Jumat, 04 April 2014

Inilah Anak Domba Allah....


Ada adegan kecil sebelum Komuni. Biasanya seusai imam memecahkan hosti. Secara beruntun tampak: imam berdoa sendiri dalam hening, lalu berlutut menghormati Tubuh dan Darah Kristus. Ia pun mengambil dan memperlihatkan hosti bersama piala kepada umat “serta mengundang mereka untuk ikut makan dalam perjamuan Kristus”. Kemudian ia “bersama dengan umat menyatakan ketidakpantasannya dengan kata-kata yang dikutip dari Injil” (PUMR 84).

Imam berdoa dalam hati, agar Tubuh dan Darah Kristus yang ia sambut sungguh membawa buah bagi hidup dan pelayanannya. Pada saat bersamaan, umat juga melakukan doa pribadi dalam batin. Agar dapat menyelaraskan doa pribadinya, sebaiknya umat juga tahu isi doa imam itu. Salah satu dari dua pilihan doa itu adalah: “Ya Tuhan Yesus Kristus, semoga Tubuh dan Darah-Mu yang akan kusambut melindungi dan menyehatkan jiwa ragaku”.


Lihatlah Anak Domba Allah


Terdapat tiga saat pengangkatan (elevatio) Tubuh dan Darah Kristus. Ketika Kisah Institusi dan Doksologi yang terangkai dalam Doa Syukur Agung. Lalu, sekali lagi pada saat Ritus Komuni. Caranya berbeda. Pada Kisah Institusi hosti suci dan piala diperlihatkan bergantian. Saat Doksologi, hosti diletakkan pada patena dan diangkat bersamaan dengan piala. Akhirnya, saat Pemecahan Roti pada Ritus Komuni, hosti yang telah terpecah itu diperlihatkan di atas piala kepada umat.

Saat pengangkatan ketiga itu, imam memperlihatkan hosti suci yang sudah terpecah sambil berkata: “Inilah Anak Domba Allah” (Ecce Agnus Dei). Dalam TPE, kata ecce diterjemahkan dengan “inilah”, yang juga bisa berarti “lihatlah”. Maksud pengangkatan memang agar dapat dilihat. Apakah umat melihatnya? Jika melihat, mungkin umat akan tahu bedanya antara hosti yang utuh saat Kisah Institusi dengan hosti yang kini sudah terpecah.

Apa maknanya? Hosti yang terpecah itu melambangkan Tubuh Kristus yang telah dikurbankan bagi keselamatan manusia. Kristus adalah Anak Domba Allah. Yohanes Pembaptis pernah menyebutnya: “Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Yoh 1:29). Imaji Anak Domba Allah amat kaya dalam Kitab Suci, maka penafsiran berdasarkan teks yang ada pun bisa beragam. Tiga penafsiran yang sudah umum adalah Anak Domba Allah sebagai Hamba Yahwe (Yes 53:1.11), Anak Domba Paskah (1 Kor 5:7), dan seperti dalam penampakan anak domba yang dibantai di dalam Kitab Wahyu (5:12).


Merasa Tidak pantas.

Tanggapan umat atas undangan imam diilhami kisah dalam Injil Lukas 7:6-7 (Mat 8:8): “Lalu Yesus pergi bersama-sama dengan mereka. Ketika Ia tidak jauh lagi dari rumah perwira itu, perwira itu menyuruh sahabat-sahabatnya untuk mengatakan kepada-Nya: ‘Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku; sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh’.”

Sejak sekitar abad X, Gereja meminjam ungkapan perwira itu. Diolah menjadi: “Ya Tuhan, saya tidak pantas Engkau datang pada saya, tetapi bersabdalah saja, maka saya akan sembuh”. Permohonan untuk “hambaku” diganti dengan “saya”. Yang mau ditularkan kepada umat adalah semangat dan sikap sang perwira terhadap Tuhan Yesus.

Sikap iman dan kerendahan hati perwira sebaiknya kita tiru ketika kita menyambut Tubuh dan Darah Kristus, saat Komuni. Perwira itu cukup tahu diri. Sebagai orang kafir, ia merasa tak pantas untuk mengundang Yesus memasuki rumahnya. Namun, ia percaya akan kebaikan hati Yesus. Justru sikap seperti itulah yang dipandang Yesus. Ia menganggap permohonan perwira yang beriman dan rendah hati itu pantas Ia kabulkan.

Berbahagialah kita yang datang ke perjamuan Tuhan, Anak Domba Allah. Kita bersihkan dan buka ruang batin, agar Ia berkenan tinggal dalam diri kita. Akan kita lihat dan rasakan betapa baiknya Tuhan.

Penulis : Christophorus H. Suryanugraha OSC 
Sumber : http://www.hidupkatolik.com, Minggu, 3 Februari 2013 14:59 WIB. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar