal sekarang, yang secara jelas diajarkan oleh Paus Innocentius III (1198–1216), seperti demikian:

“The sign of the cross is made with three fingers, because the signing is done together with the invocation of the Trinity. … This is how it is done: from above to below, and from the right to the left, because Christ descended from the heavens to the earth, and from the Jews (right) He passed to the Gentiles (left). Others, however, make the sign of the cross from the left to the right, because from misery (left) we must cross over to glory (right), just as Christ crossed over from death to life, and from Hades to Paradise. [Some priests] do it this way so that they and the people will be signing themselves in the same way. You can easily verify this — picture the priest facing the people for the blessing — when we make the sign of the cross over the people, it is from left to right…“


BERKAT DARI ALLAH TRITUNGGAL

Kita menyebutnya berkat. Kita mengatakan kita “memberkati diri kita.” Membubuhkan tanda salib dengan tangan kita di kening, di dada serta di pundak kita, kita memberkati diri kita: Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus. Amin.

Tanda Salib menyatakan berkat. Tanda Salib melambangkan Tuhan memberkati kita, Tuhan melimpahi kita dengan berkat-berkat-Nya. Dan dengan tanda yang sama kita menyatakan kepercayaan kita kepada Tuhan, yang daripada-Nya semua berkat berasal. Dengan Tanda Salib kita memeluk Allah kita yang baik dengan segenap pikiran, hati serta kekuatan kita.

Tuhan memberkati. Kitab Suci Yahudi menggambarkan Tuhan sebagai, di atas segalanya, Dia yang memberkati. Tuhan memberkati Nuh dan menyelamatkan dunia dari air bah. Tuhan memberkati Abraham dan Sara dengan berkat yang lebih banyak dari bintang-bintang di langit. Tuhan memberkati bangsa Yahudi, membebaskan mereka dari perbudakan Mesir. Hidup itu sendiri dan segala ciptaan adalah karunia Tuhan.

Oleh karena itu, tradisi doa Yahudi selalu menyebut Tuhan sebagai Dia yang memberkati. “Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu,” demikian kata pemazmur. Sama seperti kita diberkati oleh Tuhan, demikian kita hendak memuji Tuhan.

Tradisi Gereja mengikuti pola yang sama, tetapi sebagai tambahan, doa umat Kristiani memuji Dia yang mengaruniakan kepada kita suatu berkat lain yang tidak ada bandingnya: berkat Yesus Kristus. “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga.” (Ef 1:3) Ia adalah “Firman yang menjadikan segala sesuatu, Juruselamat yang diutus untuk menebus manusia.” Dalam diri Yesus Kristus, Tuhan datang kepada kita sebagai Sahabat dan Saudara. Bersama dengan Bapa, Ia mengutus Roh Kudus ke atas kita “untuk menggenapkan karya-Nya di bumi dan membawakan kepenuhan rahmat bagi kita.” Dalam diri Yesus, Allah telah menyatakan kepada kita sumber segala berkat.  

Saat kita memberkati diri kita dengan Tanda Salib, kita ingat akan Dia yang memberkati kita: Alah Tritunggal: Bapa, Putera dan Roh Kudus.


BERKAT SALIB

Dengan tanda Salib kita mengingat kembali secara istimewa hidup, wafat dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. Kita membubuhkan Tanda Salib pada diri kita, Salib Yesus. Wafat-Nya di kayu Salib adalah curahan kasih-Nya kepada kita. Tanda Salib mengingatkan kita akan cinta-Nya, cinta yang tidak hanya ditemukan di masa lampau, tetapi di sini dan di saat ini, sementara kita membubuhkan Tanda Salib di tubuh kita, karena cinta Yesus Kristus kekal abadi selamanya.

Tanda Salib adalah ungkapan sehari-hari yang mengagumkan akan hubungan kita dengan Tuhan. Tuhan adalah Dia yang memberkati. Tanda Salib mengingatkan kita bahwa setiap hari, di saat suka maupun duka, dalam bahaya dan penderitaan, kasih setia Tuhan serta berkat-berkat-Nya tidak pernah jauh dari kita.

Dengan membubuhkan Tanda Salib di kening, dada dan pundak kita, kita ingat bahwa kita diberkati dalam pikiran, hati dan keberadaan diri kita sepenuhnya. Kita dapat menghadap Tuhan dengan penuh kepercayaan melalui Yesus Kristus yang kasih setia-Nya dinyatakan oleh tanda suci ini. “Datanglah kepadaku,” demikian kata Tuhan lewat Tanda Salib, “jangan takut. Sebelum engkau melakukan apa-apa, Aku telah menyongsong untuk memelukmu dengan limpahan berkat di tangan-Ku.”


Sejarah Penggunaan Tanda Salib.

Pada abad-abad permulaan, orang Kristen dikejar-kejar, dianiaya, dibunuh dan disiksa terutama oleh orang-orang Romawi. Dalam situasi yang sulit itu mereka bertemu dengan seorang Jenderal Romawi yang sangat baik dan bersimpati dengan orang-orang Kristen. Nama Jenderal Romawi ini adalah Konstantinus – nama yang sekarang diabadikan untuk nama kota Konstantinopel (sekarang dikenal sebagai kota Istambul – Turki). Pada malam sebelum berperang melawan Maxentius di pinggiran kota Roma, Konstantinus bermimpi bahwa seseorang memberi tahu dia agar menandai semua perisainya dengan tanda salib : “In Hoc Signum Vinces” (Dengan Tanda Ini engkau akan menang). Konstantinus pun mengikuti nasehat ini dan tanda salib itulah yang mengakhiri penganiayaan terhadap orang Kristen yang telah terjadi selama beratus-ratus tahun dan Konstantinus menjadi Kristen.


Penyusun : Yohanes Gitoyo
 Sumber : 
  1. http://www.indocell.net/yesaya/id180.htm
  2. http://www.imankatolik.or.id/tandasalib.html
  3. http://catholicforbeginners.wordpress.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar