Sebagian besar umat manusia kini meyakini akan adanya kiamat, terutama mereka yang memeluk agama Yahudi, Kristen, Katolik, dan Islam. Bagaimana sejarah munculnya konsep kiamat dan siapa yang berperan mengonsepkannya?
Artikel yang dipublikasikan New York Times, 3 April 1999, memberi sedikit gambaran munculnya konsep kiamat. Dinyatakan, beberapa pakar percaya, ajaran kiamat bermula dari Zoroastrianisme yang didirikan oleh Zarathustra (nabi dari Persia, sekarang Iran) tahun 1300 SM.
Artikel yang dipublikasikan New York Times, 3 April 1999, memberi sedikit gambaran munculnya konsep kiamat. Dinyatakan, beberapa pakar percaya, ajaran kiamat bermula dari Zoroastrianisme yang didirikan oleh Zarathustra (nabi dari Persia, sekarang Iran) tahun 1300 SM.
James Russell, profesor studi Armenia di Harvard University, mengatakan bahwa Zoroastrianisme mengajarkan, "dunia memiliki awal dan akhir, terbentuk di antara kebaikan dan kejahatan, antara Azura Mazda, Tuhan Kebaikan, dan Ahriman yang jahat."
"Zarathustra mengajarkan bahwa dunia akan berakhir dengan kedatangan sang penyelamat, dan bahwa dunia akan dibersihkan dari kematian dan kejahatan, orang-orang akan bangkit dari kematian," papar Russell.
Pengikut Zarathustra menyatakan, dunia akan berakhir dalam 12.000 tahun, 6.000 tahun terakhir merepresentasikan sejarah manusia. Proses kiamat tak terjadi tiba-tiba, tetapi selama 3.000 tahun terakhir dengan kedatangan 3 penyelamat.
Berdasarkan ajaran Zarathustra, penyelamat yang datang terakhir, Astvat Ereta, adalah yang terpenting. Astvat Ereta yang berarti "wujud kebaikan", seperti Yesus atau Isa, lahir dari seorang bunda perawan yang hamil saat mandi di sebuah danau.
Meskipun kepercayaan ini tak punya konsep neraka abadi, diyakini bahwa kiamat juga merupakan hari penghakiman. Yang jahat akan dimusnahkan, sementara yang baik dan yang dibersihkan dosanya akan dianugerahi keabadian.
Beberapa penganut Zoroastrianisme berpikir bahwa kini masa tengah memasuki 3.000 tahun terakhir. Meski demikian, Russell mengungkapkan, "Kebanyakan penganut Zoroastrianisme tak terlalu peduli soal kiamat."
"Hari ketika dunia akan berakhir adalah saat Spring Equinox (25 Maret) pada tahun ke-12.000 dari penciptaan semesta. Masalahnya adalah, tak ada yang tahu kapan tahun saat kejadian itu," papar Russell.
"Zarathustra mengajarkan bahwa dunia akan berakhir dengan kedatangan sang penyelamat, dan bahwa dunia akan dibersihkan dari kematian dan kejahatan, orang-orang akan bangkit dari kematian," papar Russell.
Pengikut Zarathustra menyatakan, dunia akan berakhir dalam 12.000 tahun, 6.000 tahun terakhir merepresentasikan sejarah manusia. Proses kiamat tak terjadi tiba-tiba, tetapi selama 3.000 tahun terakhir dengan kedatangan 3 penyelamat.
Berdasarkan ajaran Zarathustra, penyelamat yang datang terakhir, Astvat Ereta, adalah yang terpenting. Astvat Ereta yang berarti "wujud kebaikan", seperti Yesus atau Isa, lahir dari seorang bunda perawan yang hamil saat mandi di sebuah danau.
Meskipun kepercayaan ini tak punya konsep neraka abadi, diyakini bahwa kiamat juga merupakan hari penghakiman. Yang jahat akan dimusnahkan, sementara yang baik dan yang dibersihkan dosanya akan dianugerahi keabadian.
Beberapa penganut Zoroastrianisme berpikir bahwa kini masa tengah memasuki 3.000 tahun terakhir. Meski demikian, Russell mengungkapkan, "Kebanyakan penganut Zoroastrianisme tak terlalu peduli soal kiamat."
"Hari ketika dunia akan berakhir adalah saat Spring Equinox (25 Maret) pada tahun ke-12.000 dari penciptaan semesta. Masalahnya adalah, tak ada yang tahu kapan tahun saat kejadian itu," papar Russell.
Zoroastrianisme memang memberi pengaruh besar pada agama-agama dunia. Beberapa agama yang dipengaruhi oleh kepercayaan ini adalah Yahudi, Kristen, Katolik, Islam, Hindu, Buddha, Jainisme, serta Sikh.
Mary Boyce dalam bukunya Zoroastrians: Their Religious Beliefs and Practices mengatakan, Zoroastrianisme adalah agama tertua yang diketahui dan mungkin yang paling berpengaruh, baik secara langsung maupun tidak langsung, dibandingkan agama lain.
Boyce dalam buku yang sama, seperti dikutip The Environmentalist, mengatakan, "Zoroaster (nama lain Zarathustra) adalah orang pertama yang mengajarkan doktrin penghakiman individu, surga dan neraka, kebangkitan setelah mati, hari akhir, kehidupan abadi, serta kesatuan tubuh dan jiwa."
Penulis : Yunanto Wiji Utomo
Editor : Yunan
Sumber : New York Times, The Environmentalist, dikutip dari : http://sains.kompas.com/, Jumat, 21 Desember 2012, 08:08 WIB
Mary Boyce dalam bukunya Zoroastrians: Their Religious Beliefs and Practices mengatakan, Zoroastrianisme adalah agama tertua yang diketahui dan mungkin yang paling berpengaruh, baik secara langsung maupun tidak langsung, dibandingkan agama lain.
Boyce dalam buku yang sama, seperti dikutip The Environmentalist, mengatakan, "Zoroaster (nama lain Zarathustra) adalah orang pertama yang mengajarkan doktrin penghakiman individu, surga dan neraka, kebangkitan setelah mati, hari akhir, kehidupan abadi, serta kesatuan tubuh dan jiwa."
Penulis : Yunanto Wiji Utomo
Editor : Yunan
Sumber : New York Times, The Environmentalist, dikutip dari : http://sains.kompas.com/, Jumat, 21 Desember 2012, 08:08 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar