Sabtu, 24 Mei 2014

Mengapa gelar Maria sebagai Bunda Gereja tidak muncul dalam Lumen Gentium ?

Bunda Kristus dan Bunda Gereja

Mengapa gelar Maria sebagai Bunda Gereja tidak muncul dalam Lumen Gentium, padahal gelar itu sudah disebutkan dalam Litani Santa Perawan Maria? Apakah gelar ini boleh dipakai? Apa artinya?
Yulius Siswanto, Malang

Pertama, hubungan antara Maria dengan Gereja bisa diungkapkan dalam tiga kategori, yaitu Maria sebagai Bunda Gereja, Maria sebagai anggota istimewa Gereja dan Maria sebagai model Gereja. Hampir selalu dalam perjalanan sejarah Gereja sebelum Konsili Vatikan II, digunakan pendekatan kristologis kepada Maria: artinya refleksi teologis tentang Maria dilakukan dengan melihat hubungan Maria dengan Kristus, yaitu sebagai ibu yang melahirkan Yesus. Dengan pendekatan kristologis ini, refleksi teologis tentang Maria hampir selalu dilakukan dengan membandingkan Maria dengan Kristus. Karena Kristus adalah kepala Gereja, Maria ditampilkan sebagai Bunda Gereja.

Konsili Vatikan II menggunakan pendekatan yang berbeda terhadap Maria, yaitu pendekatan eklesiologis: artinya refleksi teologis tentang Maria dilakukan dengan melihat hubungan Maria dengan para anggota Gereja, yaitu Maria sebagai anggota gereja yang membutuhkan penebusan Kristus. Pendekatan eklesiologis ini menonjolkan Maria sebagai “anggota Gereja yang serba unggul dan sangat istimewa” (LG 53). Maria lebih dilihat sebagai “saudari” kita, yang bisa kita jadikan “pola-teladan” sebagai murid Yesus dalam hal iman dan cinta kasih. Inilah sebabnya mengapa gelar Maria sebagai Bunda Gereja secara sadar telah dihindari baik dari judul bab VIII Lumen Gentium maupun dari seluruh dokumen.

Kedua, sikap para Bapa Konsili Vatikan II di atas dipicu oleh keinginan menekankan penampilan Maria lebih sebagai sesama anggota Gereja, dan bukan karena gelar Bunda Gereja itu buruk atau salah. Jadi, gelar itu boleh dipakai. Sebenarnya, Lumen Gentium itu sendiri banyak merujuk Maria sebagai bunda kita, para murid Yesus. “Ia memang Bunda para anggota ... karena dengan cinta kasih ia menyumbangkan kerja samanya supaya dalam Gereja lahirlah kaum beriman ...” (LG 53; bdk LG 62, 63; KGK 967). Bahkan, para Bapa Konsili juga menyebut Maria sebagai “Bunda Umat manusia” (LG 54).

Pada promulgasi dari Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium, 21 November 1964, Paus Paulus VI menyatakan: “Kami mendeklarasikan Maria Tersuci sebagai Bunda Gereja.” (Allucutio Post Duo Menses). Pernyataan ini diulangi lagi ketika ia menutup Konsili Ekumenis Vatikan II, 8 Desember 1965, katanya: “Konsili Ekumenis Vatikan II, yang berhimpun dalam Roh Kudus dan di bawah perlindungan Santa Perawan Maria, yang telah kita nyatakan sebagai Bunda Gereja ...” Dan masih sekali lagi ia menyatakan gelar ini pada tanggal 27 Mei 1966.

Paus Yohanes Paulus II sejak awal masa kepausannya, banyak sekali menggunakan gelar ini. Maria menjadi Bunda Gereja karena Maria sudah melahirkan Kristus, Kepala Gereja, dan Maria juga sudah ikut melahirkan Gereja pada peristiwa Pentakosta (bdk Kis 1:14). Bahkan, Katekismus Gereja Katolik (1993) pada Pasal 6 menggunakan judul “Maria, Bunda Kristus dan Bunda Gereja.”(KGK 963)

Ketiga, gelar Bunda Gereja sebenarnya hendak menunjukkan peran Maria yang ikut serta melahirkan murid-murid Yesus atau anak-anak Allah karena dalam tata rahmat, Maria adalah murid Yesus yang pertama. “Ia secara sungguh istimewa bekerjasama dengan karya Juru Selamat, dengan ketaatan, iman, pengharapan, serta cinta kasihnya yang berkobar, untuk membarui hidup adikodrati jiwa-jiwa. Oleh karena itu, dalam tata rahmat ia menjadi Bunda kita.” (LG 61; KGK 968; bdk LG 62, KGK 969). Pada kaki salib, Yesus menunjukkan Maria sebagai Bunda kita, para murid- Nya (Yoh 19:26-27).

Jadi, kata “Gereja” dalam gelar Bunda Gereja harus dimengerti secara jelas sebagai para gembala dan para beriman bersama-sama, dan bukan institusi Gereja. Gelar Bunda Gereja tidak mengaburkan ajaran bahwa Maria juga adalah anggota Gereja yang membutuhkan penebusan Kristus. Bunda Maria tidak berada di luar dan mengatasi Gereja, tetapi berada di dalam Gereja sebagai anggota Gereja yang sangat istimewa dan serba unggul.

Penulis : Pastor Dr Petrus Maria Handoko CM
Sumber : http://www.hidupkatolik.com/, Kamis, 14 November 2013 14:25 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar