Sabtu, 31 Januari 2015

Mengenal "Indulgensi", Harta Pusaka Gereja Katolik.

Ajaran Indulgensi

APA ITU INDULGENSI?

Indulgensi adalah harta pusaka surgawi yang istimewa yang dianugerahkan Gereja kepada kita untuk melunasi hutang dosa kita kepada Tuhan serta untuk memulihkan luka-luka jiwa kita yang diakibatkan oleh dosa.

Tuhan memberikan wewenang kepada Gereja untuk memberikan indulgensi atas perbuatan-perbuatan atau doa-doa tertentu, sehingga ketika kita melakukan perbuatan atau doa tersebut, kita boleh memperoleh indulgensi.

Meskipun indulgensi tidak dapat dipergunakan untuk orang lain yang masih hidup (mereka harus memperoleh indulgensinya sendiri!), kita dapat membantu jiwa-jiwa di api penyucian agar lebih cepat tiba di surga dengan mempergunakan indulgensi yang kita terima untuk membantu mereka melunasi hutang dosa mereka kepada Tuhan.


MENGAPA KITA MEMERLUKAN INDULGENSI?

Kamu mungkin berpikir, “Tetapi, bukankah saya sudah menerima Sakramen Tobat dan Tuhan sudah mengampuni dosa-dosa saya! Mengapa saya masih memiliki “hutang” kepada Tuhan?”

Frank Sheed, seorang pengkhotbah Katolik dari Inggris yang terkenal, menjawabnya demikian: Dosa adalah seperti menancapkan sebuah paku pada sepotong kayu. Ketika kamu mengakukan dosa-dosamu pada imam, dan Tuhan mengampunimu, sama halnya seperti mencabut paku dari kayu tersebut. Paku sudah tidak ada lagi, tetapi lubang yang ditimbulkannya tetap ada dan harus diperbaiki. Dengan berdosa kita telah melukai jiwa kita dan sekarang kita harus memulihkan kembali luka-luka itu.

Karena Dosa Asal (dosa ketidaktaatan Adam dan Hawa di taman Eden), manusia cenderung berbuat dosa daripada melakukan yang baik. Setiap dosa melukai jiwa kita dengan membuatnya lebih sulit untuk menghindarkan diri dari perbuatan dosa yang sama di waktu mendatang. Bahkan setelah kita bertobat, kita masih harus mengatasi kecenderungan ini dengan penitensi. Para kudus memahami hal ini dengan baik sekali; mereka seringkali melakukan matiraga atau silih agar dapat lebih menguasai keinginan-keinginan mereka.  

Namun demikian, karena kita tidak dapat melihat luka yang diakibatkan oleh dosa pada jiwa kita, kita seringkali tidak cukup menyesali dosa-dosa kita itu; kita lupa untuk berdoa serta lupa melakukan silih. Karenanya, jiwa kita harus dibersihkan, baik dalam masa kita hidup di dunia melalui berbagai pencobaan, atau kelak - sesudah kita meninggal - di api penyucian. Tuhan, melalui gereja-Nya, menyediakan bagi kita suatu “bonus” bagi doa dan silih yang kita lakukan, yaitu indulgensi. Jika kita melakukan suatu perbuatan atau mendaraskan suatu doa yang dinyatakan oleh Gereja dapat mendatangkan indulgensi (misalnya berdoa di hadapan Sakramen Mahakudus, mendaraskan doa Rosario dll), Gereja mempergunakan harta pusaka-Nya berupa jasa-jasa Kristus untuk “menebus” sebagian atau seluruh hutang dosa kita kepada Tuhan serta menyucikan jiwa kita bagi kita, selama kita mempunyai niat untuk memperoleh indulgensi.

Seorang biarawati dalam biara St. Theresia dari Avila, menyadari pentingnya indulgensi dan tidak pernah menyia-nyiakan setiap kesempatan untuk memperolehnya. Ketika biarawati itu meninggal, St. Theresia sangat terkejut melihat jiwa biarawati tersebut langsung naik menuju surga tanpa melalui api penyucian! Karena biarawati tersebut tampaknya biasa-biasa saja, St. Theresia bertanya kepada Yesus apa sebabnya jiwa biarawati tersebut dapat langsung menuju surga. Yesus menjawab bahwa itu semua karena semua indulgensi yang dengan setia diperolehnya, sang biarawati telah membayar lunas semua hutang dosanya kepada Tuhan, sehingga jiwanya bersih dan tak bernoda pada saat kematiannya!


HARTA PUSAKA GEREJA


Gereja Katolik mempunyai wewenang untuk memberikan indulgensi karena gereja memperolehnya dari kekayaan tak terhingga jasa-jasa Kristus, Bunda Maria dan semua orang kudus. Beata Maria dari Quito, seorang biarawati Spanyol, melihat dalam suatu penglihatan suatu harta pusaka yang berlimpah, yang - diterangkan kepadanya oleh Tuhan - melambangkan segala rahmat dan jasa-jasa Yesus (harta pusaka Gereja!) dari mana indulgensi diperoleh. Segala rahmat dan jasa-jasa ini dapat diperoleh siapa saja yang memenuhi persyaratan, yang biasanya amat mudah, untuk memperoleh indulgensi. Umat beriman yang tidak peduli untuk mendapatkan keuntungan dari indulgensi ini dapat diumpamakan seperti seorang pengembara yang melewati suatu padang penuh dengan perhiasan berharga, yang tidak mau merepotkan diri untuk memungut dan mengisi kantungnya dengan harta pusaka itu, meskipun ia tahu bahwa ia akan memerlukan harta tersebut setibanya di tempat tujuan.

Gereja menerima wewenang untuk memberikan indulgensi dari Yesus, yaitu ketika Ia memberikan kunci kerajaan Surga kepada Petrus, “Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” (Mat 16:19) Dalam bahasa modern, mungkin Yesus akan mengatakan, “Aku memberimu PIN untuk rekening bank surgawi-Ku.”

Pada abad kelimabelas dan keenambelas, Gereja memberikan indulgensi kepada mereka yang memberikan sumbangan untuk pembangunan katedral-katedral indah yang sedang dibangun pada saat itu. Sayang sekali, hal tersebut menimbulkan salah tafsir bahwa Gereja menjual indulgensi untuk mendapatkan uang. Sebagai akibatnya, kaum reformasi Protestan masa itu menolak mentah-mentah ajaran tentang indulgensi karena menganggapnya sebagai penyalahgunaan kuasa Gereja. Tentu saja mereka salah; meski pun mungkin ada beberapa penyalahgunaan, tetapi kuasa Gereja untuk memberikan indulgensi diberikan oleh Tuhan sendiri. Kaum Protestan itu ada benarnya juga ketika mengatakan bahwa kita tidak dapat sekedar membeli indulgensi seperti obat “mujarab” bagi jiwa kita! Kita harus mempunyai semangat penyesalan atas dosa-dosa kita agar dapat memperoleh manfaat indulgensi.


 MACAM-MACAM INDULGENSI

Ada dua macam indulgensi: indulgensi sebagian dan indulgensi seluruhnya.
  • INDULGENSI SELURUHNYA: indulgensi seluruhnya menghapuskan seluruh hukuman (siksa dosa sementara) yang timbul karena dosa-dosa kita. Jika seseorang menerima indulgensi seluruhnya dan tiba-tiba meninggal segera sesudahnya, maka orang itu tidak akan perlu pergi ke api penyucian! Wow! Jadi, bagaimana hal itu mungkin terjadi? Jawabannya amat sederhana: rahmat yang terkandung dalam indulgensi adalah tak terbatas (tentu saja, karena berasal dari jasa-jasa Kristus ya'kan?). Tetapi penyesalanmu sendiri atas dosa-dosamu adalah faktor yang menentukan dalam menerima rahmat ini. Salah satu syarat agar dapat menerima indulgensi seluruhnya ialah bahwa kamu tidak lagi mempunyai kelekatan terhadap dosa. Artinya kamu harus menyesali dosa-dosamu secara sempurna dan tidak ingin melakukannya lagi. Penyesalan sempurna ini membuka jiwamu lebar-lebar terhadap rahmat Tuhan, sehingga kamu dapat menerima rahmat indulgensi sepenuhnya. Tetapi, jika kamu melakukan perbuatan atau doa yang dapat mendatangkan indulgensi sepenuhnya, tetapi kamu masih memiliki kelekatan terhadap dosamu, kamu hanya menerima indulgensi sebagian.

  • INDULGENSI SEBAGIAN: indulgensi sebagian menghapuskan sebagian hukuman (siksa dosa sementara) yang timbul karena dosa-dosa kita. Gereja memberikan indulgensi sebagian atas perbuatan-perbuatan dan doa-doa yang tingkat kepentingannya kurang dibandingkan dengan yang memperoleh indulgensi seluruhnya. Pada masa yang silam, indulgensi biasa diukur dengan “hari” atau “tahun” yang sama dengan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melakukan silih berat (misalnya kamu mendaraskan suatu doa tertentu, kamu dapat memperoleh indulgensi “empat puluh tahun”). Tetapi, hal ini menyebabkan umat beriman hanya sekedar menambahkan jumlah hari-hari dan tahun-tahun indulgensi yang mereka peroleh dan bukannya memusatkan diri pada penyesalan sungguh-sungguh atas dosa. Jadi pada tahun 1969 Gereja menghapuskannya dari perkataan “indulgensi sebagian”. Indulgensi sebagian tidak diukur dengan jangka waktu yang pasti, karena manfaatnya bergantung pada keterbukaan kita sendiri terhadap Tuhan serta penolakan kita terhadap dosa. Bahkan indulgensi sebagian amatlah berharga bagi kita - apakah kamu akan mengeluh jika kamu berhutang Rp 20.000 dan seseorang membayarkan Rp 6.000 untukmu?!

Catatan: Indulgensi sebagian dapat diperoleh beberapa kali dalam sehari. Indulgensi seluruhnya hanya dapat diperoleh satu kali dalam satu hari.


 PERSYARATAN MENDAPATKAN INDULGENSI SELURUHNYA
  1. Melakukan perbuatan atau mendaraskan doa yang dapat mendatangkan indulgensi.
  2. Mengakukan dosa-dosamu kepada imam dengan penyesalan sempurna karena telah menghina Tuhan.
  3. Menerima Komuni Kudus.
  4. Berdoa bagi intensi Bapa Suci (doa-doa yang lazim ialah Bapa Kami, Salam Maria dan Sahadat Para Rasul).

Perlu diketahui bahwa kita perlu menerima Komuni Kudus untuk setiap indulgensi seluruhnya, tetapi satu Sakramen Tobat dapat dipergunakan untuk beberapa indulgensi.


DOA & PERBUATAN YANG DAPAT MENDATANGKAN INDULGENSI
  • SECARA UMUM:

Indulgensi sebagian diberikan kepada umat beriman yang, dalam melaksanakan kewajibannya dan dalam menanggung pencobaan-pencobaan hidupnya, mengangkat akal budi mereka dengan penuh percaya dan rendah hati kepada Tuhan, dan menyerukan - bahkan jika hanya secara batin - seruan-seruan saleh (misalnya “Bunda Maria, doakanlah kami", dsbnya).

Indulgensi sebagian diberikan kepada umat beriman yang dengan semangat iman dan belas kasihan memberikan dirinya atau harta miliknya untuk melayani sesamanya yang membutuhkan.

Indulgensi sebagian diberikan kepada umat beriman yang dengan semangat silih secara sukarela menjauhkan diri dari segala sesuatu yang mereka senangi.

Indulgensi sebagian diberikan kepada umat beriman yang menjadi saksi iman di lingkungan bukan Katolik (hal ini bahkan dapat sangat sederhana seperti berdoa di sebuah restaurant!).

  • BERBAGAI MACAM DOA YANG MENDATANGKAN INDULGENSI:
Api Penyucian

  1. Rosario (indulgensi seluruhnya apabila didaraskan di gereja, atau dalam kelompok atau dalam keluarga, indulgensi sebagian di luar kondisi tersebut).
  2. Jalan Salib, Syahadat Nicea (indulgensi seluruhnya).
  3. Litani Hati Yesus yang Mahakudus, Litani Santa Perawan Maria atau Litani Orang Kudus (indulgensi sebagian).
  4. Ratu Surga, Syahadat Para Rasul, Tanda Salib, doa untuk panggilan hidup religius dan imamat (indulgensi sebagian).


  • BERBAGAI MACAM PERBUATAN YANG MENDATANGKAN INDULGENSI:

  1. Mengunjungi makam dan berdoa bagi mereka yang sudah meninggal (indulgensi penuh dari tanggal 1 hingga 8 November, dan indulgensi sebagian untuk hari-hari lainnya. Indulgensi ini diperuntukkan bagi jiwa-jiwa di api penyucian).
  2. Sembah sujud di hadapan Sakramen Mahakudus (indulgensi sebagian, indulgensi seluruhnya jika sembah sujud lebih dari setengah jam).
  3. Membaca Kitab Suci (indulgensi sebagian, indulgensi seluruhnya apabila lebih dari setengah jam).
  4. Mengajar atau belajar ajaran Gereja (indulgensi sebagian).
  5. Meluangkan waktu sedikitnya tiga hari dalam suatu retret (indulgensi seluruhnya).
  6. Ambil bagian dalam Penghormatan Salib dalam Ibadat Jumat Agung dan mencium salib dengan khidmat (indulgensi seluruhnya).
  7. Pembaharuan Janji Baptis (indulgensi sebagian, indulgensi seluruhnya jika pembaharuan Janji Baptis dilakukan pada Malam Paskah atau pada peringatan pembaptisan seseorang).

Catatan: masih ada banyak macam dan ragam indulgensi lainnya.


TAHUKAH KAMU?

Meskipun kamu tidak dapat mempergunakan indulgensi yang kamu peroleh bagi orang lain yang masih hidup (mereka harus mendapatkan indulgensi mereka sendiri!) kamu dapat memohon kepada Tuhan untuk mempergunakan indulgensi yang kamu peroleh untuk membebaskan jiwa-jiwa di api penyucian. Juga jangan lupa memohon bantuan doa dari jiwa-jiwa menderita itu agar mendoakanmu jika kelak mereka telah tiba di surga; tanpa kamu sadari kamu telah menjalin persaudaraan dengan para kudus di surga!

Sumber : :"Indulgences: the treasures of the Catholic Church"; Catholic Youth Networking; www.catholicyouth.freeservers.com

Dikutip dari : www.indocell.net/yesaya”

Apakah Ajaran Tentang Indulgensi Masih Aktual Untuk Jaman Sekarang Ini ?

Ajaran Indulgensi

Dalam penanggalan liturgi 2014, halaman 54, dikatakan tentang “indulgensi penuh” dan “indulgensi sebagian”. Apakah ajaran tentang indulgensi ini masih aktual? Apa itu indulgensi?
Martinus Natadiredja


Pertama, ajaran tentang indulgensi diungkapkan Gereja dalam berbagai dokumen, yaitu Konstitusi Apostolik Indulgentiarum doctrina (1 Januari 1967), Enchiridion Indulgentiarum (1968), KHK 992-997 (1983), Ensiklik Aprite portas Redemptori (1983) dan KGK 1471-1479 (1993). Dokumen Gereja yang bertubi- tubi ini menjadi bukti bahwa ajaran tentang indulgensi masih sangat aktual. Untuk mengerti ajaran ini, perlu dimengerti terlebih dahulu tentang perbendaharaan rohani, persekutuan para kudus, kuasa Gereja untuk melepas dan mengikat, serta tentang akibat dosa dan pengampunan dosa.

Kedua, perbendaharaan rohani. Setiap perbuatan baik menghasilkan pahala, yaitu meningkatkan rahmat pengudus dalam jiwa, sehingga kita semakin dilayakkan menerima ganjaran surgawi. Sedangkan setiap tindakan pertobatan dan silih dapat mengurangi hukuman yang seharusnya diterima karena dosa.

Maka, kita bisa mengatakan bahwa perbuatan baik dan tindakan pertobatan bersifat melunasi hutang. Sebagai pribadi yang bebas, kita bisa menentukan untuk menerapkan pelunasan hutang itu untuk diri kita sendiri atau untuk orang lain. Dengan sengsara dan wafat-Nya di salib dan juga semua perbuatan baik-Nya, Dia melunasi hutang dosa kita.

Semua pahala itu dikumpulkan dalam perbendaharaan rohani Gereja. Bunda Maria dan para kudus yang lain, baik yang sudah diresmikan Gereja maupun yang tak diresmikan, ikut serta memperkaya perbendaharaan rohani Gereja dengan tindakan mulia yang mereka lakukan. Dari perbendaharaan rohani ini, kita bisa menikmati keuntungan pelunasan hutang dosa, seperti yang dimaksud Paulus, “Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat.” (Kol 1:24).

Ketiga, persekutuan para kudus (KGK 1474-1477). Karena dipersatukan dengan Yesus Kristus, maka kita bersatu sebagai satu Tubuh dengan Yesus Kristus sebagai Kepala. Ketika satu anggota menderita, anggota yang lain bisa ikut merasakan, bahkan meringankan penderitaan, yaitu dengan memberikan kekuatan baru. Dalam Tubuh Kristus, semua anggota memiliki semua hal bersama-sama. Para anggota yang sedang berjuang di dunia maupun yang sedang menderita dalam api penyucian bisa menerima kekuatan rohani dari perbendaharaan rohani Gereja.

Keempat, kuasa Gereja untuk melepaskan dan mengikat (Mat 16:19) membuat Gereja mampu melepaskan ikatan dosa dan hukuman dosa melalui pengampunan, dan memperbaiki akibat dosa melalui karya baik dan pahala dari perbendaharaan rohani Gereja (KGK 1478-1479). Gereja berhak menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi (bdk. KHK Kan 995-997) agar disalurkan kekayaan rohani untuk pelunasan akibat dosa.

Kelima, dosa yang dilakukan manusia membawa serta hukuman dosa dan akibat dosa. Yang dimaksud dengan akibat dosa ialah melemahnya daya tahan rohani dari si pendosa dan semakin kuatnya keterlekatan pendosa pada objek dosa. Akibat dosa berkaitan dengan sikap batin dari orang yang bersangkutan.


Dokumen resmi Gereja menyebut akibat dosa ini “hukuman sementara” (KHK kan. 992) atau “siksa dosa sementara” (KGK 1471, 1472). Sakramen Rekonsiliasi memberikan pengampunan atas dosa dengan menghapuskan hukuman dosa, tapi tak langsung memperbaiki sikap batin orang itu. Di sinilah peran indulgensi. Jadi, indulgensi ialah penerapan kekayaan rohani Gereja untuk memperbaiki sikap batin pendosa atau perbaikan akibat dosa. Jika perbaikan itu menyeluruh, maka disebut indulgensi penuh, sedangkan jika perbaikan itu sebagian, maka disebut indulgensi sebagian (KHK Kan 993-994). Jadi, dosa tidak bisa dihapus dengan indulgensi. Indulgensi hanya menghapuskan akibat dosa.

Penulis : RP Petrus Maria Handoko CM
Sumber : http://www.hidupkatolik.com, Selasa, 27 Januari 2015 14:54 WIB

Selasa, 20 Januari 2015

Doa Yesus ? Sudahkah anda Mengetahuinya ?


Inti hidup kita adalah relasi pribadi dengan Tuhan, sebab tanpa relasi ini tidak ada hidup rohani. Oleh karena itu, saudara-saudariku, marilah kita mencari relasi ini, membinanya, dan memohon agar kita semakin disatukan dengan diri-Nya.

Banyak cara untuk membina hubungan pribadi ini; untuk berdoa. kita dapat berdoa kepada-Nya dalam Ekaristi, Ibadat Harian, Doa Hening atau Doa Yesus, Lectio Divina, Adorasi, Devosi-devosi, serta doa di dalam sikap batin kita. Dalam artikel ini kita akan mengenal Doa Hening atau "Doa Yesus".

Doa hening atau doa Yesus adalah sebuah bentuk doa yang sederhana, tetapi mampu membawa kita pada kedalaman doa yang besar. Doa ini merupakan kekuatan hidup kita. Melalui doa ini Tuhan akan dapat mencurahkan kepada kita cinta dan kebijaksanaan-Nya.

Ketika orang menyentuh jumbai jubah Tuhan, suatu kekuatan keluar dari-Nya dan menyembuhkan segala penyakit. Kini kita tidak lagi memiliki pakaian-Nya, tetapi sebagai gantinya kita memiliki Tubuh dan Darah-Nya, juga kemungkinan untuk mengucapkan nama-Nya dengan iman, cinta kasih, sambil mengenali dengan dorongan Roh Kudus, bahwa Ia sungguh-sungguh Tuhan. Di dalam nama Yesus sendiri hadir seluruh pribadi-Nya. Dengan menyerukan nama-Nya dengan penuh iman dan cinta kasih, kuasa-Nya yang menyembuhkan juga hadir bagi kita.

Petrus dan Yohanes di depan pintu gerbang kenisah, semua rasul dan para kudus memakai kuasa Nama ini untuk menyembuhkan orang-orang sakit atau untuk mengusir setan. Tuhan sendiri mengundang kita untuk berbuat yang sama.

“Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, ku akan melakukannya.” 
(Yoh 14:14)

 Banyak sekali orang Kristen yang menyucikan dirinya dengan mengucapkan nama Yesus ini secara terus menerus. Yang satu hanya mengucapkan Nama itu saja. Yang lainnya menambahkan suatu permohonan minta bantuan Tuhan untuk saat itu seperti misalnya:

“Tuhan Yesus, datanglah menolong aku.”

 Yang lain lagi, lebih banyak jumlahnya, menambahkan pada Nama Tuhan ini pengakuan iman Petrus, seruan si buta serta pengakuan di pemungut bea. Seruan ini membawa kita kepada kerendahan hati serta cintakasih yang mendalam:

“Tuhan Yesus Kristus, Putera Allah yang hidup, kasihanilah aku, orang berdosa ini.”



1. Apakah doa itu?

Doa adalah suatu hubungan pribadi dengan Allah yang diungkapkan dalam suatu percakapan, pujian, syukur, permohonan, kerinduan, penyesalan, masuk dalam keheningan dan mendengarkan suara Allah yang berbicara kepada kita. Allah telah menciptakan kita menurut gambar dan rupa-Nya sendiri, Ia begitu mengasihi kita dan ingin agar kita memasuki hubungan yang mesra dengan Dia. Hubungan antara manusia dengan Allah itu bukan buah pikiran atau khayalan manusia, melainkan buah karya keselamatan Allah. Allah yang menanamkan kerinduan itu di dalam hati manusia. Allah menghendaki agar kita mengenal Dia sungguh-sungguh dan memasuki aliran hidup yang ada di dalam diri Allah sendiri. Dalam Kristus, Bapa menawarkan cinta-Nya kepada kita. Ia ingin agar kita memasuki persekutuan hidup dengan-Nya. Jadi Allah yang lebih dahulu menawarkan hubungan ini kepada kita. Bagaimana kita dapat menjawab tawaran Allah ini dengan semestinya? Yaitu bahwa Allah telah mengutus Roh-Nya sendiri untuk membantu kita dalam kelemahan kita, sebab kita tidak tahu bagaimana seharusnya berdoa, tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tak terucapkan (Rm 8:26).


2. Yesus adalah teladan kita dalam berdoa

Yesus adalah pendoa yang sejati, dalam seluruh hidup-Nya Ia mempunyai hubungan yang mesra dengan Bapa-Nya. Kita melihat dalam Injil, Yesus sering pergi ke tempat yang sunyi untuk berdoa (Mrk 1:35), Yesus berdoa di atas gunung Tabor bersama murid-murid-Nya (Luk 9: 28-30). Dalam pelayanan-Nya kepada orang banyak Yesus selalu berdoa; ketika mengadakan perbanyakan roti Yesus menengadah ke langit mengucap syukur kepada BapaNya; Yesus berdoa di taman Getsemani ketika akan menghadapi ajal-Nya (Luk 22:39-46). Jadi dapat disimpulkan bahwa doa Yesus memancar keluar dari hubungan-Nya yang mesra dengan Allah Bapa. Semakin Yesus bergaul mesra dengan Bapa-Nya, maka semakin nyata bahwa Yesus selalu hidup di hadirat Bapa. Seperti dikatakan dalam Injil Yoh 4:34, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku.” Apa yang dilihat-Nya dikerjakan oleh Bapa-Nya itulah yang dikerjakan-Nya (Yoh 5: 19).Yesus juga mengundang kita semua untuk mengambil bagian dalam hubungan-Nya yang mesra dengan Bapa-Nya ini. Ia mengutus Roh-Nya supaya dalam kuasa Roh itu kita dijadikan anak-anak-Nya dan mengambil bagian dalam misteri hubungan yang mesra dengan Allah Bapa. “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utu.” (Yoh 17:3).


3. Inti Doa Yesus

Doa Yesus amat populer dalam tradisi Gereja Timur, dan sudah tersebar luas juga dalam Gereja Katolik. Inti doa Yesus ini adalah penyeruan nama Yesus, itulah sebabnya disebut doa Yesus. Penyeruan nama Yesus itu bukan hanya secara mekanis saja, tetapi harus disertai dengan iman, harapan, dan kasih. Penyeruan nama Yesus itu harus merupakan ungkapan kerinduan hati untuk mengenal dan mengalami kasih-Nya. Kita mencurahkan seluruh isi hati kita, kerinduan kita dalam nama suci itu. Doa ini bersandar pada kekuatan nama Yesus, “Barangsiapa berseru kepada nama Yesus akan diselamatkan” (Kis 2:21. Kis 4:12). Dengan menyerukan nama Yesus kita memanggil hadir Yesus sendiri atau lebih tepat kita menghadirkan diri pada Roh yang sesungguhnya sudah senantiasa hadir, tetapi tidak kita sadari kehadiran-Nya. Nama Roh itu akan menyelamatkan, menyembuhkan, menyucikan kita. Rumusan doa Roh secara kongkrit itu demikian: “Yesus, Yesus, Yesus kasihanilah aku.” Ada pula yang memakai rumusan: “Yesus, Putera Allah yang hidup, kasihanilah aku orang yang berdosa ini.” Seruan ini berasal dari seruan si buta dari Yerikho yang memohon kesembuhan kepada Yesus (Luk 18:38), atau doa si pemungut cukai “Ya Yesus kasihanilah aku orang berdosa ini” (Luk 18:13). Juga dapat hanya disebutkan “Yesus, Yesus” saja, atau bahkan hanya “Yesus” saja. Kata-katanya dapat berbeda-beda, tetapi sangat dianjurkan berpegang pada satu rumusan saja. Banyaknya kata-kata dalam doa kerapkali mengisi roh kita dengan gambaran-gambaran yang tidak berguna serta mencerai-beraikan perhatian, sedangkan kata tunggal menghasilkan pemusatan perhatian ke dalam, demikian nasehat Santo Yohanes Climakus, salah seorang tokoh dalam bidang ini.


4. Latihan penyadaran

Seringkali orang sukar berdoa karena kebisingan dan keramaian jiwanya. Oleh karena itu perlulah diciptakan keheningan dalam dirinya lebih dahulu, supaya dapat memasuki doa yang lebih dalam. Untuk tujuan ini dapat dipakai latihan penyadaran. Tujuan latihan ini adalah untuk memperbesar daya konsentrasi dan kepekaan terhadap alam sekitar dan dengan demikian juga kepekaan terhadap karya Roh di dalam dirinya. Latihan penyadaran itu dapat diarahkan pada suara, memusatkan pandangan pada sesuatu seperti salib, lilin, merasakan sentuhan pada pakaian yang melekat di tubuh, merasakan udara yang sejuk yang menyentuh kulit, menyadari pernapasan, dll. Latihan penyadaran ini dilakukan untuk membantu konsentrasi.


5. Doa dan pernapasan

Doa ini dapat dimulai dengan bantuan rosario. Doa ini dapat didoakan setiap waktu, dalam situasi apapun juga, di dalam bis, atau kereta api, atau ketika kita melakukan aktivitas sehari-hari yang tidak membutuhkan konsentrasi penuh. Misalnya jika sedang mengerjakan pembukuan tentu kita membutuhkan konsentrasi penuh. Doa Yesus bisa dilakukan misalnya sambil mengemudikan kendaraan, menyapu, berjalan, menunggu antrian dokter, dll.

Doa Yesus ini hendaknya bukan hanya aktivitas lahiriah saja, namun harus membawa kita kepada doa yang lebih batiniah. Untuk mencapai tujuan itu kita dapat mengiramakan doa itu dengan pernapasan, seturut keluar masuknya napas.

Ambillah sikap duduk yang baik, entah dengan bersila ataupun dengan dingklik. Yang penting punggung harus tegak. Kalau bersila, usahakan agar kedua lututmu menempel pada lantai. Mata dapat dipejamkan atau dibuka. Kalau dibuka arahkan kira-kira satu meter ke depan di lantai. Mata yang terbuka dapat mengurangi pelanturan.

Mulailah dengan menyebut nama Yesus dengan penuh iman dan cintakasih. Engkau dapat meritmekannya pada irama napasmu, namun ini tidak mutlak. Waktu tarik napas: Yeee, waktu keluar: susss. Atau boleh juga: Tuhannnn --- Yesussss. Dapat pula: Tuhan Yesus Kristus ---- Putera Allah yang hidup ----- Kasihanilah aku ----- orang berdosa ini. Atau: Tuhan Yesus Kristus ----- kasihanilah aku.

Misalnya: waktu menarik napas mendoakan “Tuhan Yesus Kristus”, waktu mengeluarkan napas menyerukan “kasihanilah aku.” Dapat pula lebih pendek “Tuhan Yesus” saja.

Dengan semakin diresapi oleh nama Yesus, semakin dekat pula pribadi Yesus denganmu. Sampai suatu ketika nama Yesus menjadi selalu menggema dalam diri kita, menjadi komunikasi tidak kunjung putus antara kita dan Dia.

Bahkan hanya nama Yesus saja, “Ye--sus” atau “Ye--su”. Dengan mengatur doa seturut pernapasan, roh kita menjadi tenang, menemukan damai. Perhatiannya mudah dipusatkan dan ia sedikit demi sedikit menguasai gerak pikiran, fantasi, ide-ide. Ia menjadi terarah ke dalam dan makin menjadi satu, maka terciptalah harmoni.


6. Halangan-halangan doa

Menurut St. Theresia dari Avila, Allah bertahta di kedalaman lubuk hati kita. Allah berdiri di depan pintu hati kita dan mengetuk (Why 3:20). Untuk berjumpa dengan Allah, kita harus masuk ke dalam hati kita. Hal ini hanya bisa terlaksana kalau kita mengheningkan hati dari segala macam keributan seperti kecemasan, ketakutan, kekuatiran, dendam, rasa bersalah, iri hati, menyimpan jimat, belajar ilmu gaib bela diri, mempunyai ikatan dengan kuasa gelap, perdukunan, tukang ramal, dan macam-macam dosa lainnya. Untuk itu kita harus membuka hati terhadap Tuhan, minta pengampunan, bertobat dan merasakan kerahiman-Nya / belas kasihan-Nya.


7. Motivasi doa

Hendaklah doa Yesus ini dijalankan dengan motivasi yang murni. Doa itu hendaknya merupakan persembahan diri yang murni kepada Allah. Memberikan waktu secara cuma-cuma bagi Tuhan, memboroskan waktu untuk Tuhan, sebab Dia pantas dicintai demi diri-Nya sendiri. Doa kita harus bertujuan untuk sekedar hadir di hadapan Allah yang dirindukan oleh jiwa kita. Biarpun kadang-kadang doa itu kering sekali, toh doa ini sangat berharga. Sebab dalam keheningan dan ketenangan, Allah dapat menyatakan diri secara rahasia kepada jiwa, dan secara rahasia Allah mencurahkan cinta dan kebijaksanaan dalam hati kita, sehingga tanpa tahu bagaimananya, hati kita mulai berkobar dalam cinta kasih Allah dan lebih merindukan Dia.


