Selasa, 30 April 2013

Bagaimanakah sikap yang tepat ketika kita mendoakan “Bapa Kami” ?



  • Bagaimanakah sikap yang tepat ketika kita mendoakan “Bapa Kami,” apakah dengan kedua telapak tangan disatukan ataukah direntangkan terbuka ke atas?


Dalam Pedoman Umum Misale Romawi (Baru), No 51, Ende: Nusa Indah, 2002, No 42-44, ditetapkan bahwa sikap badan yang sama menunjukkan kesatuan seluruh umat yang hadir, sebab dalam sikap badan yang sama dicerminkan sikap batin yang sama pula. Dalam konteks ini, yang dimaksud “sikap badan” adalah sikap berdiri. Tetapi, aturan liturgi Gereja tidak menetapkan tentang posisi tangan. Maka, ada kebebasan bagi umat untuk berdoa dengan telapak tangan disatukan atau direntangkan terbuka ke atas.

Doa Bapa Kami adalah doa anak (-anak) kepada bapanya. Isinya adalah pujian, pengakuan akan kemuliaan, dan permohonan. Baik sikap tangan disatukan maupun direntangkan ke atas, keduanya bisa mencerminkan sikap memuji, mengakui, dan memohon. Maka, tergantung pada umat untuk memilih sikap mana yang dirasakan lebih sesuai untuk mengungkapkan isi hatinya. Sebaiknya umat tidak menyamai sikap imam yang merentangkan tangan cukup tinggi. Jika dikehendaki untuk merentangkan tangan, cukuplah setinggi dada.



  • Di paroki kami, ada ketidakseragaman dalam mendoakan “Doa Damai” sesudah Bapa Kami. Ada imam yang mengajak umat mendoakan bersama, ada imam yang meminta agar umat tidak ikut mendoakan. Manakah yang benar?


Yang benar ialah umat tidak ikut mendoakan. Seharusnya, umat hanya menjawab pada akhir doa dengan “amin”. Namun, bentuk doa yang disediakan memang mengandung ajakan untuk umat, yaitu “maka marilah kita mohon damai kepada-Nya.” Akibatnya, ada imam (dan umat) yang masih melihat bentuk “Doa Damai” ini seperti dalam TPE lama, yaitu umat ikut aktif mendoakan. Keikutsertaan umat ini sedikit mengobati “ke-tidak-ikutsertaan” secara aktif dalam Doa Syukur Agung.

Pastor Dr Petrus Maria Handoko CM

Sumber : http://www.hidupkatolik.com/, Minggu, 22 Juni 2008 10:55 WIB.

Apakah Sakramen Krisma itu, Karunia Apa Yang diberikan Sakramen Krisma?



Mengapa Sakramen Krisma disebut Sakramen Penguatan? 

Pertama, memang Sakramen Krisma mempunyai beberapa nama. Sakramen ini disebut Krisma (Lat: chrismatio = pengurapan), atau Penguatan (Lat: confirmatio = peneguhan) atau pemeteraian (Lat: consignatio). Sakramen ini disebut pengurapan karena memang sakramen ini memperkuat anugerah Roh Kudus yang telah diterima dalam sakramen Baptis. “Pertumbuhan dan Pendalaman” rahmat Baptis itu kemudian diungkapkan berulang-ulang sebagai “lebih sungguh,” “lebih teguh,” “menambah karunia,” “lebih sempurna.” Di samping itu Krisma juga “menganugerahkan kekuatan khusus Roh Kudus.” (KGK 1303; bdk LG 11). Kenyataan ini yang melahirkan nama sakramen Penguatan.

Teologi Sakramen Krisma yang tercermin dalam Katekismus memang memberi kesan seolah Krisma hanyalah intensifikasi dari rahmat Baptis. Hal ini seolah merendahkan nilai Sakramen Krisma. Untuk menunjukkan kekhasan karunia Roh Kudus dari Sakramen Krisma, ada teolog-teolog yang berusaha membedakan dan menonjolkan karunia Sakramen Krisma. Berikut ini saya sajikan satu contoh usaha tersebut.

Kedua, Sakramen Baptis melahirkan seseorang dalam hidup kristiani dan memberikan rahmat pertumbuhannya. Hidup kristiani dan prinsip pertumbuhannya sudah lengkap, tetapi prinsip pertumbuhan itu membutuhkan “kerangka” untuk menjadi dewasa. “Kerangka” inilah yang diberikan oleh sakramen Krisma. Kerangka itu digambarkan sebagai anugerah “struktur-hidup-rohani-dewasa” yang berfungsi seperti kerangka fisik manusia. 

Dengan struktur-hidup-rohani-dewasa penerima Krisma dimampukan memikul tanggung-jawab kristiani, baik di dalam maupun di luar lingkup Gereja. Artinya dia dimampukan untuk terbuka dan bekerjasama secara penuh dengan Roh Kudus. Tanpa Krisma seorang terbaptis akan seperti orang kerdil dalam hidup rohani. Tanpa Krisma, si terbaptis tetap bisa tumbuh dalam hidup iman (melanjutkan rahmat kelahiran baru yang diterima dalam baptis), tetapi belum memiliki kekuatan atau “kerangka” untuk sungguh menjadi dewasa secara rohani. Kerangka rohani tersebut memampukan si terkrisma Demikian menjadi jelas, bahwa Krisma adalah inisiasi ke kedewasaan rohani.

Struktur-hidup-rohani-dewasa ini tidak membuat si terkrisma otomatis dewasa secara rohani, karena dibutuhkan kerjasama bebasnya dalam menanggapi anugerah Roh Kudus agar anugerah itu efektif terwujud dalam diri orang tersebut. Persiapan sakramen Krisma membantu secara kodrati mempersiapkan kedewasaan rohani.

Ketiga, Sakramen Krisma juga memberikan anugerah Roh perutusan, yang mengikut-sertakan si terkrisma dalam tugas publik Gereja untuk memberikan kesaksian iman kepada dunia. Pemberian Krisma membuat eksplisit, publik dan kelihatan apa yang sudah diterima dalam Sakramen Baptis, yaitu partisipasi pada tri-tugas Kristus. Sakramen Krisma memberikan karunia untuk mampu melaksanakan tugas tersebut. Tugas ini menyangkut tugas membangun jemaah Kristus di dunia ini dan tugas pewartaan keluar.

Jika seorang belum menerima sakramen Krisma, bolehkah dia menjadi lektor?
Karena belum mendapat perutusan resmi secara publik, sebaiknya mereka yang belum menerima Krisma tidak dilantik secara resmi menjadi akolit, lektor, pembagi komuni dan tugas-tugas lain dalam Gereja. Tugas misdinar kiranya bisa diperlakukan secara berbeda. Tetapi, prinsip ini tidak menutup kemungkinan untuk penugasan sesaat, misalnya untuk membaca sebagai lektor atau melayani di altar.

Apa inti upacara Sakramen Krisma? 
Inti sakramen krisma ialah pengurapan dengan minyak krisma pada dahi, yang dilakukan dengan penumpangan (satu) tangan disertai kata-kata: “Terimalah tanda pemberian Roh Kudus.” Dalam upacara kecil itu ditandakan penadaan dengan minyak krisma, pengurapan dan penumpangan tangan. Hal ini ditetapkan oleh Paus Paulus VI dalam Konstitusi Apostolis Divinae Consortes Naturae.

Mengapa sakramen Krisma hanya boleh diterima satu kali?
Karena Sakramen Krisma memberikan meterai sakramental (disebut juga karakter) yaitu tanda rohani yang tidak terhapuskan dan karena itu tidak perlu diulang. (KHK kan 845 #1; KGK 1304). Meterai ini menandakan relasi khusus dengan Yesus Kristus sebagai Penyelamat, yaitu sebagai milik Kristus dan utusan Kristus.

Penulis : Pastor Dr Petrus Maria Handoko CM
Sumber : http://www.hidupkatolik.com/, Jumat, 26 April 2013 15:42 WIB.

Jumat, 26 April 2013

Bunda Maria, Kami Anakmu Ijinkan Kami Lebih Mengenalmu !




Mungkin anda yang beragama Katolik sudah mendoakan doa Salam Maria ribuan, bahkan jutaan kali sejak anda menjadi warga Kristiani. Sebagian dari anda mungkin pernah mohon doa dengan perantaraanya dalam segala kebutuhan anda. Namun sejauh mana anda mengenal Beliau ?

Yesus pernah menunjukan kepada anda (melalui para rasul) Maria : "Ibu inilah anakmu, dan itulah Ibumu". sejak itulah kita diijinkan untuk menyebut Maria sebagai Ibu Maria, Bunda Maria atau aneka sebutan penghormatan lain. Melalui artikel berikut sedikit saya sumbangkan sepotong pengetahuan tentang Ibu saya dan Ibu anda : Bunda Maria", semoga dengan lebih mengenalnya anda bisa lebih mengasihinya. 

File:The Madonna in Sorrow.jpg

Maria (Aram-Yahudi מרים Maryām "pahit"; Bahasa Yunani Septuaginta Μαριαμ, Mariam, Μαρια, Maria; bahasa Arab: Maryam, مريم) adalah ibu Yesus dan tunangan yang kemudian menjadi istri Yusuf dalam Kekristenan.

Nama bahasa Inggris "Maria" berasal dari bahasa Yunani Μαρία, yang merupakan bentuk singkat dari Μαριάμ. Nama Perjanjian Baru didasarkan pada aslinya Ibrani nama מִרְיָם atau Miryam. Kedua Μαρία dan Μαριάμ muncul dalam Perjanjian Baru.

Maria hidup dan tinggal di Nazareth, Galilea, Israel pada 1 abad SM-awal abad ke-1 Masehi. Di antara banyak nama lain dan judul adalah Perawan Maria atau Santa Perawan Maria , Bunda Allah , dan Saint Mary di gereja-gereja Barat, Theotokos di Kristen Ortodoks , dan Maryam , ibu dari Isa di Islam. Sementara  Injil kanonik dari Matius dan Lukas menggambarkan Maria sebagai seorang perawan (Yunani παρθένος, parthenos). 




Asal-Usul.

Menurut sumber-sumber non-kanonik, orangtuanya bernama Yoakhim dan Anna (Hana). Sebuah catatan dalam Talmud mengatakan bahwa nama ayahnya adalah Heli atau Eli, yang disebutkan dalam silsilah menurut Lukas.


Menurut Injil Yakobus, yang, meskipun bukanlah bagian dari Kitab Perjanjian Baru, berisi materi biografis mengenai Maria yang dianggap "dapat dipercaya" oleh beberapa kalangan Kristiani Ortodoks dan Katolik, Maria adalah puteri dari Yoakim dan Ana. Sebelum mengandung janin Maria, Ana mandul, dan kedua orang tua Maria sudah berusia lanjut ketika dia dikandung. Mereka membawa Maria untuk tinggal di Bait Allah di Yerusalem ketika umurnya baru tiga tahun, sangat mirip dengan peristiwa Hana membawa Samuel untuk tinggal di Tabernakel, sebagaimana yang tercatat dalam Kitab Perjanjian Lama (Tanakh, Alkitab Ibrani).


Maria Dalam Kitab Perjanjian Baru.

Sedikit yang diketahui mengenai riwayat hidup Maria dari Perjanjian Baru. Dia adalah kerabat dari Elizabet, istri dari imam Zakaria anggota golongan imam Abia. Elizabet sendiri seorang keturunan Harun.


Maria bertempat tinggal di Nazareth di Galilea, kemungkinan bersama dengan kedua orang tuanya, dan sementara itu telah dipertunangkan dengan Yusuf dari Keluarga Daud. Para Apologis Kristen kadang-kadang menduga bahwa Maria, sebagaimana Yusuf, juga adalah seorang keturunan Raja Daud.   Beberapa sumber injil apokrif menyatakan bahwa Maria saat pertunangannya dengan Yusuf berusia 12-14 tahun, tetapi sumber ini tersebut tidak dapat diandalkan.

Selama masa pertunangan mereka – yakni tahap pertama dalam pernikahan Yahudi; selama masa tersebut, pasangan yang dipertunangkan tidak diperbolehkan sama sekali untuk berduaan saja di bawah satu atap, meskipun sudah sah disebut suami isteri – Malaikat Gabriel mewartakan kepadanya bahwa dia akan menjadi ibu dari Mesias yang dijanjikan itu dengan cara mengandungnya melalui Roh Kudus. Ketika Yusuf diberitahukan mengenai kehamilan Maria dalam sebuah mimpi oleh "seorang malaikat Tuhan", dia terkejut; namun malaikat itu berpesan agar Yusuf tidak gentar dan mengambil Maria sebagai isterinya. Yusuf mematuhinya dengan secara resmi melengkapi ritus pernikahan itu.

Karena malaikat telah memberitahukan Maria bahwa Elizabet, yang sebelumnya mandul, kini secara ajaib telah mengandung, Maria lalu segera mengunjungi kerabatnya itu, yang tinggal bersama suaminya Zakaria di sebuah kota Yudea "di daerah perbukitan" (kemungkinan di Yuttah}, bersebelahan dengan Maon, sekitar 160 km dari Nazareth). Begitu Maria tiba dan menyalami Elizabet, Elizabet dengan segera menyatakan Maria sebagai "ibu dari Tuhannya", dan atas pernyataan itu Maria menyanyikan sebuah kidung ungkapan syukur yang umum dikenal sebagai Magnificat. Tiga bulan sesudahnya, tampaknya segera setelah kelahiran Yohanes Pembaptis, Maria pulang ke rumahnya. Ketika kehamilan Maria sendiri makin membesar, tiba sebuah dekrit dari kaisar Romawi Augustus yang menitahkan agar Yusuf dan sanak keluarganya pergi ke Betlehem, sekitar 80 atau 90 mil (kurang lebih 130 km) dari Nazareth, untuk mengikuti sensus. Ketika mereka berada di Betlehem, Maria melahirkan putera sulungnya; namun karena tidak ada tempat bagi mereka di penginapan (tempat bernaung yang disediakan bagi orang-orang asing, dia harus menggunakan sebuah palungan, atau tempat makan hewan, sebagai buaian bayi.


Sesudah delapan hari, anak itu disunat dan dinamai Yesus, menurut instruksi yang diberikan oleh "malaikat Tuhan" kepada Yusuf setelah Maria menerima anunsiasi, karena nama ini menunjukkan bahwa "dia [akan] menyelamatkan umatnya dari dosa-dosa mereka".

Setelah bayi Yesus berusia 40 hari, maka upacara-upacara tradisional tersebut dilanjutkan dengan penyerahan Yesus kepada Tuhan di Bait Allah di Yerusalem sesuai dengan aturan hukum bagi anak-anak sulung.

Hal ini kemudian diikuti oleh kunjungan orang-orang majus dari Timur, pengungsian Yusuf beserta Maria dan Yesus ke Mesir, kembalinya mereka dari sana setelah mangkatnya Raja Herodes Agung sekitar tahun 2 atau 1 Sebelum Masehi, dan menetap di Nazaret (Matius 2). Maria tampaknya menetap di Nazaret selama kira-kira tiga puluh tahunan tanpa peristiwa-peristiwa istimewa. Dia terlibat dalam satu-satunya peristiwa di awal kedewasaan Yesus yang tercatat dalam Perjanjian Baru: pada usia dua belas tahun, Yesus terpisah dari orang tuanya dalam perjalanan pulang mereka dari perayaan Paskah Yahudi di Yerusalem lalu ditemukan di tengah para guru di Bait Allah. Kemungkinan besar antara peristiwa tersebut sampai dengan permulaan tampilnya Yesus ke depan umum, Maria menjadi janda, karena Yusuf tidak disebut-sebut lagi.

Setelah Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis dan dicobai oleh iblis di padang gurun, Maria hadir ketika Yesus mengerjakan mujizat pertamaNya di hadapan umum pada pesta pernikahan di Kana dengan mengubah air menjadi anggur berkat perantaraan Maria. Selanjutnya dalam beberapa peristiwa Maria hadir bersama "saudara-saudara" (Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas) serta "saudari-saudari" Yesus yang tidak disebutkan nama-namanya. Maria juga dilukiskan hadir pada peristiwa penyaliban Yesus, berdiri di dekat "murid yang dikasihi Yesus" bersama saudarinya Maria Klopas (kemungkinan besar Maria Klopas adalah orang yang sama dengan Maria ibu Yakobus muda dan Yusuf yang disebutkan dalam, serta Maria Magdalena. Pada daftar itu Matius 27:55 menambahkan "ibu anak-anak Zebedeus", yang diduga bernama Salome yang disebut-sebut dalam Markus 15:40, serta wanita-wanita lain yang telah mengikuti Yesus dari Galilea dan melayaniNya (disebutkan dalam Injil Matius dan Markus). Maria, menggendong jenazah puteranya, meskipun tidak tertulis dalam injil, merupakan motif yang umum dalam seni, yang disebut "pietà" atau "kesalehan".

Menurut Kisah Para Rasul, sesudah kenaikan Yesus ke surga, kurang-lebih 120 jiwa berkumpul di Kamar Atas pada peristiwa terpilihnya Matias untuk mengisi posisi Rasul yang ditinggalkan Yudas Iskariot, di mana Maria adalah satu-satunya orang yang disebutkan namanya selain ke-12 rasul serta para kandidat. Sejak peristiwa ini, namanya menghilang dari Alkitab, meskipun beberapa golongan Kristiani yang meyakini bahwa Maria sekali lagi digambarkan sebagai Wanita surgawi dalam Wahyu.


Kematiannya tidak tercatat dalam Alkitab.

Menurut tradisi Katolik Romawi dan Ortodoks Timur, antara tiga sampai lima belas tahun sesudah kenaikan Kristus, di Yerusalem atau Efesus, Maria meninggal dunia; disaksikan para rasul Kristus. Selanjutnya, ketika para rasul membuka makamnya, ternyata kosong, sehingga mereka menyimpulkan bahwa dia telah diangkat secara badaniah ke Surga. ("Makam Maria" - sebuah makam di Yerusalem diyakini sebagai makam Maria, namun makam itu baru dikenal pada abad ke-6.)


Gelar-gelar Maria


Maria banyak diagungkan di kalangan orang Kristen, khususnya di lingkungan Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks. Umat Muslim pun sangat menghormatinya. Bidang teologi Kristen yang berhubungan dengannya disebut Mariologi. Pesta kelahiran Maria dirayakan di kalangan Gereja Ortodoks, Katolik Roma, dan Anglikan pada 8 September. Gereja Ortodoks dan Katolik Roma juga mempunyai banyak hari perayaan lainnya untuk menghormati Maria.

Gelar-gelar Maria yang paling lazim antara lain adalah Perawan Terberkati Maria atau Bunda kita (Notre Dame, Nuestra Señora, Madonna).

Oleh Gereja Ortodoks dan tradisi-tradisi Timur dalam Gereja Katolik, Maria kerap disebut juga sebagai Theotokos. Gelar bagi Maria ini diakui dalam Konsili Ekumenis III di Efesus pada tahun 431. Theotokos sering diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai "Bunda Allah," atau lebih harafiah lagi "Yang Melahirkan Allah." Makna Teologis yang terkandung dalam gelar ini adalah bahwa putera Maria, Yesus, adalah sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia, dan bahwa dua sifat Yesus (Illahi dan insani) dipersatukan dalam satu Pribadi tunggal.

Pada awal Konsili Vatikan II, Paus Yohanes XXIII mengubah judul asli usulan skema konsili dari “Mengenai Perawan Suci Maria, Bunda Tuhan dan Bunda Manusia” menjadi “Mengenai Perawan Suci Maria, Bunda Gereja”. Akan tetapi gelar baru ini ditentang oleh para imam yang ikut Konsili karena banyak di antara mereka menganggap gelar ini terlalu inovatif. Semenjak Konsili menolak untuk membahas dokumen dan gelar Maria, Paus Paulus VI mengumumkan gelar tersebut pada penutupan tahap ketiga Konsili benar-benar sendirian. Sebagai mantan Uskup Agung Milan, ia tahu bahwa pendahulunya yang terkenal, Santo Ambrosius dari Milan (338-397) pernah menggunakan bahasa yang sama, menjuluki Maria sebagai “Teladan Gereja” berdasarkan iman, cinta dan persatuannya yang penuh dengan Kristus, dan sebagai “Bunda Gereja” karena ia yang melahirkan Kristus.


Maria dalam agama-agama non-Abrahamik


Beberapa penganut agama-agama non-Abrahamik (non-Samawi), khususnya para penganut agama Wicca, menghubung-hubungkan Maria dengan Ibu Pertiwi dalam pelbagai tradisi Neo-pagan. Beberapa umat Buddha bahkan pernah menghubung-hubungkan Maria dengan Kwan-Yin, Bodhisattva Welas-Asih yang dihormati oleh berbagai sekte Buddha di Tiongkok. Para penganut agama Santeria menganggap Maria (sebagai Bunda Maria dari Regla) adalah Dewi Yemaja, dan Maria (sebagai "Virgen de la Caridad del Cobre") adalah Dewi Oshun.

Dalam hal ini, perbedaan dengan sudut pandang agama Kristiani adalah Maria sungguh adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sangat mulia, terpuji di antara wanita, memiliki posisi yang istimewa di mata Tuhan, namun tetaplah bukan seorang dewi atau pun makhluk setengah Tuhan. Ia tetap manusia biasa yang berkenan di mata Tuhan.




Dogma-dogma mengenai Maria.


Dogma-dogma Gereja Katolik Roma mengenai Maria memiliki dua fungsi: menyajikan ajaran-ajaran Gereja yang tidak dapat salah mengenai Maria dan hubungannya dengan Yesus Kristus, dan memuji Maria serta memuji karya Allah pada diri Maria melalui Maria sendiri. Semua dogma mengenai Maria mengajarkan tentang putranya yang kudus dan menyoroti kekudusan Yesus Kristus. 

Saat ini terdapat empat dogma mengenai Maria di antara banyak ajaran lain mengenai Sang Perawan Suci:
  1. Keperawanan Selamanya merupakan simbol pembaptisan, didogmakan sejak  abad ketiga 'Keperawanan Maria Selamanya' berarti Maria adalah seorang perawan sebelum, selama dan sesudah melahirkan.
  2. Bunda Allah, didogmakan sejak Konsili Efesus (431), Maria adalah benar-benar Bunda Allah karena kesatuannya dengan Kristus, Putra Allah.
  3. Pembuahan Suci  didogmakan sejak Paus Pius IX (1854) Maria, pada saat dirinya diciptakan, dijaga kesuciannya dari dosa asal.
  4. Pengangkatan Tubuh ke Surga didogmakan sejak Paus Pius XII (1950) Maria, setelah menyelesaikan jalan hidupnya di bumi, diangkat tubuh dan jiwanya ke keagungan surga.



Selasa, 23 April 2013

Mengenal Lebih Dalam Tentang Ekaristi.



Istilah "ekaristi" yang berasal dari bahasa Yunani ευχαριστω, yang berarti berterima kasih atau bergembira, lebih sering digunakan oleh gereja Katolik, Anglikan, Ortodoks Timur, dan Lutheran, sedangkan istilah perjamuan kudus (bahasa Inggris: holy communion) digunakan oleh gereja Protestan. 

Ekaristi di Indonesia sering diterjemahkan sebagai : Perjamuan Kudus, Perjamuan Suci, Perjamuan Paskah, atau Sakramen Ekaristi adalah salah satu sakramen yang diadakan Kristus menurut Alkitab.

Perjamuan Kudus didasari pada perjamuan makan malam yang lazim di Israel Kuno.


Makna Ekaristi.


Pada umumnya orang Kristen percaya bahwa mereka diperintahkan Yesus untuk mengulangi peristiwa perjamuan ini untuk memperingatinya ("... perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!" - 1 Kor. 11:24, 25). 

Namun berbagai aliran Gereja Kristen memberikan pengertian yang berbeda-beda pula terhadap sakramen ini. Gereja Katolik Roma menekankan arti perjamuan kudus sebagai sarana keselamatan bagi umat. Gereja-gereja Protestan umumnya lebih menekankan perjamuan sebagai peringatan akan kematian dan pengorbanan Yesus bagi umat manusia. 

Lebih dalam ketika perjamuan kudus, Gereja Katholik membagikan tubuh Kristus dalam rupa roti yang disebut KOMUNI. Komuni (dalam bahasa Inggris: communion, dari bahasa Latin: communio yang berarti "berbagi bersama") dalam kekristenan memiliki beberapa makna.

Istilah komuni dalam Gereja Katolik (secara umum) :
  • Upacara Komuni dalam Misa, bagian dari perayaan Ekaristi, di mana roti dan anggur yang telah dikonsekrasi kemudian dibagikan kepada umat yang beriman.
  • Komuni Kudus dalam umat Katolik adalah roti dan anggur yang telah dikonsekrasi dan dibagikan dalam misa. Dengan demikian, menerima roti/anggur tersebut biasanya disebut "menerima komuni" atau "menyambut komuni" kudus. Istilah "komuni kudus" ini seringkali hanya disingkat sebagai "komuni" saja.
  • Komuni Pertama adalah istilah untuk penerimaan komuni (roti dan anggur yang telah dikonsekrasi) pertama kalinya oleh seseorang yang telah dibaptis secara Katolik. Menurut peraturan Gereja, Komuni Pertama untuk anak-anak hanya boleh diterima oleh anak-anak yang sudah dibaptis dan dipersiapkan untuk menyambut (menerima) komuni kudus. baca: 100 Tahun Dokumen Betapa Istimewanya (Quam Singulari)
Makna penerimaan komuni adalah merujuk kepada parsitipasi umat dalam peristiwa karya penebusan Tuhan yag dihadirkan pada waktu Doa Syukur Agung yang dibawakan oleh Imam. Komuni atau Hosti Suci yang umat terima akan menghubungkan dan memasukkan umat ke dalam karya penebusan Tuhan itu.

Berkas:Missale Romanum.jpg


Elemen Ekaristi.

Seperti halnya pada perjamuan Yesus yang terakhir sebelum Dia disalibkan, umat Katholik bersama-sama memakan roti dan meminum angggur setiap periode khususnya pada saat Perayaan Misa Kudus. Di kalangan Gereja Katolik Roma, roti yang digunakan dibuat khusus tanpa ragi (hosti), sementara anggur tidak diberikan kepada umat.

Roti yang digunakan untuk Perayaan Ekaristi harus tidak beragi, masih baru, belum basi, dan seluruhnya terbuat dari gandum tanpa campuran apapun dari bahan lain, tetapi tentu saja menggunakan air untuk proses pengolahannya.

Anggur yang digunakan untuk Perayaan Ekaristi haruslah anggur yang masih alamiah, berasal dari buah anggur murni, tidak masam, dan tidak bercampur dengan bahan lain. Ditekankan secara jelas oleh Gereja Katholik bahwa dengan syarat-syarat tersebut, maka anggur obat atau anggur apa pun yang dijual di toko-toko umum tidak boleh digunakan untuk Perayaan Ekaristi.


Kegunaan dari Sakramen Ekaristi.

Sebagai dorongan bagi kita untuk secara periodik menilai diri (self correction) dalam arti, mengadakan koreksi atas hati dan pikiran kita, karena syarat untuk dapat ikut dalam perjamuan kudus ialah bahwa kita harus membersihkan hati dan pikiran kita sedemikian rupa sehingga keikutan kita makan roti dan minum anggur dari cawan Perjamuan Kudus itu adalah dalam keadaan rohani yang layak dan iman yang tidak ragu-ragu (1 Korintus 11:28-29).

Sumber : 
  1. http://id.wikipedia.org/wiki/Ekaristi.
  2. http://id.wikipedia.org/wiki/Komuni

Katolik, Ada Yang (mungkin) Belum Anda Tahu !


Kata Katolik berasal dari kata sifat bahasa Yunani, καθολικός (katholikos), artinya "universal". Dalam konteks eklesiologi Kristen, kata Katolik memiliki sejarah yang kaya sekaligus beberapa makna. Bagi sebagian pihak, istilah "Gereja Katolik" bermakna Gereja yang berada dalam persekutuan penuh dengan Uskup Roma, terdiri atas Ritus Latin dan 22 Gereja Katolik Timur; makna inilah yang umum dipahami di banyak negara. 


Secara umum, sebutan Gereja Katolik merujuk pada Gereja Katolik Roma. Kata Roma diatributkan pada Gereja ini karena Gereja Katolik mengimani Paus yang berkedudukan di kota Roma, Italia sebagai kepala gereja yang kelihatan, wakil Yesus Kristus di bumi, yang merupakan kepala utama gereja yang tak kelihatan. Paus adalah penerus Petrus turun temurun yang tidak terputuskan. Menurut tradisi gereja, Petrus menjadi uskup Roma dan menjadi martir di sana. Gereja Katolik dengan penambahan kata Roma sendiri sebenarnya tidak pernah menjadi nama resmi yang digunakan oleh Gereja Katolik. 

Katolik dianggap sebagai salah satu dari Empat Ciri Gereja. Ketiga ciri lainnya adalah Satu, Kudus, dan Apostolik, sesuai Kredo Nicea tahun 381: "Aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik."


Gereja Katolik mengajarkan bahwa Yesus Kristus menginstitusikan tujuh sakramen, baik menurut Kitab Suci maupun Tradisi Suci dan sejarah Gereja.  Adapun sakramen yang diakui oleh Gereja Katolik Roma sebagai berikut:
  1. Baptis
  2. Pengakuan dosa
  3. Ekaristi
  4. Penguatan/Krisma
  5. Imamat
  6. Pernikahan
  7. Pengurapan orang sakit
Dalam ajaran Katolik, sakramen adalah berkat penyelamatan khusus yang oleh Yesus Kristus diwariskan kepada gereja. Santo Agustinus menyebut sakramen sebagai "tanda kelihatan dari rahmat Allah yang tidak kelihatan".

Bagi umat Protestan, "Gereja Katolik" atau yang sering diterjemahkan menjadi "Gereja Am" bermakna segenap orang yang percaya kepada Yesus Kristus di seluruh dunia dan sepanjang masa, tanpa memandang "denominasi". Umat Gereja Ortodoks Timur, Gereja Anglikan, Gereja Lutheran dan beberapa Gereja Metodis percaya bahwa Gereja-Gereja mereka adalah katolik, dalam arti merupakan kesinambungan dari Gereja universal mula-mula yang didirikan oleh para rasul. Baik Gereja Katolik Roma maupun Gereja Ortodoks percaya bahwa Gerejanya masing-masing adalah satu-satunya Gereja yang asli dan universal. Dalam "Kekristenan Katolik" (Termasuk Komuni Anglikan), para uskup dipandang sebagai pejabat tertinggi dalam agama Kristen, sebagai gembala-gembala keesaan dalam persekutuan dengan segenap Gereja dan dalam persekutuan satu sama lain. 


Sejarah singkat gereja Katolik Roma.

Awalnya, jemaat Kristen berada di bawah kepemimpinan besar lima daerah, yaitu Yerusalem, Antiokia, Aleksandria, Konstantinopel, dan Roma. Uskup Roma dikenal oleh 5 daerah sebagai "yang pertama", permasalahan dengan doktrin dan prosedur banyak mengambil Roma sebagai masukan pendapat. Kursi Roma merupakan kursi dari suksesor Santo Petrus yang mendapat julukan "Pangeran Para Rasul" sebagai tanda persatuan Gereja.

Perpecahan-perpecahan besar dalam struktur Gereja sebagai lembaga tercatat sebagai berikut:
  1. Perpecahan pertama pada gereja terjadi pada saat Konsili Efesus (431), yang menyatakan status Perawan Maria sebagai Theotokos (Bunda Allah). Kebanyakan yang menolak hasil keputusan ini adalah Kristen Persia, gereja yang sekarang dikenal sebagai Gereja Asiria Timur.
  2. Perpecahan berikut terjadi setelah Konsili Khalsedon (451). Konsili ini menolak Monofisit. Umat Kristen yang menolak ini dikenal sebagai Komuni Oriental Ortodoks.
  3. Perpecahan besar pertama dalam Gereja Katolik terjadi pada abad 11. Masalah perbedaan doktrin tentang rumusan Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel (lihat filioque). Gereja Katolik pun terbagi menjadi dua, yaitu "Barat" dan "Timur". Inggris, Perancis, Roma dan negara-negara Skandinavia termasuk Gereja "Barat" (Gereja Katolik Roma). Sedangkan Yunani, Rusia, Suriah, Mesir termasuk dalam Gereja "Timur" (Gereja Ortodoks Timur). Perpecahan ini dikenal sebagai Skisma Timur-Barat.
  4. Perpecahan terbesar dalam Gereja Katolik Roma terjadi pada abad ke-16 dengan adanya Reformasi Protestan yang melahirkan gereja-gereja Protestan.
  5. Perpecahan terakhir terjadi ketika Raja Henry VIII dari Inggris memisahkan seluruh gereja-gereja di kerajaannya dari persekutuan dengan Paus karena permintaannya untuk menikah kedua kalinya sementara istri pertamanya masih hidup ditolak. Kelompok gereja inilah yang dikenal sebagai Gereja Anglikan Inggris.
Seluruh grup di atas kecuali Protestan masih menyebut persekutuan mereka sebagai Katolik. Dewasa ini, semakin banyak Gereja-Gereja Timur yang kembali ke dalam persekutuan penuh dengan Roma, namun dengan tetap mempertahankan tata cara beribadah mereka. Kelompok ini dikenal dengan sebutan Gereja Katolik ritus Timur.



Riwayat penggunaan kata "katolik" dalam Gereja.
  • Ignatius dari Antiokhia
Sepucuk surat yang ditulis oleh Ignatius kepada umat Kristiani di Smyrna sekitar tahun 106 adalah bukti tertua yang masih ada mengenai penggunaan istilah Gereja Katolik (Surat kepada jemaat di Smyrna.

Gereja Katolik digunakan Ignatius untuk menyebut Gereja universal dalam persekutuan dengan Uskup Roma (Sri Paus). Kaum bidaah tertentu pada masa itu, yang menyangkal bahwa Yesus adalah insan jasmaniah yang benar-benar menderita sengsara dan wafat, dan justru berkata bahwa "dia hanya tampak seolah-olah menderita sengsara" (Surat kepada jemaat di Smyrna, bukanlah umat Kristiani sejati dalam pandangan Ignatius. Istilah Gereja Katolik juga digunakan dalam Kemartiran Polikarpus pada 155, dan dalam Canon Muratorianus, sekitar 177.

  • St. Kiril dari Yerusalem
St. Kyril dari Yerusalem (sekitar 315-386) mengimbau orang-orang yang sedang menerima bimbingan iman Kristiani darinya demikian: "Jika kalian berada di dalam kota-kota, jangan hanya bertanya di manakah Rumah Tuhan (karena sekte-sekte profan lainnya juga berusaha menyebut tempat-tempat mereka sendiri Rumah-Rumah Tuhan), jangan juga hanya bertanya di manakah Gereja, tetapi bertanyalah di manakah Gereja Katolik. Karena inilah nama khusus dari Gereja yang Kudus ini, bunda kita semua, yang adalah mempelai dari Tuhan kita Yesus Kristus, Putera Tunggal Allah" (Materi-materi Katekisasi, XVIII, 26).

  • Theodosius I
Istilah Kristen Katolik termuat dalam undang-undang kekaisaran Romawi tatkala Theodosius I, Kaisar Romawi dari 379 sampai 395, mengkhususkan nama tersebut bagi para penganut "agama yang diajarkan kepada orang-orang Romawi oleh Rasul Petrus yang suci, karena agama itu telah terpelihara berkat tradisi yang kuat dan yang kini dianut oleh Pontif (Paus) Damasus dan oleh Petrus, Uskup Aleksandria ...sedangkan bagi orang-orang lain, karena menurut penilaian kami mereka adalah orang-orang gila yang bodoh, kami nyatakan bahwa mereka harus ditandai dengan sebutan nista sebagai kaum bidaah, dan tidak boleh menyebut tempat-tempat pertemuan mereka sebagai gereja-gereja." Undang-undang 27 Februari 380 ini termaktub dalam kitab 16 dari Codex Theodosianus. Undang-undang ini mengukuhkan Kristianitas Katolik sebagai agama resmi Kekaisaran Romawi.

  • Augustinus dari Hippo
Penggunaan istilah Katolik untuk membedakan Gereja "sejati" dari kelompok-kelompok bidaah juga dilakukan oleh Augustinus yang menulis demikian:

"Dalam Gereja Katolik, ada banyak hal lain yang layak membuat saya tetap berada dalam rahimnya. Kesepahaman orang-orang dan bangsa-bangsa membuat saya bertahan dalam Gereja; begitu pula otoritasnya, dikukuhkan oleh mukjizat-mukjizat, disuburkan oleh pengharapan, diperbesar oleh kasih, dan diperkokoh oleh usia. Suksesi para imam membuat saya bertahan, mulai dari tahta Rasul Petrus sendiri, yang kepadanya Tuhan, sesudah kebangkitanNya, memberi tugas untuk menggembalakan domba-dombaNya (Jn 21:15-19), turun sampai para uskup yang ada sekarang.
"Dan begitulah, akhirnya, dengan nama Katolik, yang, bukan tanpa alasan, di tengah-tengah begitu banyak bidaah, telah dipertahankan Gereja; sehingga, sekalipun semua kaum bidaah ingin disebut umat Katolik, namun bilamana ada orang asing yang bertanya di manakah Gereja katolik berhimpun, tidak satupun bidaah yang sanggup menunjuk kapel atau rumahnya sendiri.
"Sebanyak itulah jumlah dan makna ikatan-ikatan mulia yang dimiliki nama Kristiani itu yang menahan seorang beriman agar tetap dalam Gereja Katolik, sebagaimana yang seharusnya ... Dengan kamu, di mana tak ada satu pun hal-hal ini untuk memikat atau menahan saya... Tak seorangpun dapat melepaskan saya dari iman yang mengikat pikiran saya dengan ikatan-ikatan yang begitu banyak dan begitu kuat pada agama Kristiani... Di pihak saya, saya tidak percaya akan injil kecuali digerakkan oleh otoritas Gereja Katolik."

— St. Augustinus (354–430): Melawan Epistola kaum Manikeus yang disebut Fundamental, bab 4: Bukti-bukti iman Katolik.


Penyebaran agama Katolik di Indonesia.


Penyebaran agama Katolik sudah dimulai sejak kedatangan Portugis di Indonesia yang dilakukan oleh beberapa misionaris pada abad ke-16 dan abad ke-17 di bagian timur seperti di Maluku dan Flores. Agama katolik baru memasuki tanah Jawa pada masa pemerintahan Herman Willem Daendels di Batavia awal abad-19 dengan didirikan gereja pertama di sana pada tahun 1807 dan disertai dengan diakuinya oleh Vatikan. Pada 2005, sekitar 3,05%–7.380.203 dari 241.973.879 penduduk Indonesia, beragama Katolik

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Katolik, dengan perubahan.

Jumat, 19 April 2013

Daftar Nama Paus, Penerus Tahta Suci Gereja Katolik Tahun 32 M - 2013.



“Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga” (Mat 16:18-19).


“Imam Agung di Roma, sebagai pengganti Petrus, menjadi azas dan dasar yang kekal dan kelihatan bagi kesatuan para uskup maupun segenap kaum beriman.”
~ Lumen Gentium 23


Paus adalah penerus St Petrus, dan para uskup adalah penerus para rasul. Kristus menjadikan Petrus “batu karang” GerejaNya. Ia menjadikan Petrus sebagai gembala dari segenap kawanan domba-Nya. Jabatan gembala dari Petrus dan para Rasul yang lain termasuk dasar Gereja (Katekismus Gereja Katolik #880-881). Berikut adalah Daftar Nama Paus, Penerus Tahta Suci Gereja Katolik Tahun 32 M - 2013.


  1. St. Petrus (32 - 67)
  2. St. Linus (67 - 76)
  3. St. Anakletus (Kletus) (76 - 88)
  4. St. Klemens I (88 - 97)
  5. St. Evaristus (97 - 105)
  6. St. Alexander I (105 - 115)
  7. St. Sixtus I (115 - 125) -- juga disebut Xystus I
  8. St. Telesphorus (125 - 136)
  9. St. Hyginus (136 - 140)
  10. St. Pius I (140 - 155)
  11. St. Anicetus (155 - 166)
  12. St. Soter (166 - 175)
  13. St. Eleutherius (175 - 189)
  14. St. Victor I (189 - 199)
  15. St. Zephyrinus (199 - 217)
  16. St. Kalistus I (217 - 222)
  17. St. Urbanus I (222 - 230)
  18. St. Pontianus (230 - 235)
  19. St. Anterus (235 - 236)
  20. St. Fabianus (236 - 250)
  21. St. Kornelius (251 - 253)
  22. St. Lucius I (253 - 254)
  23. St. Stefanus I (254 - 257)
  24. St. Sixtus II (257 - 258)
  25. St. Dionisius (260 - 268)
  26. St. Felix I (269 - 274)
  27. St. Eutychian (275 - 283)
  28. St. Caius (283 - 296) -- juga disebut Gaius
  29. St. Marcellinus (296 - 304)
  30. St. Marcellus I (308 - 309)
  31. St. Eusebius (309 atau 310)
  32. St. Miltiades (311 - 314)
  33. St. Sylvester I (314 - 335)
  34. St. Markus (336)
  35. St. Julius I (337 - 52)
  36. Liberius (352 - 366)
  37. St. Damasus I (366 - 383)
  38. St. Siricius (384 - 399)
  39. St. Anastasius I (399 - 401)
  40. St. Inosensius I (401 - 417)
  41. St. Zosimus (417 - 418)
  42. St. Bonifasius I (418 - 422)
  43. St. Selestine I (422 - 432)
  44. St. Sixtus III (432 - 440)
  45. St. Leo I (Agung) (440 - 461)
  46. St. Hilarius (461 - 468)
  47. St. Simplicius (468 - 483)
  48. St. Felix III (II) (483 - 492)
  49. St. Gelasius I (492 - 496)
  50. Anastasius II (496 - 498)
  51. St. Symmachus (498 - 514)
  52. St. Hormisdas (514 - 523)
  53. St. Yohanes I (523 - 526)
  54. St. Felix IV (III) (526 - 530)
  55. Bonifasius II (530 - 532)
  56. Yohanes II (533 - 535)
  57. St. Agapetus I (535 - 536) -- juga disebut Agapitus I
  58. St. Silverius (536 - 537)
  59. Vigilius (537 - 555)
  60. Pelagius I (556 - 561)
  61. Yohanes III (561 - 574)
  62. Benediktus I (575 - 579)
  63. Pelagius II (579 - 590)
  64. St. Gregorius I (Agung) (590 - 604)
  65. Sabinian (604 - 606)
  66. Bonifasius III (607)
  67. St. Bonifasius IV (608 - 615)
  68. St. Deusdedit (Adeodatus I) (615 - 618)
  69. Bonifasius V (619 - 625)
  70. Honorius I (625 - 638)
  71. Severinus (640)
  72. Yohanes IV (640 - 642)
  73. Theodorus I (642 - 649)
  74. St. Martin I (649 - 655)
  75. St. Eugenius I (655 - 657)
  76. St. Vitalian (657 - 672)
  77. Adeodatus (II) (672 - 676)
  78. Donus (676 - 678)
  79. St. Agatho (678 - 681)
  80. St. Leo II (682 - 683)
  81. St. Benediktus II (684 - 685)
  82. Yohanes V (685 - 686)
  83. Conon (686 - 687)
  84. St. Sergius I (687 - 701)
  85. Yohanes VI (701 - 705)
  86. Yohanes VII (705 - 707)
  87. Sisinnius (708)
  88. Constantine (708 - 715)
  89. St. Gregorius II (715 - 731)
  90. St. Gregorius III (731 - 741)
  91. St. Zacharias (741 - 752)
  92. Stefanus II (752) -- dipilih sebagai paus ke-92 oleh rakyat Roma, tetapi wafat sebelum naik tahta suci
  93. Stefanus III (752 - 757)
  94. St. Paulus I (757 - 767)
  95. Stefanus IV (767 - 772)
  96. Adrian I (772 - 795)
  97. St. Leo III (795 - 816)
  98. Stefanus V (816 - 17)
  99. St. Paschal I (817 - 824)
  100. Eugenius II (824 - 827)
  101. Valentine (827)
  102. Gregorius IV (827 - 844)
  103. Sergius II (844 - 847)
  104. St. Leo IV (847 - 855)
  105. Benediktus III (855 - 858)
  106. St. Nikolaus I (Agung) (858 - 867)
  107. Adrian II (867 - 872)
  108. Yohanes VIII (872 - 882)
  109. Marinus I (882 - 884)
  110. St. Adrian III (884 - 885)
  111. Stefanus VI (885 - 891)
  112. Formosus (891 - 896)
  113. Bonifasius VI (896)
  114. Stefanus VII (896 - 897)
  115. Romanus (897)
  116. Theodorus II (897)
  117. Yohanes IX (898 - 900)
  118. Benediktus IV (900 - 903)
  119. Leo V (903)
  120. Sergius III (904 - 911)
  121. Anastasius III (911 - 913)
  122. Lando (913 - 914)
  123. Yohanes X (914 - 928)
  124. Leo VI (928)
  125. Stefanus VIII (929 - 931)
  126. Yohanes XI (931 - 935)
  127. Leo VII (936 - 939)
  128. Stefanus IX (939 - 942)
  129. Marinus II (942 - 946)
  130. Agapetus II (946 - 955)
  131. Yohanes XII (955 - 963)
  132. Leo VIII (963 - 964)
  133. Benediktus V (964)
  134. Yohanes XIII (965 - 972)
  135. Benediktus VI (973 - 974)
  136. Benediktus VII (974 - 983)
  137. Yohanes XIV (983 - 984)
  138. Yohanes XV (985 - 996)
  139. Gregorius V (996 - 999)
  140. Sylvester II (999 - 1003)
  141. Yohanes XVII (1003)
  142. Yohanes XVIII (1003 - 1009)
  143. Sergius IV (1009 - 1012)
  144. Benediktus VIII (1012 - 1024)
  145. Yohanes XIX (1024 - 1032)
  146. Benediktus IX (1032 - 1045)
  147. Sylvester III (1045)
  148. Benediktus IX (1045)
  149. Gregorius VI (1045 - 1046)
  150. Klemens II (1046 - 1047)
  151. Benediktus IX (1047 - 1048)
  152. Damasus II (1048)
  153. St. Leo IX (1049 - 1054)
  154. Victor II (1055 - 1057)
  155. Stefanus X (1057 - 1058)
  156. Nikolaus II (1058 - 1061)
  157. Alexander II (1061 - 1073)
  158. St. Gregorius VII (1073 - 1085)
  159. Beato Victor III (1086 - 1087)
  160. Beato Urbanus II (1088 - 1099)
  161. Paschal II (1099 - 1118)
  162. Gelasius II (1118 - 1119)
  163. Kalistus II (1119 - 1124)
  164. Honorius II (1124 - 1130)
  165. Inosensius II (1130 - 1143)
  166. Selestine II (1143 - 1144)
  167. Lucius II (1144 - 1145)
  168. Beato Eugenius III (1145 - 1153)
  169. Anastasius IV (1153 - 1154)
  170. Adrian IV (1154 - 1159)
  171. Alexander III (1159 - 1181)
  172. Lucius III (1181 - 1185)
  173. Urbanus III (1185 - 1187)
  174. Gregorius VIII (1187)
  175. Klemens III (1187 - 1191)
  176. Selestine III (1191 - 1198)
  177. Inosensius III (1198 - 1216)
  178. Honorius III (1216 - 1227)
  179. Gregorius IX (1227 - 1241)
  180. Selestine IV (1241)
  181. Inosensius IV (1243 - 1254)
  182. Alexander IV (1254 - 1261)
  183. Urbanus IV (1261 - 1264)
  184. Klemens IV (1265 - 1268)
  185. Beato Gregorius X (1271 - 1276)
  186. Beato Inosensius V (1276)
  187. Adrian V (1276)
  188. Yohanes XXI (1276 - 1277)
  189. Nikolaus III (1277 - 1280)
  190. Martin IV (1281 - 1285)
  191. Honorius IV (1285 - 1287)
  192. Nikolaus IV (1288 - 1292)
  193. St. Selestine V (1294)
  194. Bonifasius VIII (1294 - 1303)
  195. Beato Benediktus XI (1303 - 1304)
  196. Klemens V (1305 - 1314)
  197. Yohanes XXII (1316 - 1334)
  198. Benediktus XII (1334 - 1342)
  199. Klemens VI (1342 - 1352)
  200. Inosensius VI (1352 - 1362)
  201. Beato Urbanus V (1362 - 1370)
  202. Gregorius XI (1370 - 1378)
  203. Urbanus VI (1378 - 1389)
  204. Bonifasius IX (1389 - 1404)
  205. Inosensius VII (1404 - 1406)
  206. Gregorius XII (1406 - 1415)
  207. Martin V (1417 - 1431)
  208. Eugenius IV (1431 - 1447)
  209. Nikolaus V (1447 - 1455)
  210. Kalistus III (1455 - 1458)
  211. Pius II (1458 - 1464)
  212. Paul II (1464 - 1471)
  213. Sixtus IV (1471 - 1484)
  214. Inosensius VIII (1484 - 1492)
  215. Alexander VI (1492 - 1503)
  216. Pius III (1503)
  217. Julius II (1503 - 1513)
  218. Leo X (1513 - 1521)
  219. Adrian VI (1522 - 1523)
  220. Klemens VII (1523 - 1534)
  221. Paulus III (1534 - 1549)
  222. Julius III (1550 - 1555)
  223. Marcellus II (1555)
  224. Paulus IV (1555 - 1559)
  225. Pius IV (1559 - 1565)
  226. St. Pius V (1566 - 1572)
  227. Gregorius XIII (1572 - 1585)
  228. Sixtus V (1585 - 1590)
  229. Urbanus VII (1590)
  230. Gregorius XIV (1590 - 1591)
  231. Inosensius IX (1591)
  232. Klemens VIII (1592 - 1605)
  233. Leo XI (1605)
  234. Paulus V (1605 - 1621)
  235. Gregorisu XV (1621 - 1623)
  236. Urbanus VIII (1623 - 1644)
  237. Inosensius X (1644 - 1655)
  238. Alexander VII (1655 - 1667)
  239. Klemens IX (1667 - 1669)
  240. Klemens X (1670 - 1676)
  241. Beato Inosensius XI (1676 - 1689)
  242. Alexander VIII (1689 - 1691)
  243. Inosensius XII (1691 - 1700)
  244. Klemens XI (1700 - 1721)
  245. Inosensius XIII (1721 - 1724)
  246. Benediktus XIII (1724 - 1730)
  247. Klemens XII (1730 - 1740)
  248. Benediktus XIV (1740 - 1758)
  249. Klemens XIII (1758 - 1769)
  250. Klemens XIV (1769 - 1774)
  251. Pius VI (1775 - 1799)
  252. Pius VII (1800 - 1823)
  253. Leo XII (1823 - 1829)
  254. Pius VIII (1829 - 1830)
  255. Gregorius XVI (1831 - 1846)
  256. Beato Pius IX (1846 - 1878)
  257. Leo XIII (1878 - 1903)
  258. St. Pius X (1903 -1914)
  259. Benediktus XV (1914 - 1922)
  260. Pius XI (1922 - 1939)
  261. Pius XII (1939 - 1958)
  262. Beato Yohanes XXIII (1958 - 1963)
  263. Paulus VI (1963 - 1978)
  264. Yohanes Paulus I (1978)
  265. Beato Yohanes Paulus II (1978 - 2005)
  266. Benediktus XVI (2005 - 2013)
  267. Fransiskus (2013 - ...)

