Saya sangat meragukan kebenaran dogma Maria Diangkat ke Surga, karena dalam Kitab Suci tidak ditemukan teks yang mengatakan hal itu. Apa dasar biblis yang digunakan Paus Pius XII ketika mendeklarasikan dogma ini? Apakah dasar gelar Maria sebagai Ratu Surga?
Anastasia Gabriella Giva, Malang
Pertama, baik kalau disadari, tidak semua ajaran Gereja didasarkan pada teks biblis yang secara eksplisit mengatakan ajaran itu. Tugas Gereja harus melampaui kecenderungan “literalisme” (harafiahisme), yaitu kecenderungan hanya membatasi ajaran dalam teks yang secara harafiah mengatakan suatu ajaran. Artinya, Gereja juga harus menarik “arti yang lebih penuh” (Ing. fuller sense) dari teks biblis yang ada. Gereja juga perlu menggali ajaran dari teks-teks yang hanya menyatakan sebuah ajaran secara tersembunyi, dan kemudian Gereja harus berani menyimpulkan dan menyatakan secara eksplisit implikasi dari ajaran itu.
Apa yang tak ditangkap banyak pencinta Kitab Suci dalam arti harafiah, bisa dieksplisitkan dalam arti alegoris atau metaforis. Dalam hal Maria, refleksi Gereja dalam perjalanan waktu membawa Gereja menemukan ada aspek-aspek dari pribadi Maria yang hanya secara berangsur-angsur menjadi jelas dan pantas dirayakan seluruh Gereja.
Kedua, dasar biblis yang digunakan Paus Pius XII ialah Why 12:1-6. Dalam konteks kitab Wahyu, “wanita yang berselubungkan matahari” itu ialah Umat Allah, Israel baru, mempelai Kristus, yaitu Gereja yang melahirkan generasi baru orang yang percaya. Tapi jika “dibawa lari kepada Allah dan ke takhta- Nya” (ay 5) diartikan sebagai kebangkitan dan kenaikan ke surga dari Yesus, maka ayat itu merujuk kepada Yesus historis. Jika demikian, maka “wanita” itu juga adalah wanita historis, yang terdiri dari jiwa dan raga, yaitu Maria yang adalah Bunda dari Umat Allah di surga.
Penafsiran ini diteguhkan penafsiran Kej 3:15. Jika wanita itu dan keturunannya akan menang terhadap setan, maka bukan hanya Yesus yang bersinar cemerlang di surga dengan jiwa dan raga-Nya, tapi juga “wanita” itu dimuliakan dalam kepenuhan jiwa dan raganya. Tanpa pengangkatan Maria ke surga dengan jiwa dan raga, kemenangan atas setan tidaklah lengkap. Inilah dasar-dasar pernyataan dogma Maria Diangkat ke Surga oleh Paus Pius XII dalam surat Munificentissimus Deus.
Ketiga, tidak sulit juga untuk mengerti bahwa karena Yesus adalah Allah-manusia yang menderita, wafat dan bangkit kembali untuk keselamatan kita, Dia naik ke surga dengan jiwa dan raganya. Demikian pula Maria, yang menyertai dan bersatu dengan Yesus dalam karya keselamatan-Nya, akan menikmati kemuliaan jiwa dan raga di surga, seperti dikatakan St Paulus dalam 1 Kor 15:22-26 (bdk. 2 Tim 2: 11-12a; Rm 6:8). Kedekatan dan persatuan Maria dengan Yesus memberikan petunjuk bahwa Yesus pasti mengikutsertakan Ibu-Nya dalam kemuliaan di surga, dengan jiwa dan raganya. Maria dimuliakan karena kesucian, yaitu bahwa dia selalu siap melakukan kehendak- Nya (bdk. Mat 12: 49-50).
Keempat, tak ada pernyataan dogma tentang Maria sebagai Ratu Surga. Ajaran Maria sebagai Ratu Surga merupakan konsekuensi dari dogma Maria Diangkat ke Surga, karena seperti Yesus Kristus yang naik ke surga dan ikut Pemerintah bersama Bapa (duduk di sebelah kanan Bapa), demikian pula Maria yang diangkat ke surga dan turut memerintah bersama Putranya (bdk. 2 Tim 2:11-12a). Tetapi sadar akan ketidaksetaraan antara Yesus dan Maria, kita tetap bisa mengatakan ada kesejajaran antara Maria dengan Yesus. Apa yang dikatakan tentang Yesus dapat dikatakan secara analog tentang Maria. Yesus menjadi Tuhan, supaya “segala makhluk... bertekuk lutut di hadapan Nama Yesus” (Flp 2:10). Demikian pula Maria dimuliakan dengan pengangkatannya ke surga untuk menjadi Ratu Semesta Alam. Penggelaran Maria ini adalah buah dari kesetiaan dan ketaatan Maria pada misi yang dipercayakan Tuhan kepada dia.
Penulis : RP Petrus Maria Handoko CM
Sumber : http://www.hidupkatolik.com/, Senin, 24 November 2014 11:07 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar