Penjelasan kali ini kami khususkan untuk menanggapi perbedaan yang terjadi pada Alkitab terjemahan Mazmur 92:11 versi Terjemahan Baru dan versi Terjemahan Lama. Berikut Mazmur 92:11 dalam berbagai versi terjemahan Indonesia.
• Mazmur 92:11 versi Terjemahan Baru (1974).
Tetapi Kautinggikan tandukku seperti tanduk banteng, aku dituangi dengan minyak baru;
• Mazmur 92:11 versi Terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari (1985).
Engkau membuat aku sekuat banteng liar, dan memberkati aku dengan kebahagiaan.
• Mazmur 92:11 versi Terjemahan Lama (1954).
Tetapi engkau meninggikan tandukku seperti cula badak, maka aku telah disiram dengan minyak baharu.
• Mazmur 92:11 versi Terjemahan MILT (2008).
Namun Engkau akan meninggikan tandukku seperti banteng; dan aku akan diurapi dengan minyak yang segar.
• Mazmur 92:11 versi Terjemahan KSI (2000).
Tetapi Engkau membuat kekuatanku seperti banteng, dan minyak baru dicurahkan atasku.
• Mazmur 92:11 versi Terjemahan ENDE (1969)
Tandukku Kaudjundjung tinggi seperti tanduk banteng, Kautjurahkan minjak segar atas diriku.
• Mazmur 92:11 versi Terjemahan Shellabear Draft (1912).
Tetapi tandukku telah Engkau tinggikan seperti tanduk seladang; maka aku ini telah diurapi dengan minyak baru.
Dalam berbagai versi terjemahan diatas, tampaknya versi Terjemahan Lama sedikit berbeda dengan versi-versi lainnya. Semua terjemahan menulis Tuhan meninggikan tandukku seperti "tanduk banteng", sedangkan versi TL menulisnya seperti "cula badak". Sebelum membahas lebih lanjut, dibawah ini kami post ayat tersebut dalam Naskah Ibrani (BHS) dan terjemahan Inggrisnya.
"But my horn shalt thou exalt like the horn of an unicorn: I shall be anointed with fresh oil."
• New International Version (NIV).
You have exalted my horn like that of a wild-ox; fine oils have been poured upon me.
• King James Bible (KJB).
But my horn shalt thou exalt like the horn of an unicorn: I shall be anointed with fresh oil.
• World English Bible (WEB).
But you have exalted my horn like that of the wild ox. I am anointed with fresh oil.
Dalam bahasa Ibrani, kata כִּרְאֵים - kir'eim berarti tanduk atau cula (Eng: Horn). Sedangkan kata רַעֲןָן׃ - ra'anan yang berasal dari kata "r'em" (baca: reh-ame') berarti unicorn atau pun seekor banteng liar (Eng: a wild bull). Dalam perbandingan beberapa Alkitab terjemahan Inggris diatas, versi KJV dan KJB menerjemahkan dengan "unicorn", sedangkan versi NIV dan WEB menerjemahkan dengan wild-ox. Dalam mitologi kuno, unicorn adalah binatang kaki empat seperti kuda yang memiliki cula atau tanduk didahinya.
Mengapa ada terdapat perbedaan-perbedaan terjemahan?
Alasannya yaitu kata Ibrani reh-ame' tidak memiliki terjemahan kata yang sama persis dengan bahasa lain diluar bahasa Ibrani. Terjemahan LAI-TL menerjemahkan dengan "cula badak" sebab binatang unicorn ini hanya ada dalam mitos atau legenda, seperti halnya naga. Sedangkan badak adalah salah satu binatang yang mirip dengan unicorn yaitu memiliki tanduk atau cula diwajahnya. Dalam revisi terjemahan LAI-TB, pihak LAI kemudian mengganti terjemahannya sebagai "tanduk banteng" untuk menyesuaikan dengan terjemahan umum dan memudahkan pengertian para pembaca. Seperti halnya dalam terjemahan Indonesia, Alkitab Terjemahan Bahasa Inggris lama yang mulanya menerjemahkan sebagai Unicorn, kemudian mulai menerjemahkannya sebagai Wild-Ox. Contohnya versi terbaru King James Version yaitu New King James Version mengganti terjemahan unicorn sebagai wild-ox.
NKJV, "But my horn You have exalted like a wild-ox; I have been anointed with fresh oil."
Alasannya sama, yaitu hanya untuk memudahkan pemahaman pembaca Alkitab, mengingat juga binatang unicorn itu hanya mitos dalam legenda. Namun bagaimanapun, dasar penerjemahan-penerjemahan tersebut berasal dari sumber yang sama yaitu dari kalimat Ibrani "vattarem kir'eim karni balothi besyemen ra`anan". Tapi dikarenakan kata Ibrani reh-ame' tidak memiliki padanan makna yang tepat dengan bahasa lainnya, sehingga terdapat perbedaan terjemahan pada awalnya, namun kemudian disesuaikan dengan pemahaman modern ini, yaitu kata reh-ame' diterjemahkan sebagai tanduk banteng atau wild-ox dalam terjemahan Inggris.
Alkitab adalah sebutan untuk kitab suci umat Kristiani. Kata "Alkitab" berasal dari bahasa Arab, Al dan Kitab , yang secara harfiah berarti "kitab itu" atau "buku itu", di mana kata Al merupakan kata sandang khas dalam bahasa Arab. Istilah Alkitab berasal dari kata "Al-Kitab" (bahasa Arab: الكتاب) yang secara sederhana berarti "buku" atau "kitab". Di negeri-negeri berbahasa Arab sendiri "Alkitab" disebut sebagai "Al-Kitab Al-Muqaddas" (bahasa Arab: الكتاب المقدس - "Kitab Suci"). Penulisan dalam bahasa Indonesia selalu menuliskan kata ini dengan menggunakan huruf kapital "A", sebagaimana dilakukan juga untuk kitab-kitab suci agama-agama yang lain. Nama "Alkitab" sendiri tidak muncul di dalam Alkitab, karena sebenarnya merupakan istilah bahasa Arab, sedangkan seluruh kitab-kitab dalam Alkitab aslinya ditulis dalam bahasa-bahasa Ibrani, Aram dan Yunani.
Dalam bahasa Indonesia, untuk membedakan dengan Al-Qur'an, maka umat Muslim kadang menyebut Alkitab Kristen dengan istilah Bibel atau Injil.
Istilah "Bibel" pertama kali digunakan oleh Filo (20 SM–50 M) dan Yosefus, yang menyebut Alkitab Ibrani (Perjanjian Lama) sebagai bibloi hiërai. Hieronimus, seorang Bapak Gereja yang disuruh oleh Paus Damasus untuk merevisi Alkitab Latin, berkali-kali menyebut Alkitab dengan nama "Biblia" yang merupakan kata dari bahasa Latin yang berarti "buku" atau "kitab". Alkitab dalam bahasa Inggris disebut the Bible (atau Holy Bible - "Kitab Suci").
Istilah "Injil" berasal dari bahasa Arab إنجيل ʾInǧīl, yang diturunkan dari bahasa Yunani ευαγγέλιον (euangelion) yang berarti "Kabar Baik" atau "Berita Kesukaan", yang merujuk pada 1 Peter 1:25 (BIS, TL, dan Yunani). Injil dalam bahasa Inggris disebut Gospel, dari bahasa Inggris kuno gōd-spell yang berarti "kabar baik", yang merupakan terjemahan kata-per-kata dari bahasa Yunani (eu- "baik", -angelion "kabar"). Kata gōd-spell juga bisa diartikan juga sebagai "Mantra Tuhan".
Oleh orang Kristen di Indonesia, istilah "Alkitab" dipakai sebagai sebutan untuk Kitab Suci (dalam makna serupa dengan kata Bible dalam bahasa Inggris), yaitu kumpulan Kitab Suci gabungan dari Kitab Suci agama Yahudi (Alkitab Ibrani/Perjanjian Lama/Old Testament) dan kitab-kitab yang ditulis oleh orang-orang Kristen mula-mula (Perjanjian Baru/New Testament).
Alkitab itu meskipun umumnya dicetak sebagai satu jilid buku, sebenarnya merupakan kumpulan dari 66 kitab yang secara resmi diakui oleh umat Kristen sebagai kitab yang diilhami oleh Tuhan Allah. Kadang-kadang dipakai sebutan Injil untuk kitab suci orang Kristen, tetapi ini tidak benar, karena yang disebut sebagai kitab-kitab Injil itu hanyalah empat dari 66 kitab termaksud, yaitu empat kitab pertama dalam bagian Perjanjian Baru.
Alkitab terdiri dari kumpulan 66 bagian yang disebut dengan kitab atau buku, 39 termasuk dalam Perjanjian Lama dan 27 dalam Perjanjian Baru yang diakui oleh seluruh denominasi Kristen, serta kitab-kitab tambahan yang digolongkan sebagai Deuterokanonika, yang jumlahnya bervariasi menurut denominasi Kristen. Kaum Protestan hanya mengakui ke-66 kitab yang tidak tergolong Deuterokanonika.
Alkitab terdiri atas dua bagian utama, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Bagian-bagian utama ini disebut "Perjanjian" karena Allah bangsa Israel membuat perjanjian kepada manusia. Di dalam Perjanjian Lama perjanjian itu dibuat dengan Nuh, Abraham, Ishak, Yakub, Musa dengan bangsa Israel dan Daud. Bagian Perjanjian Lama (Old Testament) sendiri sebenarnya merupakan Kitab Suci agama Yahudi, yang memuat cerita tentang nabi-nabi agama Yahudi.
Perjanjian Lama menceritakan Kisah para tokoh dan nabi jauh sebelum Yesus Kristus lahir, dari Adam sampai Maleakhi. Sedangkan Perjanjian Baru memuat Kitab-kitab Injil (4 kitab yang berbeda) berisi sejarah riwayat Yesus Kristus dari sebelum lahirnya sampai matinya, serta surat-surat yang ditulis oleh pengikut-pengikut-Nya.
Berdasarkan isinya dan gaya penulisan, Perjanjian Lama dapat dikelompokkan menjadi 5 bagian utama yaitu:
Kitab Taurat (5 kitab)
Kitab Sejarah (12 kitab)
Kitab Puisi (5 kitab)
Kitab Nabi-nabi Besar (5 kitab) dan
Kitab Nabi-nabi Kecil (12 kitab).
Sementara pengelompokan untuk Perjanjian Baru adalah
Kitab Injil (4 kitab)
Kitab Sejarah (1 kitab)
Surat-surat Rasul (21 kitab) dan
Kitab Wahyu (1 kitab).
Sebagai Kitab Suci agama Yahudi, hampir semua buku dalam Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa Ibrani, kecuali beberapa bagian yang ditulis dalam bahasa Aram contohnya kitab Daniel. Sedangkan semua buku Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani dengan sejumlah kata-kata bahasa Aram (bahasa daerah di Israel pada waktu itu) dan bahasa Latin (bahasa pemerintah Romawi yang berkuasa pada masa itu), walaupun Yesus Kristus sendiri yang berbangsa Yahudi diyakini sehari-harinya berbicara dalam bahasa Aram.
Penulis dan perkiraan tahun penulisan Al-Kitab.
Kitab-kitab di Alkitab disusun secara semi-kronologis, bukan dari waktu turunnya Wahyu. Digolongkan "Semi-kronologis" karena beberapa kitab tidak diketahui jelas waktu penulisannya dan siapa sesungguhnya penulisnya, sedangkan beberapa kitab lainnya merupakan kumpulan tulisan yang dikelompokkan menurut gaya penulisannya. Kitab Amsal yang ditulis oleh raja Salomo, misalnya, tidak ditempatkan setelah kitab 1 Raja-raja yang membahas riwayat hidup Salomo, namun dikelompokkan bersama-sama dengan kitab-kitab puisi lainnya (Kitab Ayub, Mazmur, Pengkhotbah, Kidung Agung).
Kitab nabi Yeremia yang hidup di zaman raja Yosia, contoh lainnya, tidak ditempatkan setelah kitab 2 Raja-raja yang membahas riwayat raja Yosia, namun bersama-sama dengan kitab-kitab nabi nabi besar lainnya (Kitab Yesaya, Yeremia, Ratapan, Yehezkiel, dan Daniel).
Kitab-kitab lainnya, terutama kitab-kitab sejarah, disusun secara kronologis dan urutannya memengaruhi cara pembacaan agar tidak membingungkan. Kitab Keluaran, misalnya, lebih mudah dibaca setelah membaca kitab Kejadian karena pembaca akan lebih mengerti latar belakangnya. Demikian juga kitab Kisah Para Rasul lebih cocok dibaca setelah membaca keempat kitab Injil, karena kitab-kitab Injil itu merupakan latar belakang penulisan Kisah Para Rasul.
Namun beberapa kitab, seperti Kitab Amsal dan Kitab Pengkhotbah, dapat dibaca secara lepas, walaupun pembaca akan lebih memahaminya jika mengetahui riwayat penulisnya, Salomo, yang dibahas di kitab-kitab sebelumnya (1 & 2 Raja-raja dan 1 & 2 Tawarikh).
Pembagian Alkitab ke dalam buku, pasal, dan ayat, dan pengurutannya merupakan hasil dari kanonisasi oleh Bapa Gereja mula-mula. Struktur tersebut sudah tidak berubah selama berabad-abad sejak abad ke-4 M, namun beberapa terjemahan Alkitab kadang-kadang memiliki konvensi yang sedikit berbeda, misalnya dalam kitab Mazmur Alkitab bahasa Indonesia, nama penggubah Mazmur dan judul lagu dijadikan ayat yang pertama dalam suatu pasal, sedangkan dalam bahasa Inggris tidak. Oleh karena itu Alkitab bahasa Indonesia memiliki beberapa puluh ayat lebih banyak dari bahasa Inggris.
Selain itu semenjak dahulu ada diskusi tentang kanon Alkitab: buku apa saja yang bisa dianggap bagian dari Alkitab. Pada abad ke-3 SM, Alkitab Ibrani atau Tanakh diterjemahkan dalam bahasa Yunani. Terjemahan ini disebut Septuaginta, tetapi memuat sejumlah buku yang tidak terdapat dalam versi Yahudi. Buku-buku ini disebut buku-buku Deuterokanonika.
Sebelum adanya mesin cetak, bagian-bagian Alkitab disalin dengan tangan oleh para penganutnya dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Terbukti dari salinan-salinan yang ditemukan sampai sekarang (paling tua dari abad ke-10 SM) sama dengan teks yang digunakan secara umum. Di samping itu juga terdapat kutipan-kutipan langsung dari surat-surat komunikasi orang-orang zaman dahulu yang mendukung kebenaran salinan Alkitab tersebut sejak zaman purba hingga zaman modern ini. Pada saat mesin cetak diciptakan pertama kalinya di Eropa, Alkitab adalah buku pertama yang dicetak dengan mesin tipe bergerak (movable) yaitu "Alkitab Latin Vulgata" oleh Percetakan Johannes Gutenberg, pada tahun 1455. Penemuan mesin cetak ini secara drastis mempercepat penyebaran Alkitab di seluruh dunia.
Berdasarkan perhitungan publikasi Scripture Language Report, sebuah panduan otoritatif tentang perkembangan penerjemahan Alkitab global dari tahun ke tahun yang diterbitkan oleh United Bible Societies, dari sekitar 6.600 bahasa di dunia, terdapat 2.527 bahasa yang telah memiliki terjemahan Alkitab, sementara 2.000 bahasa lainnya sedang dalam proses menerjemahkan Alkitab.
Alkitab diperkirakan terjual sekitar 25 juta eksemplar setiap tahunnya, belum termasuk yang dicetak dan dibagikan secara cuma-cuma oleh organisasi seperti Gideons International. Ketersediaan dan banyaknya jumlah Alkitab yang pernah dicetak dan dibagikan membuatnya memiliki pengaruh yang sangat besar di dalam sejarah literatur dan sejarah dunia.
Sejarah teks Alkitab bahasa Indonesia.
Teks Alkitab Bahasa Indonesia sudah ada sejak lama. Sejak awal abad ke-17 (tahun 1612 di Batavia) hingga saat ini sudah ada paling sedikit 22 versi dan porsi Alkitab yang pernah diterjemahkan dan diterbitkan dalam bahasa Melayu-Indonesia (modern dan kuno, rendah, dan tinggi), di antaranya yang paling sering digunakan dewasa ini adalah Terjemahan Baru (TB), Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS), dan Firman Allah Yang Hidup
Di antara tulisan-tulisan Kristen yang paling awal di tanah Nusantara adalah buku Kitab Salat as-Sawai (Kitab Doa dan Tafakur) yang disusun oleh seorang pekabar Injil Portugis bernama Gregorio de Gregorus pada 1514. Buku ini diterbitkan di Fano, Italia di dalam tulisan Jawi dan mengandungi beberapa petikan Alkitab Vulgata yang diterjemahkan dari bahasa Latin ke bahasa Melayu. Tokoh-tokoh seperti Francis Xavier juga telah menyusun beberapa katekisme (buku soal-jawab agama) di dalam bahasa Melayu.
Namun demikian, penerjemahan seluruh Alkitab ke dalam bahasa Melayu baru ada setelah orang Protestan Belanda datang ke Nusantara .
Pada mulanya, Alkitab di dalam bahasa Melayu digunakan oleh umat Kristen di seluruh Nusantara tanpa melihat bahwa Alkitab itu diterjemahkan, dicetak dan diedarkan oleh pihak Gereja di Tanah Melayu, Borneo ataupun Hindia Timur. Setelah kemerdekaan Indonesia (1945) dan Malaysia (1957), perkembangan Bahasa Melayu mengambil arah yang tersendiri di antara kedua negara tersebut.
Pada awal zaman kemerdekaan kedua negara tersebut, versi Alkitab yang lazimnya dipakai oleh umat Kristen adalah Alkitab Shellabear (1912) dan Alkitab Terjemahan Lama (1958) yang menggabungkan Perjanjian Lama Klinkert (1870) dan Perjanjian Baru Bode (1938) di dalam satu edisi. Alkitab Ende (1968) yang diterbitkan oleh Gereja Katolik Roma Indonesia dan Alkitab Terjemahan Baru (1974) yang diterbitkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia adalah usaha yang pertama untuk menerjemahkan dan menerbitkan Alkitab di dalam Bahasa Indonesia modern. Pada masa yang sama, Persatuan Alkitab Singapura, Brunei dan Malaysia menerbitkan Perjanjian Baharu Berita Baik (1974) di dalam Bahasa Malaysia modern yang kemudiannya disusul dengan penerbitan edisi Alkitab Berita Baik yang merangkum teks penerjamahan baru Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru di dalam Bahasa Malaysia moden pada tahun 1987.
Terjemahan Alkitab bahasa Indonesia "Modern".
Berikut beberapa terjemahan Alkitab dalam bahasa Indonesia Modern (kira-kira setelah EYD diberlakukan).
Perjanjian Baru WBTC (World Bible Translation Center) [Draft] (2005)
Kitab Suci Komunitas Kristiani (2002)
Kitab Suci Injil (2000)
Firman Allah Yang Hidup (1989)
Today´s Malay Version (1987)
Alkitab Kabar Baik (1985) atau Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS)
Alkitab Terjemahan Baru (1974)
Alkitab Bouma atau Alkitab Ende (1968)
Terjemahan Alkitab bahasa Indonesia "Lama".
Berikut beberapa terjemahan Alkitab dalam bahasa Indonesia Modern (kira-kira sebelum EYD diberlakukan).
Alkitab Terjemahan Lama (1958)
PB Bode (1938)
PB Melayu Baba (1913)
Alkitab Shellabear (1912)
Alkitab Klinkert, Melayu Tinggi (1879)
PB Roskott, Melayu Ambon (1877)
PB Klinkert, Melayu Rendah (1863)
PB Keasberry (1852)
PB Melayu, Dialek Surabaya (1835)
Thomsen (1821)
Alkitab Leydekker (1733)
Alkitab Valentyn (1677)
PB Brouwerius (1668)
Van Hasel & Heurnius (1651)
Ruyl (1629)
Lembaga-lembaga Alkitab dan Penerjemahan Alkitab Bahasa Indonesia.
Sejak 1800 telah ada banyak lembaga Alkitab yang pernah aktif dalam menterjemahkan Alkitab di Indonesia.
Lembaga Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura.
Lembaga Alkitab Batavia (Lembaga Alkitab Hindia-Belanda, Lembaga Alkitab Jawa)
LAI (Lembaga Alkitab Indonesia/Indonesian Bible Society)
LBI (Lembaga Biblika Indonesia)
BSSMB (The Bible Society of Singapore, Malaysia and Brunei/Lembaga Alkitab Singapura, Malaysia dan Brunei)
BSM (The Bible Society of Malaysia/Pertubuhan Bible Malaysia)
BSSB (The Bible Society of Singapore and Brunei/Lembaga Alkitab Singapura dan Brunei)
Catatan: Daftar di atas belum termasuk organisasi yang non-Lembaga Alkitab, atau yang menterjemahkan Alkitab dalam bahasa suku/daerah.
Pandangan Islam terhadap Alkitab.
Secara umum telah diketahui bahwa Islam mengakui keberadaan kitab-kitab yang diturunkan kepada para nabi sebelum kehadiran Nabi Muhammad saw. Terkhusus di antara kitab-kitab tersebut, adalah 3 kitab besar, yaitu:
Taurat,
Zabur
Injil
Dalam hal ini terdapat keterkaitan antara dua kitab besar, Taurat dan Zabur dengan Perjanjian Lama. Namun, tidak dapat diidentikkan keyakinan kepada eksistensi Taurat dan Zabur dengan penerimaan Perjanjian Lama secara utuh, karena yang telah diakui sebagai Taurat baik bagi kalangan Yahudi maupun Kristen adalah lima kitab pertama yang terdapat dalam Perjanjian Lama, yaitu Kitab Kejadian, Kitab Keluaran, Kitab Imamat, Kitab Bilangan dan Kitab Ulangan sedangkan yang dapat diparalelkan (bukan disamakan) dengan kitab Zabur adalah kitab Mazmur.
Sedangkan kitab-kitab yang terdapat dalam Perjanjian Lama selain dua kitab yang telah disebutkan tidak masuk dalam kategori kitab-kitab yang diimani oleh Islam sebagai kitab wahyu. Hal ini bukan berarti eksistensi kitab-kitab lainnya ini ditolak sama sekali, melainkan dapat diterima sebagai bagian dari tradisi Yahudi untuk mengenal sejarah dan keagamaan mereka secara umum.
Adapun pandangan umum Islam yang menyatakan bahwa Taurat dan Zabur yang eksis pada saat ini bukanlah Taurat dan Zabur yang otentik, dalam arti bahwa kitab-kitab Taurat dan Zabur yang ada sekarang telah mengalami banyak perubahan, yang mengakibatkan perubahan redaksi dan esensi, baik dalam permasalahan yang prinsipil atau yang tidak prinsipil
Pada dasarnya pernyataan al Qur'an ini sejalan dengan pandangan para teolog Yahudi dan Kristen itu sendiri yang memandang bahwa seluruh kitab dalam Perjanjian Lama, termasuk di dalamnya Taurat dan Zabur tidak disusun sekali jadi oleh seorang penulis atau oleh sekelompok orang di bawah bimbingan seseorang. Melainkan seluruh kitab tersebut tersusun dari sumber-sumber yang banyak dan ditulis oleh orang-orang yang banyak pula, yang berasal dari berbagai negeri dan berbagai generasi, di mana masing-masing penulis selain berfungsi sebagai penyalin, juga berfungsi sebagai penyunting dan menambahkan gagasan-gagasan baru ke dalam naskah yang telah ada karena motif tertentu yang tidak selamanya negatif.
Perbedaan sudut pandang al Qur'an dengan pandangan para teolog terutama dalam menyikapi proses dan hasil penyuntingan dan perubahan tersebut, di mana al Qur'an memandang perubahan yang terjadi sebagai sebuah bentuk distorsi yang tidak layak dilakukan terhadap firman Allah, sehingga hasil yang didapatkan bukan lagi firman Allah yang murni karena telah terkontaminasi pikiran dan kehendak manusia. Sementara para teolog memandang proses penyuntingan dan perubahan yang mengikuti tradisi Yahudi ini sebagai bagian dari inspirasi Allah untuk menghasilkan suatu naskah final yang standar.
Ada pendapat bahwa seluruh kitab-kitab suci Yahudi yang oleh orang Kristen juga dijadikan sebagai bagian Kitab Suci, dimusnahkan raja Babel Nekabunedzkar pada penaklukan bangsa Yahudi oleh bangsa Babel, sehingga kitab-kitab yang ada sekarang ada merupakan penulisan ulang oleh orang Yahudi yang tidak mengetahui dan mengalami masa penurunan Wahyu, tetapi hal ini tidak terbukti, karena kitab-kitab itu telah dibawa oleh umat Yahudi, terutama para imam, ke tempat pengasingan. Nabi Daniel dicatat tekun mempelajari kitab-kitab suci tersebut selama tinggal di Babel.
Sedangkan kitab Perjanjian baru ditulis oleh orang-orang yang menyaksikan sendiri kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Sehingga banyak orang yang mempercayainya
Dalam wawancara wawancara surat kabar Vatikan L'Osservatore Romano dengan astronom Pastor José Gabriel Funes tanggal 14 Mei 2009. Dalam artikel berjudul "The Extraterrestrial Is My Brother" kata astronom Pastor José Gabriel Funes menyatakan bahwa ada kemungkinan alam semesta berisi banyak bentuk kehidupan asing dengan mempercayai bahwa mereka ada "tidak bertentangan terhadap iman kita terhadap Tuhan".
Pastor Funes, yang mengambil alih sebagai kepala observatorium pada 2006, Observatorium Vatikan adalah salah satu yang tertua lembaga penelitian astronomi di dunia, dan memiliki kantor pusat di kediaman musim panas kepausan di Castel Gandolfo dekat kota Roma. Pastor Funes, adalah seorang ilmuwan yang dihormati bekerja sama dengan universitas di seluruh dunia.
Pastor Jose Funes, seorang astronom Yesuit di Observatorium Vatikan dan salah satu penyelenggara konferensi, mengatakan: "Sebagai ragam makhluk ada di Bumi, sehingga mungkin ada makhluk lain, juga cerdas, diciptakan oleh Allah. Ini tidak bertentangan dengan iman kita, karena kita tidak bisa memberi batas pada kebebasan kreatif Allah."
Pendeta Jose Gabriel Funes
"Menurut pendapat saya kemungkinan mahluk yang sama dengan manusia diluar bumi kita itu ada," Funes, direktur Observatorium Vatikan, mengatakan kepada L'Osservatore Romano. "Para astronom percaya bahwa alam semesta terdiri dari 100 miliar galaksi, yang masing-masing terdiri dari 100 milyar bintang ... Kehidupan bisa berkembang dimana saja dalam setiap galaksi yang maha luas. Bahkan tanpa oksigen atau hidrogen." Meskipun Funes menunjukkan mungkin ada kehidupan cerdas di luar sana, namun ia menyerahkan kembali kepercayaan itu kepada para jemaatnya.
Berikut video wawancara dengan Pastor Funes.
" Sejauh ini kita tidak punya atau belum memiliki bukti. Tapi yang pasti dalam alam semesta yang begitu besar kami tidak bisa mengecualikan hipotesis ini.," Katanya.
"Karena ada banyaknya makhluk di bumi, jadi kemungkinan ada makhluk lain yang juga cerdas, diciptakan oleh Tuhan dan ini tidak bertentangan dengan iman kita, karena kita tidak bisa memberi batas pada kebebasan kreatifitas Tuhan.." Funes juga menunjukkan bahwa manusia dapat mempertimbangkan bentuk lain kehidupan seorang "saudara extraterrestrial" karena mereka juga salah satu makhluk Tuhan. Saudara sepenciptaan.
"Karena terdapat banyak makhluk di bumi, sehingga mungkin ada makhluk lain, juga cerdas, diciptakan oleh Allah," katanya. "Hal ini tidak bertentangan iman kita karena kita tidak bisa memberi batas pada kebebasan kreatif Allah. Untuk mengatakan itu sebagai St Fransiskus [dari Assisi], jika kita mempertimbangkan beberapa makhluk duniawi sebagai 'kakak' dan 'adik', kenapa kita tidak bisa juga bicara tentang sebuah 'saudara luar angkasa'? Dia juga akan menjadi milik penciptaan. "
"Bagaimana kita bisa mengesampingkan kehidupan yang mungkin telah dikembangkan di tempat lain?" Funes mengatakan. "Sama seperti kita menganggap makhluk di bumi sebagai 'saudara', dan 'saudara,' mengapa kita harus tidak berbicara tentang sebuah 'extraterrestrial saudara" padahal mereka menjadi bagian dari penciptaan.? "
Subyek sains versus agama bukan hal baru bagi siapa saja. Banyak orang percaya bahwa seseorang harus memilih antara sains dan kepercayaan, bahwa mereka saling eksklusif. Funes tidak setuju dan menyatakan bahwa ilmu pengetahuan, khususnya astronomi, tidak bertentangan dengan agama. pendapat Funes 'yang didukung oleh Paus Benediktus XVI, yang berniat untuk membuat eksplorasi hubungan antara iman dan ilmu pengetahuan.
Alkitab "bukanlah sebuah buku ilmu pengetahuan," kata Funes, bahwa ia percaya teori Big Bang adalah yang paling "masuk akal" penjelasan mengenai pembentukan alam semesta.
" Namun, Funes masih percaya bahwa "Tuhan adalah pencipta alam semesta dan bahwa kita bukan hasil kebetulan."
Tidak semua orang setuju, Paul Davies , seorang ahli fisika teoritis dan penulis The Goldilocks Enigma, mengatakan kepada The Washington Post bahwa ancaman terhadap Kekristenan "yang meremehkan" oleh para pemimpin Gereja. Dia mengatakan: "Saya pikir penemuan asal-usul kedua akan signifikansi spiritual yang sangat besar. Ancaman nyata akan datang dari penemuan intelijen luar bumi, karena jika ada makhluk lain di alam semesta, maka orang Kristen, mereka dalam mengikat mengerikan ini. Mereka percaya bahwa Tuhan berinkarnasi dalam bentuk Yesus Kristus untuk menyelamatkan umat manusia, bukan lumba-lumba atau simpanse atau laki-laki hijau kecil di planet lain. "
Permusuhan berlangsung antara ilmuwan dan teolog menjadi menonjol selama peristiwa penganiayaan ilmuwan Galileo hampir 400 tahun yang lalu. Galileo diadili sebagai bidaah setelah ia secara terbuka mendukung teori Copernicus bahwa bumi berputar mengelilingi matahari, sebuah teori yang membantah ajaran gereja pada saat itu. Funes mendesak gereja dan komunitas ilmiah mengesampingkan perbedaan mereka, mengatakan insiden tersebut telah "menyebabkan luka lama dan harus diperbaiki".
"Gereja telah entah bagaimana mengakui kesalahan," kata Funes. "Mungkin bisa melakukannya lebih baik, tetapi sekarang saatnya untuk menyembuhkan luka-luka itu dan ini bisa dilakukan melalui dialog dan kolaborasi antara dua keilmuan"
Giordano Bruno
Selama Inkuisisi Giordano Bruno, seorang biarawan Italia, pada tahun 1584 dihukum mati oleh Gereja Katolik untuk mengklaim bahwa dunia lain ada. Giordano Bruno, dari De l'Infinito Universo et Mondi, yang berpendapat pada abad 16 untuk Universe terbatas di mana setiap bintang dikelilingi oleh sendiri sistem planet . Bruno menulis bahwa dunia lain "tidak kurang kebajikan atau sifat yang berbedadengan bumi kita" dan, seperti Bumi, "mengandung hewan dan penduduk".
Perlahan Gereja telah disesuaikan dengan penemuan-penemuan ilmiah, menerima penemuan oleh Copernicus dan Galileo bahwa bumi bukanlah pusat alam semesta, dan yang paling baru terlambat diterima Teori Evolusi Darwin .
Selama berabad-abad, para teolog berdebat apa adanya kehidupan di tempat lain di alam semesta akan berarti bagi Gereja:
Lifeforms = kehidupan di luar angkasa (Alien) akan sulit untuk menyesuaikan dengan gagasan bahwa Allah "menciptakan manusia menurut gambar-Nya".
Peran Yesus Kristus sebagai penyelamat umat manusia akan menyebabkan kebingungan umat.
Dunia akan lain memiliki tokoh agama mereka sendiri, atau akan Kristus yang bersifat universal (termasuk makluk di luar Bumi) ?
Penebusan Dosa.
The Vaticans chief Demonologist, Corrado Balducci discusses the existance of Aliens.
Ketika ditanya bagaimana alien bisa ditebus, Pastor Funes disebut perumpamaan Injil domba yang hilang. Aliens, ia berspekulasi, sudah bisa ditebus karena mereka bisa tetap dalam persahabatan penuh dengan Allah, sedangkan umat manusia "bisa tepat domba yang hilang, orang-orang berdosa yang membutuhkan gembala."
Tapi bagaimana kalau mereka berdosa seperti kita? Pastor Funes menjawab bahwa sebagaimana Yesus diyakini telah datang untuk menyelamatkan umat manusia, sehingga ia yakin bahwa mereka, "dalam beberapa cara, akan memiliki kesempatan untuk menikmati kemurahan Tuhan."
Komentar Pastor Funes tidak baru: Jesuit Brother Guy Consolmagno, sesama astronom di observatorium, membahas tema yang sama dalam buku yang ia tulis untuk Kebenaran Masyarakat Katolik ( the Catholic Truth Society) pada tahun 2005.
Pertanyaannya juga telah diperdebatkan dalam Gereja sejak Abad Pertengahan dan dibahas oleh apologis Kristen CS Lewis, yang fiksi “Space Trilogy” menampilkan makhluk luar angkasa. Dalam sebuah esai Lewis menulis pada tahun 1958, awalnya bernama “Will We Lose God in Outer Space?” Dan kemudian diberi judul “Religion and Rocketry,” ia berpendapat bahwa keberadaan kehidupan di luar bumi cerdas belum tentu bertentangan dengan teologi Kristen.
Dan seperti Pastor Funes, Lewis mengatakan ada kemungkinan bahwa makhluk tersebut, jika mereka ada, mungkin telah jatuh dari keadaan rahmat dan dalam hal yang mungkin ditebus melalui kemurahan Tuhan. Lewis menambahkan bahwa itu bahkan mungkin bahwa makhluk lain dengan jiwa dapat ditebus melalui pengorbanan Kristus untuk penebusan umat manusia di Kalvari, mengutip komentar St Paulus dalam Roma 8:19-23 bahwa seluruh ciptaan adalah kerinduan untuk dibebaskan dari perbudakan dan bahwa pembebasan ini akan terjadi hanya jika orang Kristen sepenuhnya melaksanakan "kemerdekaan kemuliaan" diberikan pada mereka.
Jika kehidupan cerdas memang ada, telah jatuh dan tidak bisa ditebus oleh Allah, baik melalui Kristus atau dengan cara lain, ini bisa menjadi tantangan bagi iman Kristen, kata Lewis.
Tapi, katanya, "Saya pikir seorang Kristen tidak indah jika imannya tidak pernah menghadapi kesulitan lebih dahsyat dari dugaan-dugaan yang menghantui." (“I think a Christian is sitting pretty if his faith never encounters more formidable difficulties than these conjectural phantoms.”)
Ditambahkan Lewis, "Kristen dan lawan mereka lagi dan lagi berharap bahwa beberapa penemuan baru baik akan mengubah hal iman menjadi pengetahuan atau mengurangi mereka untuk absurditas paten. Tapi itu tidak pernah terjadi. "
Jesuit Brother Guy Consolmagno percaya tidak ada pernyataan teologis pada subjek oleh Vatikan terpisah dari satu diduga dibuat pada tahun 1950 bahwa ia telah sejauh ini telah mampu untuk melacak.
Meskipun demikian, bertentangan dengan banyak laporan di media sekuler, komentar Pastor Funes 'ke L'Osservatore Romano tidak mewakili pernyataan resmi Vatikan tetapi tetap hanya pandangan pribadinya. Namun, fakta yang mereka diterbitkan di surat kabar Vatikan menandakan dukungan dari Gereja yang lebih luas untuk penerimaan posisinya mengenai kemungkinan keberadaan alien cerdas.
Aliens : The Great Deception (Documentary), History Channel
Pernyataan Vatikan terdapat pada menit ke 22 dan 29.
"Pada dasarnya, ini adalah bukti bahwa hirarki Vatikan setuju bahwa tidak ada masalah," kata Bruder Guy 14 Mei 2009.
Ia juga menambahkan bahwa publikasi artikel tersebut adalah "indikasi dukungan" untuk observatorium mengikuti "laporan tidak akurat"=desas-desus dalam beberapa surat kabar sekuler tahun lalu bahwa para astronom Yesuit telah diperintahkan untuk meninggalkan rumah mereka di kediaman musim panas kepausan.
Vatikan Darwin.
Di tempat lain dalam wawancara L'Osservatore, Pastor Funes mengatakan bahwa sains dan agama saling membutuhkan dan mencatat banyak astronom percaya pada Tuhan.
"Ilmu dan agama adalah dua sekutu yang mengangkat jiwa manusia," jelasnya, mengutip Paus Yohanes Paulus II dan Paus Benediktus XVI. "Ada dapat ketegangan atau konflik, tetapi kita tidak perlu takut. Gereja tidak perlu takut ilmu pengetahuan dan penemuan-penemuannya. "
Vatikan adalah menunjukkan kesediaannya untuk berdialog secara konstruktif dengan ilmu pengetahuan dengan mensponsori inisiatif yang membahas teori-teori ilmiah dan penemuan. Maret 2009 mendatang, Dewan Kepausan untuk Kebudayaan, bekerjasama dengan Universitas Notre Dame, akan menjadi tuan rumah konferensi Roma menandai ulang tahun ke 150 dari On the Origin of Species, pekerjaan mani Charles Darwin tentang teori evolusi.
Konferensi penyelenggara mengatakan pertemuan itu dimaksudkan untuk memetakan jalan tengah antara posisi ideologis antagonis dari evolusionisme metafisik antireligius dan penciptaan fundamentalis berbasis di penafsiran literal dari Kitab Kejadian.
Lain co-sponsor dari konferensi Darwin adalah berbasis Roma "Science, Teologi dan Quest Ontologis," juga dikenal sebagai proyek STOQ. Enam universitas kepausan yang berpartisipasi dalam proyek STOQ dengan tujuan meningkatkan dialog antara sains dan filsafat.
"Kami berharap ini akan benar-benar menjadi contoh bagaimana untuk mengadakan diskusi terbuka tanpa nada," kata Profesor Gennaro Auletta, direktur spesialisasi "Ilmu dan Filsafat" di Pontifical Gregorian University dan kontributor utama proyek STOQ. "Kami hanya ingin dialog antara orang yang misinya adalah untuk memahami lebih sedikit."
Jelaskan mengapa Gereja menyatakan bahwa Maria adalah Bunda Allah? Mengapa hari raya ini ditempatkan pada tanggal 1 Januari, yaitu Tahun Baru Masehi?
Silvester Lendatu Larira, Kendari
Pertama, Gelar itu berarti bahwa Maria sebagai ibu telah melahirkan (satu pribadi) Yesus yang sekaligus mempunyai dua kodrat, yaitu kodrat manusia dan kodrat Allah. Karena pribadi yang dilahirkan itu adalah pribadi Ilahi, Maria bisa dan harus disebut Bunda Allah (Yun: Theotokos; Lat: Mater Dei atau Dei genetrix).
Gelar yang didogmakan secara resmi oleh Konsili Efesus (Tahun 431) ini merupakan akibat sampingan dari usaha Konsili untuk merumuskan siapa Yesus Kristus itu melawan bidaah Nestorianisme. Bidaah ini berpendapat bahwa dalam diri Yesus ada dua subyek, manusia Yesus dan Kristus yang adalah Allah Putra. Akibatnya, Maria bisa disebut sebagai Anthropo-tokos (yang melahirkan manusia) atau Khristo-tokos (yang melahirkan Kristus). Konsili Efesus menolak ajaran bidaah Nestorianisme ini.
Sebagai tanggapan, Konsili Efesus merumuskan bahwa Yesus Kristus adalah Allah Putra yang sehakikat dengan Bapa dan menjadi manusia sehingga Dia sekaligus sungguh Allah dan sungguh manusia, tetapi mempunyai hanya satu pribadi (subyek) Ilahi. Jadi, Maria harus disebut sebagai Theo-tokos atau Bunda Allah.
Konsili juga menjelaskan bahwa Maria disebut demikian bukanlah karena kodrat Ilahi itu berasal-usul dari Perawan Suci, tetapi karena kodrat insani Yesus berasal dari Maria dan disatukan dalam satu subyek dalam kandungan Maria. Dari Maria lahirlah Yesus yang adalah sungguh Allah dan sungguh manusia. Karena itu, dikatakan bahwa Firman itu lahir menurut daging (DS 251). Karena itu, dalam tradisi Gereja, Maria juga diberi gelar ”Takhta Kebijaksanaan” (KGK 721).
Kedua, Hari Raya Maria Bunda Allah dirayakan pada 1 Januari, yaitu oktaf Natal, delapan hari sesudah Natal. 1 Januari juga awal dari tahun Masehi. Hal ini bisa kita maknai bahwa kita mempersembahkan seluruh tahun yang baru kepada perlindungan Bunda Maria yang telah memberikan kepada kita ”Pencipta Kehidupan” itu sendiri. Dengan bantuan Bunda Maria, kita juga berharap menyingkapkan dan memeluk Yang Ilahi di tengah kehidupan kita sehari-hari yang biasa.
Dulu, 1 Januari dirayakan sebagai hari penyunatan dan pemberian nama pada Kanak-kanak Yesus. Penyunatan itu mempunyai makna rohani, yaitu seseorang dipersembahkan kepada Allah dan menjadi milik Allah. Pemberian nama Yesus juga mempunyai makna lebih tinggi, yaitu menegaskan misi-Nya sebagai Penyelamat Dunia (nama ”Yesus” berarti Penyelamat).
Ketiga, sejak 1967, 1 Januari dirayakan sebagai Hari Perdamaian Dunia. Hal ini mengingatkan kita bahwa Yesus yang baru dilahirkan adalah Pangeran Damai (Yes 9:6). Maka, kita bisa mengawali setiap tahun dengan meminta kepada Tuhan anugerah perdamaian melalui doa-doa Maria Bunda Allah. Menurut kebiasaan, pada hari ini Paus menyampaikan pesannya untuk perdamaian dunia.
Damai yang dimohonkan bukanlah damai semu atau koeksistensi damai, melainkan damai yang sungguh berkualitas. Tidak cukup kita hanya berdoa memohon damai, tetapi kita juga perlu memberikan pendidikan untuk perdamaian dan untuk nilai-nilai yang terkait dengan perdamaian itu. Misalnya, kebebasan, solidaritas persaudaraan, dan tak lupa juga mengecam ketidakadilan yang menyulitkan hati nurani manusia dan mengancam perdamaian dunia.
Konflik yang terjadi di banyak tempat pada tahun-tahun terakhir ini menunjukkan bahwa usaha untuk membangun perdamaian dunia pada saat ini harus melibatkan para pengikut semua agama. Seringkali konflik-konflik terjadi karena perbedaan ajaran agama. Paus Yohanes Paulus II menyatakan: ”Agama mempunyai peran menentukan dalam menggalakkan sikap-sikap perdamaian dan dalam memperkuat syarat-syarat perdamaian.” Demikian pula ”agama menjalankan perannya ini secara semakin efektif jika agama memusatkan perhatian pada apa yang seharusnya dilakukan agama, yaitu perhatian kepada Allah, menggalakkan persaudaraan semesta, dan menyebarluaskan sebuah budaya solidaritas manusiawi (Pesan untuk Hari Perdamaian Dunia, 1 Januari 2003, No 9). Maka, semua agama perlu bekerja sama membangun perdamaian di atas empat pilar, yaitu ”kebenaran, keadilan, kasih, dan kebebasan” (No 3).
Jadi, gelar Maria sebagai Bunda Allah mau meneguhkan bahwa Allah Putra sungguh menjelma menjadi manusia, menyatukan diri dengan manusia sebagai ”Pangeran Damai” yang mulai meluaskan Kerajaan Damai-Nya di dunia ini. Merayakan gelar Maria Bunda Allah berarti ikutserta meluaskan dan mewujudkan Kerajaan Damai putranya. Perayaan pada awal tahun ini menandakan bahwa misi ini akan menjadi misi Gereja sepanjang tahun. Dengan bantuan doa dan kasih keibuan Maria, mari kita wujudkan misi Pangeran Damai yang datang di tengah kita!
Pastor Dr Petrus Maria Handoko CM -
Sumber : http://www.hidupkatolik.com, Jumat, 12 Juli 2013 17:03 WIB.
Lukisan Maria berjudul "The Madonna in Sorrow", oleh Sassoferrato , abad ke-17
Maria (Aram-Yahudi מרים Maryām "pahit"; Bahasa Yunani Septuaginta Μαριαμ, Mariam, Μαρια, Maria; bahasa Arab: Maryam, مريم) adalah ibu Yesus dan tunangan yang kemudian menjadi istri Yusuf dalam Kekristenan.
Maria banyak diagungkan di kalangan orang Kristen, khususnya di lingkungan Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks. Umat Muslim pun sangat menghormatinya. Bidang teologi Kristen yang berhubungan dengannya disebut Mariologi. Pesta kelahiran Maria dirayakan di kalangan Gereja Ortodoks, Katolik Roma, dan Anglikan pada 8 September. Gereja Ortodoks dan Katolik Roma juga mempunyai banyak hari perayaan lainnya untuk menghormati Maria.
Gelar-gelar Maria
Oleh Gereja Ortodoks dan tradisi-tradisi Timur dalam Gereja Katolik, Maria kerap disebut juga sebagai Theotokos. Gelar bagi Maria ini diakui dalam Konsili Ekumenis III di Efesus pada tahun 431. Theotokos sering diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai "Bunda Allah," atau lebih harafiah lagi "Yang Melahirkan Allah." Makna Teologis yang terkandung dalam gelar ini adalah bahwa putera Maria, Yesus, adalah sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia, dan bahwa dua sifat Yesus (Illahi dan insani) dipersatukan dalam satu Pribadi tunggal.
Siapakah Maria itu ?
Menurut sumber-sumber non-kanonik, Injil Yakobus, yang, meskipun bukanlah bagian dari Kitab Perjanjian Baru, berisi materi biografis mengenai Maria yang dianggap "dapat dipercaya" oleh beberapa kalangan Kristiani Ortodoks dan Katolik, Maria adalah puteri dari Yoakim dan Ana. Sebuah catatan dalam Talmud mengatakan bahwa nama ayahnya adalah Heli atau Eli, yang disebutkan dalam silsilah menurut Lukas.
Masa Kecil Maria dalam lukisan "The Virgin's first seven steps" dari Gereja Chora, Abad ke-12.
Sebelum mengandung janin Maria, Ana mandul, dan kedua orang tua Maria sudah berusia lanjut ketika dia dikandung. Mereka membawa Maria untuk tinggal di Bait Allah di Yerusalem ketika umurnya baru tiga tahun, sangat mirip dengan peristiwa Hana membawa Samuel untuk tinggal di Tabernakel, sebagaimana yang tercatat dalam Kitab Perjanjian Lama (Tanakh, Alkitab Ibrani).
Sedikit yang diketahui mengenai riwayat hidup Maria dari Perjanjian Baru. Dia adalah kerabat dari Elizabet, istri dari imam Zakaria anggota golongan imam Abia. Elizabet sendiri seorang keturunan Harun.
Maria bertempat tinggal di Nazareth di Galilea, kemungkinan bersama dengan kedua orang tuanya, dan sementara itu telah dipertunangkan dengan Yusuf dari Keluarga Daud Para Apologis Kristen kadang-kadang menduga bahwa Maria, sebagaimana Yusuf, juga adalah seorang keturunan Raja Daud.
Maria, yang saat itu seorang perawan, mengetahui dari malaikat Gabriel, utusan Allah, bahwa ia akan mengandung Yesus, anak dari Allah yang hidup, melalui mukjizat dari Roh Kudus.
Menurut Kisah Para Rasul, sesudah kenaikan Yesus ke surga, kurang-lebih 120 jiwa berkumpul di Kamar Atas pada peristiwa terpilihnya Matias untuk mengisi posisi Rasul yang ditinggalkan Yudas Iskariot, di mana Maria adalah satu-satunya orang yang disebutkan namanya selain ke-12 rasul serta para kandidat. Sejak peristiwa ini, namanya menghilang dari Alkitab, meskipun beberapa golongan Kristiani yang meyakini bahwa Maria sekali lagi digambarkan sebagai Wanita surgawi dalam Wahyu.