8. Gejala-gejala yang kadang-kadang menyertai doa

Dalam doa Yesus kadang-kadang timbul gejala seperti: badan bergoyang ke depan atau ke belakang, ke samping, melihat terang / sinar, melihat vision / penampakan, tangan bergetar, merasa dipeluk Yesus, air mata mengalir, mengalami aliran hangat atau dingin, dll. Kalau ada pengalaman-pengalaman tersebut tidak usah diperhatikan, dalam doa janganlah mencari pengalaman-pengalaman. Kalau ada pengalaman bersyukur, tidak ada pengalaman juga tetap bersyukur. Sebab dalam doa itu kita tidak mencari hiburan / pengalaman, melainkan mencari Yesus yang hadir dalam hati kita. Baik tidaknya doa tidak tergantung dari keadaan in / hambar, lamanya berjam-jam, ada hiburan atau tidak, tetapi dilihat dari buah-buahnya. Kalau terjadi pelanturan jangan menjadi marah atau jengkel, tetapi dengan tenang kembali lagi menyadari kehadiran Tuhan dan menyerukan nama Yesus.


9. Buah-buah doa Yesus

Doa Yesus dapat memulihkan keutuhan manusia. Akibat dosa asal, maka manusia terpecah-belah, kodratnya terluka, sehingga daya-daya jiwa tidak bekerja dengan harmonis, pikiran melayang-layang, perasaan bermacam-macam, susah senang, sakit hati, cinta, dendam, kemauan menjadi lemah, karena pikiran dan perasaan sukar terpusat kepada Allah.

Dalam tradisi Gereja Timur, nama Yesus tidak boleh hanya berhenti di otak, tetapi harus turun ke hati. Jadi pikiran diberi tugas untuk mengulang-ulang nama Yesus dan hati terpusat kepada Allah, maka pribadi kita akan menjadi utuh kembali. Memperbesar daya perhatian dan konsentrasi, ingatan menjadi lebih kuat. Doa Yesus dapat menjadikan kita lebih peka terhadap dorongan Roh Kudus. Kalau hati dan pikiran tenang dan damai, maka suara Tuhan mudah terdengar. Bila orang makin terbuka kepada Roh Kudus, maka buah-buah Roh juga akan nampak dalam kehidupannya sehari-hari antara lain kerendahan hati, kasih, damai sejahtera, sukacita, dll (Gal 5:22). Doa Yesus bila dilakukan dengan tekun dan setia akan menghantar orang kepada kontemplasi yang murni, sebabnya ialah karena roh membiasakan diri untuk mengarahkan perhatiannya kepada satu arah yaitu kehadiran Yesus, akhirnya pelanturan berkurang, dan lama kelamaan hilang. Roh kita akan memasuki tahap keheningan yang mendalam dan orang akan berdoa dalam roh dan kebenaran, mencapai tahap kontemplasi. Keheningan dibutuhkan manusia untuk berkembang secara rohani. Di sini orang dapat mengalami penyembuhan dari kekacauan psikis, kekosongan hidup masa lampau, dibebaskan dari ikatan-ikatan yang tidak teratur dan mengalami cinta kasih Allah yang tak terkatakan. Dalam hidup ini, orang akan dipenuhi oleh kebahagiaan akan kehadiran Allah; mengalami kemanisan kemuliaan surgawi sudah dalam hidup ini. Orang dibebaskan dari segala macam kerisauan, lebih tahan menanggung segala beban dan salib kehidupan. Budinya akan memperoleh terang ilahi yang lebih besar sehingga akan lebih dapat menyelami misteri Allah, baik dalam Kitab Suci maupun karya Allah yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Doa Yesus dapat mempengaruhi kehidupan fisik kita. Pernapasan yang teratur akan membantu kesehatan.


10. Keheningan dan kontemplasi

Bila suatu saat orang merasa tertarik untuk diam saja tanpa mengucapkan sesuatu, maka turuti saja dorongan untuk diam itu tanpa menyebut nama Yesus. Asalkan dalam diam itu orang secara samar-samar menyadari bahwa Allah hadir. Dalam hal ini jangan takut untuk diam saja tanpa berbuat sesuatu, janganlah takut untuk menganggur, karena diam seperti itu lebih berharga dari segala aktivitas yang dapat dipikirkan, entah dengan budi, entah dengan ingatan sendiri ataupun dengan kehendak. Justru dalam keheningan inilah Roh Allah tanpa halangan dapat memurnikan serta membebaskan orang dari ikatan-ikatan, serta mencurahkan kebijaksanaan dalam diri seseorang. Tanpa tahu bagaimananya Tuhan menumbuhkan kebajikan-kebajikan dalam diri seseorang. Doa Yesus dapat menghantar orang pada kontemplasi yang murni. Kontemplasi berasal dari kata 'kontemplare' yang berarti memandang Allah dengan sikap sembah sujud penuh hormat / penuh perhatian. Di sini yang dipandang adalah Allah berserta misteri-misteri-Nya. Kita memandang-Nya dengan sikap iman penuh kekaguman. Menyadari kebesaran dan kemuliaan Allah, sehingga orang tidak menemukan kata-kata lagi, satu-satunya sikap yang pantas adalah hanya diam penuh hormat dan kekaguman. Dalam sikap diam ini terkandung sikap penyerahan diri, sembah sujud dan keterbukaan terhadap Allah. Membiarkan diri diperlakukan oleh Allah menurut rencana dan kehendak-Nya.


11. Sikap tubuh dalam doa Yesus
  1. Bisa duduk dengan dingklik / kursi atau bantal doa.
  2. Bisa duduk bersila lotus penuh atau setengah lotus.
  3. Punggung tegak.
  4. Pandangan lurus ke depan.
  5. Tangan diletakkan di pangkuan dengan posisi terbuka atau tertelungkup.
  6. Pejamkan mata.
  7. Bernapas biasa.

12. Petunjuk praktis untuk orang yang memimpin doa Yesus

Pada permulaan bisa diangkat lagu pujian dan penyembahan, satu atau dua lagu riang, satu lagu penyembahan, kemudian doa pembukaan, lalu diberikan tentang teori doa Yesus / penjelasan, setelah selesai penjelasan umat diajak menyanyi satu lagu penyembahan, kemudian diajak untuk menyiapkan hati / membuka hati bagi Tuhan.

  • Ajaklah umat untuk mengambil posisi duduk yang sesuai untuk doa Yesus.
Ajaklah umat untuk mengambil napas panjang dua / tiga kali supaya menjadi lebih tenang, khususnya kalau baru beralih dari suatu kesibukan tertentu. Dapat juga mengajak umat untuk melakukan penyadaran misalnya: menyadari pernapasan, pakaian yang melekat, udara sejuk yang menyentuh kulit, menangkap suara alam dll. Mengajak umat menyadari bahwa saat ini adalah saat yang indah untuk bertemu Tuhan dalam doa, dalam lubuk hati, mempersembahkan waktu untuk Tuhan secara cuma-cuma.

  • Ajaklah umat untuk menyadari kehadiran Tuhan dalam lubuk hati / jiwa.
Ajaklah umat untuk menyerukan Nama Yesus seturut ritme pernapasan. Menyerukan Nama Yesus dengan penuh kerinduan, dengan penuh iman harapan dan kasih.

Biarkan umat memasuki keheningan dalam doa Yesus, pemimpin doa jangan terlalu banyak bicara. Membiarkan umat masuk dalam keheningan.

Bila umat kelihatan gelisah, mungkin sulit konsentrasi, atau melantur, sesekali diajak kernbali lagi untuk menyerukan Nama Yesus dengan penuh kesadaran / kerinduan.

Pada akhir doa jangan begitu saja keluar dari doa, akhirilah dengan suatu ucapan syukur atau
perlahan-lahan mendoakan Bapa Kami. Bisa juga dinyanyikan satu lagu penutup / lagu syukur pada Tuhan.

Sumber : 

  1. http://www.carmelia.net/index.php/artikel/spiritualitas/122-cara-cara-doa
  2. Rm. Yohanes Indrakusuma, O. Carm, “Vacare Deo” edisi Juli / Tahun V / 2003; Media Pengajaran Komunitas Tritunggal Mahakudus; Pertapaan Shanti Bhuana, dikutip dari : http://www.indocell.net/.

Senin, 19 Januari 2015

Mengenal Santo Yohanes dari Salib (Juan de la Cruz), Salah Satu Tokoh "Paranormal" Dalam Gereja Katolik.

Berkas:Johncross5.jpg
Lukisan St. Yohanes Salib

Santo Yohanes dari Salib (Juan de la Cruz) (lahir 24 Juni 1542 – meninggal 14 Desember 1591 pada umur 49 tahun) adalah seorang pastor Karmelit Spanyol dilahirkan di Fontiveros, desa kecil dekat Avila.

Dia dikenal atas kerja samanya bersama Santa Teresa Avila dalam reformasi ordo Karmelit, dan untuk tulisannya; baik puisinya dan penelitiannya tentang pertumbuhan roh (dalam pandangan Kristen tentang terlepasnya roh dari diri manusia dan melekat kepada Allah) dianggap sebagai puncak literatur Mistikus Spanyol.

St. Yohanes dari Salib

Pujangga dan Doktor Gereja
Lahir24 Juni 1542Fontiveros,ÁvilaSpanyol
Wafat14 Desember 1591(umur 49), ÚbedaJaén,Spanyol
Dihormati diGereja Katolik
Gereja Lutheran
Komuni Anglikan
Dibeatifikasikan25 Januari 1675 oleh Paus Klemens X
Dikanonisasikan27 Desember 1726 olehPaus Benediktus XIII
Tempat ziarahutamaTomb of Saint John of the Cross, SegoviaSpanyol
Hari peringatan14 Desember
Pelindunghidup kontemplatifmistikus;penyair Spanyol


Kehidupan Masa muda dan pendidikan.

Di masa kanak-kanaknya, ia hidup di berbagai desa Castilia, dan terakhir di Medina del Campo; ia pindah ke sana pada 1551. Di sana ia belajar humaniora di sebuah sekolah Yesuit sejak 1559 hingga 1563, dan kemudian masuk ke Ordo Karmel, mengambil nama Br. Juan de Santo Matía.

Pada tahun berikutnya (1564) ia mengambil sumpah sebagai seorang anggota Ordo Karmelit dan pindah ke Salamanca; di sana ia belajar di Universitas dan di Colegio de San Andrés. Masa tinggalnya itu memengaruhi semua tulisannya di kemudian hari, ketika Fray Luis de León mengajarkan studi Alkitab (Eksegesis, bahasa Ibrani dan Aram) di Universitas. León adalah salah satu pakar paling terkemuka dalam studi Alkitab saat itu dan telah menulis sebuah terjemahan yang penting dan kontroversial dari Kidung Agung ke dalam bahasa Spanyol. (Penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa setempat pada waktu itu dilarang di Spanyol).


Imamat dan hubungannya dengan Santa Teresa de Jesús.


Santo Yohanes ditahbiskan menjadi imam pada 1567. Pada tahun yang sama itu ia berjumpa dengan St. Teresa dari Avila (Santa Teresa de Jesús), yang segera mengajaknya ikut serta dalam proyek-proyek pembaruannya untuk Ordo Karmelit, termasuk pembaruan di antara para brudernya. Tahun berikutnya pada 28 November, ia memulai pembaruan ini di Duruelo bersama-sama dengan Br. Antonio de Jesús de Heredia. Pada tahun-tahun berikutnya, hingga 1577, ia bekerja sebagai pembantu dari Santa Teresa, mendirikan biara-biara di sekeliling Spanyol, dan ikut aktif di dalam pengaturannya. Dasar-dasar dan peroses pembaruan ini ditentang oleh banyak bruder Karmelit. Para pengikut St. Yohanes dan St. Teresa membedakan diri mereka dari komunitas-komunitas yang tidak diperbarui dengan menyebut diri mereka Karmelit "si kaki telanjang", atau biasa disebut Ordo Karmel Tak Berkasut (OCD).


Dipenjarakan, tulisan-tulisan, kematian, dan pengakuan.


Yohanes diangkat menjadi prior pertama dari susteran Karmelit itu dan mengambil nama resmi: Yohanes dari Salib. Tetapi beberapa kawan biaranya tidak suka akan tindakannya. Ia dikenakan hukuman dan dimasukkan dalam sel biara. 

Pada malam 3-4 Desember 1577 ia dipenjarakan oleh kaum berkasut di Toledo. Di sana ia ditawan oleh sebuah rezim yang brutal dan dicambuk di muka umum sekurang-kurangnya seminggu sekali, dan mengalami isolasi berat. Ia melarikan diri pada 15 Agustus 1578. Ia menyusun bagian terbesar dari puisinya yang paling terkenal Kidung Rohani pada masa ia dipenjarakan; penderitaannya serta pergumulan rohaninya semua tecermin dalam tulisan-tulisannya di kemudian hari.

Yohanes menerima perlakuan yang semena-mena dari rekan-rekan se-ordo. Setelah 9 bulan meringkuk di dalam tahanan biara, Yohanes kemudian melarikan diri dari biaranya. Usaha pembaharuannya itu disalah tafsirkan oleh rekan-rekan se-ordo. Sel biara itu memberinya pengalaman akan salib penderitaan Yesus. 

Tetapi berkat pengalaman pahit di dalam sel itu, ia justru mendapat pengalaman rohani yang mengagumkan: ia mengalami banyak peristiwa mistik; mampu menggubah kidung-kidung rohani; ia sering mengalami ekstase dan semakin memahami secara sungguh mendalam teologi dan ajaran-ajaran iman Kristen. Semua pengetahuan itu diabadikannya di dalam buku-buku yang ditulisnya. Isi buku-bukunya sangat mendalam dan sangat bermanfaat bagi kehidupan membiara. Tekanannya ialah: "Salib menuntun kepada kebangkitan dan penyangkalan diri." Walaupun mengalami berbagai kesulitan dari rekan se-ordonya, namun ia tetap bergembira karena persatuannya yang erat dengan Tuhan.

Setelah kembali ke kehidupan yang normal, St. Yohanes melanjutkan upaya pembaruannya serta mendirikan biara-biara hingga kematiannya pada tanggal 14 Desember 1591.

Tulisan-tulisannya pertama kali diterbitkan pada 1618. Ia dibeatifikasikan oleh Paus Clemens X pada 1675, dan dinyatakan sebagai santo oleh Paus Benediktus XIII pada 1726. Pada 1926 ia dinyatakan sebagai Doktor Gereja oleh Pius XI. Gereja Inggris memperingatinya sebagai "Guru Iman". Hari perayaannya adalah 14 Desember.

Sumber : 

Sabtu, 17 Januari 2015

Paus Fransiskus : Tanggalkan Keduniawian Rohani !


Dalam Himbauan Apostolik Evangelii Gaudium, Paus Fransiskus memperingatkan untuk mewaspadai bahaya keduniawian rohani dalam hidup Gereja. Apa yang dimaksud dengan “keduniawian rohani”? Apa yang menyebabkan keduniawian ini?
Remarus Janarko, Surabaya

Pertama, “keduniawian rohani” adalah sikap duniawi yang diwujudkan dalam hidup rohani atau hidup menggereja, atau sikap mencari kemuliaan dan kesejahteraan diri sendiri, dan bukan mencari kemuliaan Tuhan. Keduniawian ini diwujudkan dalam bungkus penampilan saleh, pelayanan luhur, dan nasihat mulia. Fokus semua tindakan itu ialah mencari kemuliaan diri sendiri melalui pujian dan kekaguman orang lain, serta bukan diarahkan kepada Tuhan. Tuhan hanya dimanfaatkan untuk diri sendiri. Sasaran sikap dan tindakan ini horizontal, yaitu kepada sesama, dan sama sekali tidak vertikal, kepada Allah.Sikap inilah yang dicela Yesus dalam diri orang-orang Farisi: “Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang esa?” (Yoh 5:44). Paus Fransiskus menegaskan, sikap keduniawian rohani ini jauh lebih berbahaya, karena kamuflase rohaninya daripada keduniawian lain yang melulu bersifat moral (EG 93).

Kedua, keduniawian ini bisa dikompori dua keyakinan yang saling-terkait (EG 94). Keyakinan pertama bahwa keselamatan dapat dicapai melalui pengalaman rohani tertentu atau dengan memiliki pengetahuan- pengetahuan iman yang meneguhkan atau memberi pencerahan. Iman di sini hanya dihayati secara pribadi. Inilah wujud dari aliran gnostisisme yang kita kenal dalam sejarah Gereja. Akibat paling konkret dari keyakinan ini ialah sikap tertutup pada diri sendiri dan berpuas-diri dengan pikiran dan perasaan sendiri yang dirasa hebat, luhur-suci.

Keyakinan kedua ialah “neopelagianisme promethean”,yaitu keyakinan bahwa dengan kekuatan mereka sendiri (bukan Tuhan!), mereka dapat mencapai keselamatan. Kata “promethean” berasal dari Prometheus, yaitu seorang pribadi dari mitologi Yunani yang dihukum para dewa karena sudah mencuri api dari surga untuk diberikan kepada manusia. Orang-orang ini seolah mencuri kekuasaan Allah yang menyelamatkan, sehingga merasa mampu menyelamatkan diri sendiri. Mereka juga merasa superior dibandingkan orang lain, karena sudah melakukan secara tekun dan ketat peraturan-peraturan tertentu yang sungguh benar atau cara hidup Katolik tertentu dari masa lalu. Mereka merasa diri sebagai kelompok elit yang narsistik dan otoriter. Fokus mereka bukanlah mewartakan kabar gembira kepada orang lain dan membuka diri kepada rahmat Allah, tetapi cenderung menganalisis dan mengkotak-kotakkan orang lain. Mereka ini menghabiskan energi untuk meneliti dan mencari kesalahan orang lain. Paus Fransiskus menegaskan, “Mereka ini bukti immanentisme antroposentris yang berpusat pada manusia.” (EG 94)

Dalam kedua sikap di atas, fokus penghayatan rohani mereka bukanlah kepada Yesus Kristus, tetapi diri sendiri, kemegahan dan kekuatan diri sendiri. Di antara para pemeluk kedua sikap ini, tak mungkin muncul suatu greget mewartakan kabar gembira yang sejati.

Ketiga, tanda jelas dari keduniawian rohani ialah keasyikan yang tiada habis mengkutak-kutik liturgi, ajaran dan harga diri Gereja, namun tanpa keprihatinan sedikitpun agar Injil memiliki pengaruh kuat kepada umat Allah yang beriman dan menanggapi kebutuhan konkret zaman sekarang (EG 95). Keduniawian rohani ini juga muncul dalam obsesi menolong diri atau realisasi diri, dalam sikap pamer hidup sosial yang penuh penampilan, rapat, perjamuan makan, dan resepsi, atau dalam mentalitas bisnis, yang dikejar dengan manajemen, statistik, perencanaan dan evaluasi. Yang terabaikan ialah Kristus yang menjelma, disalib dan bangkit, dan kerasulan konkret menanggapi kebutuhan dalam masyarakat (EG 95)

Penulis : RP Petrus Maria Handoko CM
Sumber :  http://www.hidupkatolik.com, Senin, 8 Desember 2014 10:33 WIB.