Kematiannya tidak tercatat dalam Alkitab, menurut tradisi Katolik Romawi dan Ortodoks Timur, antara tiga sampai lima belas tahun sesudah kenaikan Kristus, di Yerusalem atau Efesus, Maria meninggal dunia; disaksikan para rasul Kristus. Selanjutnya, ketika para rasul membuka makamnya, ternyata kosong, sehingga mereka menyimpulkan bahwa dia telah diangkat secara badaniah ke Surga. ("Makam Maria" - sebuah makam di Yerusalem diyakini sebagai makam Maria, namun makam itu baru dikenal pada abad ke-6.).
Kisah Maria di dalam Injil.
Sosok Maria dalam film "The Nativity"
Maria bertempat tinggal di Nazareth di Galilea, dipertunangkan dengan Yusuf. Selama masa pertunangan mereka – yakni tahap pertama dalam pernikahan Yahudi; selama masa tersebut, pasangan yang dipertunangkan tidak diperbolehkan sama sekali untuk berduaan saja di bawah satu atap, meskipun sudah sah disebut suami isteri – Malaikat Gabriel mewartakan kepadanya bahwa dia akan menjadi ibu dari Mesias yang dijanjikan itu dengan cara mengandungnya melalui Roh Kudus. Ketika Yusuf diberitahukan mengenai kehamilan Maria dalam sebuah mimpi oleh "seorang malaikat Tuhan", dia terkejut; namun malaikat itu berpesan agar Yusuf tidak gentar dan mengambil Maria sebagai isterinya. Yusuf mematuhinya dengan secara resmi melengkapi ritus pernikahan itu.
Malaikat Agung Gabriel mewartakan khabar kepada Maria
Karena malaikat telah memberitahukan Maria bahwa Elizabet, yang sebelumnya mandul, kini secara ajaib telah mengandung, Maria lalu segera mengunjungi kerabatnya itu, yang tinggal bersama suaminya Zakaria di sebuah kota Yudea "di daerah perbukitan" (kemungkinan di Yuttah}, bersebelahan dengan Maon, sekitar 160 km dari Nazareth). Begitu Maria tiba dan menyalami Elizabet, Elizabet dengan segera menyatakan Maria sebagai "ibu dari Tuhannya", dan atas pernyataan itu Maria menyanyikan sebuah kidung ungkapan syukur yang umum dikenal sebagai Magnificat. Tiga bulan sesudahnya, tampaknya segera setelah kelahiran Yohanes Pembaptis, Maria pulang ke rumahnya. Ketika kehamilan Maria sendiri makin membesar, tiba sebuah dekrit dari kaisar Romawi Augustus yang menitahkan agar Yusuf dan sanak keluarganya pergi ke Betlehem, sekitar 80 atau 90 mil (kurang lebih 130 km) dari Nazareth, untuk mengikuti sensus. Ketika mereka berada di Betlehem, Maria melahirkan putera sulungnya; namun karena tidak ada tempat bagi mereka di penginapan (tempat bernaung) yang disediakan bagi orang-orang asing, dia harus menggunakan sebuah palungan, atau tempat makan hewan, sebagai buaian bayi.
Sesudah delapan hari, anak itu disunat dan dinamai Yesus, menurut instruksi yang diberikan oleh "malaikat Tuhan" kepada Yusuf setelah Maria menerima anunsiasi, karena nama ini menunjukkan bahwa "dia [akan] menyelamatkan umatnya dari dosa-dosa mereka".
Setelah bayi Yesus berusia 40 hari, maka upacara-upacara tradisional tersebut dilanjutkan dengan penyerahan Yesus kepada Tuhan di Bait Allah di Yerusalem sesuai dengan aturan hukum bagi anak-anak sulung.
Maria dan Yusuf mengungsi ke Mesir dalam film "The Nativity"
Hal ini kemudian diikuti oleh kunjungan orang-orang majus dari Timur, pengungsian Yusuf beserta Maria dan Yesus ke Mesir, kembalinya mereka dari sana setelah mangkatnya Raja Herodes Agung sekitar tahun 2 atau 1 Sebelum Masehi, dan menetap di Nazaret (Matius 2). Maria tampaknya menetap di Nazaret selama kira-kira tiga puluh tahunan tanpa peristiwa-peristiwa istimewa. Dia terlibat dalam satu-satunya peristiwa di awal kedewasaan Yesus yang tercatat dalam Perjanjian Baru: pada usia dua belas tahun, Yesus terpisah dari orang tuanya dalam perjalanan pulang mereka dari perayaan Paskah Yahudi di Yerusalem lalu ditemukan di tengah para guru di Bait Allah. Kemungkinan besar antara peristiwa tersebut sampai dengan permulaan tampilnya Yesus ke depan umum, Maria menjadi janda, karena Yusuf tidak disebut-sebut lagi.
Maria dan Yesus dalam perkawinan di Kana dalam film "Gospel of John".
Setelah Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis dan dicobai oleh iblis di padang gurun, Maria hadir ketika Yesus mengerjakan mujizat pertamaNya di hadapan umum pada pesta pernikahan di Kana dengan mengubah air menjadi anggur berkat perantaraan Maria. Selanjutnya dalam beberapa peristiwa Maria hadir bersama "saudara-saudara" (Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas) serta "saudari-saudari" Yesus yang tidak disebutkan nama-namanya. Maria juga dilukiskan hadir pada peristiwa penyaliban Yesus, berdiri di dekat "murid yang dikasihi Yesus" bersama saudarinya Maria Klopas (kemungkinan besar Maria Klopas adalah orang yang sama dengan Maria ibu Yakobus muda dan Yusuf yang disebutkan dalam, serta Maria Magdalena. Pada daftar itu Matius 27:55 menambahkan "ibu anak-anak Zebedeus", yang diduga bernama Salome yang disebut-sebut dalam Markus 15:40, serta wanita-wanita lain yang telah mengikuti Yesus dari Galilea dan melayaniNya (disebutkan dalam Injil Matius dan Markus). Maria, menggendong jenazah puteranya, meskipun tidak tertulis dalam injil, merupakan motif yang umum dalam seni, yang disebut "pietà" atau "kesalehan".
Doktrin Kristiani Tentang Maria
Ada keragaman yang signifikan dalam doktrin Maria diterima oleh berbagai gereja Kristen. The Marian kunci doktrin agama Kristen diadakan di dapat secara singkat dijelaskan sebagai berikut:
Bunda Allah : menyatakan bahwa Maria, sebagai ibu Yesus karena itu Theotokos (Pembawa Allah), atau Bunda Allah.
Virgin kelahiran Yesus : menyatakan bahwa Maria mengandung Yesus secara ajaib oleh tindakan dari Roh Kudus , namun tetap perawan.
Dormition : memperingati Maria "tertidur" atau kematian alami sesaat sebelum Asumsi nya.
Asumsi : doktrin yang menyatakan bahwa Maria dibawa ke Sorga tubuh baik pada, atau sebelum, kematiannya.
Immaculate Conception : menyatakan bahwa Maria sendiri dikandung tanpa dosa asal .
Keperawanan Abadi : menyatakan bahwa Maria tetap perawan sepanjang hidupnya, bahkan setelah tindakan melahirkan Yesus.
Maria dalam agama-agama non-Abrahamik (non kristiani).
Kwan-Yin
Beberapa penganut agama-agama non-Abrahamik (non-Samawi), khususnya para penganut agama Wicca, menghubung-hubungkan Maria dengan Ibu Pertiwi dalam pelbagai tradisi Neo-pagan.
Beberapa umat Buddha bahkan pernah menghubung-hubungkan Maria dengan Kwan-Yin, Bodhisattva Welas-Asih yang dihormati oleh berbagai sekte Buddha di Tiongkok.
Para penganut agama Santeria menganggap Maria (sebagai Bunda Maria dari Regla) adalah Dewi Yemaja, dan Maria (sebagai "Virgen de la Caridad del Cobre") adalah Dewi Oshun.
Dalam hal ini, perbedaan dengan sudut pandang agama Kristiani adalah Maria sungguh adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sangat mulia, terpuji di antara wanita, memiliki posisi yang istimewa di mata Tuhan, namun tetaplah bukan seorang dewi atau pun makhluk setengah Tuhan. Ia tetap manusia biasa yang berkenan di mata Tuhan.
Dogma-dogma mengenai Maria.
Dogma-dogma Gereja Katolik Roma mengenai Maria memiliki dua fungsi: menyajikan ajaran-ajaran Gereja yang tidak dapat salah mengenai Maria dan hubungannya dengan Yesus Kristus, dan memuji Maria serta memuji karya Allah pada diri Maria melalui Maria sendiri. Semua dogma mengenai Maria mengajarkan tentang putranya yang kudus dan menyoroti kekudusan Yesus Kristus.
Saat ini terdapat empat dogma mengenai Maria di antara banyak ajaran lain mengenai Sang Perawan Suci:
Keperawanan Selamanya merupakan simbol pembaptisan, didogmakan sejak abad ketiga'Keperawanan Maria Selamanya' berarti Maria adalah seorang perawan sebelum, selama dan sesudah melahirkan.
Bunda Allah, didogmakan sejak Konsili Efesus (431), Maria adalah benar-benar Bunda Allah karena kesatuannya dengan Kristus, Putra Allah.
Pembuahan Suci didogmakan sejak Paus Pius IX (1854)Maria, pada saat dirinya diciptakan, dijaga kesuciannya dari dosa asal.
Pengangkatan Tubuh ke Surga didogmakan sejak Paus Pius XII (1950)Maria, setelah menyelesaikan jalan hidupnya di bumi, diangkat tubuh dan jiwanya ke keagungan surga.
Liku-liku Penghormatan Kepada Santa Maria.
2 sampai 5 abad
Devosi kepada Maria Kristiani kembali ke abad ke-2 dan mendahului munculnya sistem Marian tertentu liturgi pada abad ke-5, setelah Konsili Efesus pada tahun 431. Dewan itu sendiri diadakan di sebuah gereja di Efesus yang telah didedikasikan kepada Maria sekitar seratus tahun sebelum. Di Mesir penghormatan Maria telah dimulai pada abad ke-3 dan istilah Theotokos digunakan oleh Origenes , yang Aleksandria Bapa Gereja.
Doa awal dikenal Marian (yang Tuum Sub presidium , atau bawah-Mu Perlindungan) adalah dari abad ke-3 (mungkin 270), dan teks yang ditemukan kembali pada tahun 1917 di papirus di Mesir. Setelah Edict of Milan pada tahun 313, dengan gambar abad ke-5 artistik Maria mulai muncul di gereja-gereja dan masyarakat yang lebih besar sedang didedikasikan untuk Maria, misalnya S. Maria Maggiore di Roma.
Abad Pertengahan
Para Abad Pertengahan melihat banyak legenda tentang Maria, dan juga orang tuanya dan bahkan kakek-nenek. Pada abad ke-7 dan ke-8 empat lainnya Marian pesta didirikan di Gereja Timur . Di Gereja Barat pesta didedikasikan untuk Maria, tepat sebelum Natal dirayakan di Gereja Milan dan Ravenna di Italia pada abad ke-7. Keempat Romawi Marian pesta dari Pemurnian, Asumsi Annunciation, dan Kelahiran Maria secara bertahap dan secara sporadis diperkenalkan ke Inggris pada abad ke 11.
Seiring waktu, jumlah dan sifat pesta (dan terkait Judul Maria ) dan praktek venerative yang menemani mereka telah bervariasi banyak di antara beragam tradisi Kristen. Secara keseluruhan, terdapat judul signifikan lebih, pesta dan venerative Marian praktek di kalangan Katolik Roma daripada tradisi Kristen lainnya. Beberapa pesta tersebut berkaitan dengan peristiwa tertentu, misalnya Pesta Our Lady of Victory didasarkan pada kemenangan 1.571 dari Kepausan Negara dalam Pertempuran Lepanto .
Sejak Reformasi
Selama berabad-abad, pengabdian dan penghormatan kepada Maria telah sangat bervariasi di antara tradisi Kristen. Misalnya, sementara Protestan menunjukkan sedikit perhatian terhadap doa Marian atau devosi, dari semua orang kudus siapa menghormati Ortodoks, yang paling terhormat adalah Maria, yang dianggap "lebih terhormat daripada Kerub dan lebih mulia daripada Seraphim . "
Ortodoks teolog Sergei Bulgakov menulis: "Cinta dan penghormatan dari Santa Perawan Maria adalah jiwa kesalehan Ortodoks Sebuah iman dalam Kristus yang tidak termasuk ibunya adalah iman yang lain, yang lain Kristen dari yang dari Gereja Ortodoks.."
Meskipun Katolik dan Ortodoks dapat menghormati dan memuliakan Maria, mereka tidak melihat dia sebagai ilahi, juga tidak menyembah dia. Katolik melihat Maria sebagai bawahan kepada Kristus, tetapi unik sehingga, dalam arti bahwa ia terlihat seperti di atas semua makhluk lainnya. Demikian pula Teolog Sergei Bulgakov menulis bahwa meskipun pandangan Ortodoks Maria sebagai "lebih unggul dari semua makhluk yang diciptakan" dan "tak henti-hentinya berdoa untuk syafaat nya "dia tidak dianggap sebagai" pengganti Mediator Satu "yang adalah Kristus. "Biarkan Maria berada dalam kehormatan, tetapi biarkan ibadah diberikan kepada Tuhan" tulisnya. Demikian pula, umat Katolik tidak menyembah Mary, tapi memuliakan dirinya. Katolik menggunakan istilah hyperdulia untuk penghormatan Marian daripada latria yang berlaku untuk Tuhan dan dulia untuk orang-orang kudus lainnya. Definisi dari hirarki tingkat tiga latria, hyperdulia dan dulia kembali ke Konsili Nicaea pada 787.
Devosi kepada penggambaran artistik Mary bervariasi antara tradisi Kristen. Ada tradisi panjang Katolik Roma Marian seni dan gambar tidak meresapi seni Katolik seperti halnya citra Madonna dan Anak . Ikon Perawan adalah tanpa diragukan ikon yang paling dihormati di kalangan Ortodoks tersebut. [64] Kedua Katolik Roma dan gambar menghormati Ortodoks dan ikon Maria, mengingat bahwa Konsili Nicaea pada 787 diizinkan penghormatan mereka dengan umat Katolik dengan pemahaman bahwa mereka yang menghormati gambar yang memuja realitas orang yang diwakilinya, dan Sinode 842 Konstantinopel mendirikan sama untuk Ortodoks. The Ortodoks, namun hanya berdoa dan memuliakan datar, dua dimensi ikon dan bukan tiga dimensi patung.
The Anglikan Posisi terhadap Maria pada umumnya lebih lunak daripada Protestan pada umumnya dan dalam buku yang ditulisnya tentang berdoa dengan ikon Maria, Rowan Williams , yang Uskup Agung Canterbury mengatakan: "Ini bukan hanya bahwa kita tidak dapat memahami Mary tanpa melihatnya sebagai menunjuk kepada Kristus,. kita tidak dapat memahami Kristus tanpa melihat perhatiannya kepada Maria ".
Pada abad ke-16 di Inggris, penghormatan terhadap Maria menjadi sebuah isu sentral dalam kontroversi umum menyangkut makna ayat-ayat Kitab Suci, citra-citra religius, dan praktik-praktik religius dalam kehidupan Kristiani. Beberapa tokoh terkemuka di Inggris pada abad ke-16 menganggap ziarah ke tempat-tempat ziarah yang didirikan untuk menghormati Maria serta berdoa rosario itu tidak-Alkitabiah, "takhyul", dan/atau pemberhalaan.
Sejak tahun 1535 sampai 1538, di bawah perintah Raja Henry VIII, seluruh tempat-tempat ziarah Kristiani di Inggris dihancurkan karena para reformer Protestan percaya bahwa tempat-tempat itu berpengaruh buruk terhadap kerohanian masyarakat. Banyak dari tempat-tempat ziarah yang dihancurkan tersebut adalah tempat-tempat ziarah yang didirikan untuk menghormati Maria, di antaranya adalah tempat ziarah Our Lady of Walsingham yang sangat populer, serta berbagai pusat ziarah lainnya di Ipswich, Worcester, Doncaster, dan Penrise. Tempat ziarah Our Lady of Walsingham telah diziarahi oleh dua dari kelima isteri Henry, yakni Catherine Aragon dan Anne Boleyn. Kedua wanita itu juga wafat sekitar waktu penghancuran tempat ziarah tersebut pada tahun 1538.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Maria, Halaman terakhir diubah pada , 5 Oktober 2012 02.21 UTC.