sumber : List of Pope; www.newadvent.org, dikutip dari : http://www.indocell.net/, 19 April 2013.

Serba-serbi tentang Paus


File: Coat of arms Kudus See.svg

Paus merupakan kata dalam Bahasa Indonesia yang merujuk pada seorang figur pemimpin Gereja Katolik Roma. Paus dari bahasa Latin : papa, dari bahasa Yunani : πάππας pappas, sebuah kata anak untuk sebutan bapa (ayah). Paus adalah Uskup dari Roma dan pemimpin di seluruh dunia Gereja Katolik. 

Kantor paus dikenal sebagai Kepausan. Nya yurisdiksi gerejawi sering disebut " Tahta Suci "(Sancta Sedes dalam bahasa Latin), atau" Tahta Apostolik "didasarkan pada tradisi Gereja bahwa Rasul Saint Peter dan Saint Paul yang martir di Roma. Paus juga kepala negara dari Kota Vatikan,  yang berdaulat negara-kota seluruhnya enclaved dalam kota Roma.

Kepausan merupakan salah satu lembaga yang paling abadi di dunia dan memiliki bagian penting dalam sejarah dunia. Para Paus di zaman kuno membantu dalam penyebaran agama Kristen dan resolusi berbagai perselisihan doktrinal. Di Tengah usia mereka memainkan peran penting sekuler di Eropa Barat , sering bertindak sebagai arbiter antara Kristen raja.


Sejarah.



Katolik mengakui Paus sebagai penerus Santo Petrus , yang, menurut ajaran Katolik Roma, Yesus disebut sebagai "gembala" dan "batu" dari Gereja Katolik, yang menurut dogma Katolik adalah Gereja yang benar didirikan oleh Kristus. Petrus pernah menanggung gelar "Paus", yang mulai dipakai tiga abad kemudian, tapi Katolik tradisional mengenalinya sebagai Paus pertama, meskipun deklarasi resmi Gereja hanya berbicara tentang paus sebagai memegang dalam perguruan tinggi dari Uskup peran analog dengan yang dimiliki oleh Petrus dalam perguruan Para Rasul, di mana perguruan tinggi Para Uskup, entitas yang berbeda, adalah penerus.

Gereja Katolik mengajarkan bahwa Yesus secara pribadi menunjuk Petrus sebagai pemimpin Gereja dan yang dogmatis konstitusi Lumen Gentium membuat perbedaan yang jelas antara rasul dan para uskup, penyajian terakhir sebagai penerus dari mantan, dengan Paus sebagai pengganti Petrus karena ia adalah kepala uskup sebagai Peter adalah kepala para rasul.  Beberapa sejarawan berpendapat bahwa gagasan bahwa Petrus adalah uskup Roma pertama dan mendirikan episkopal melihat ada dapat ditelusuri kembali tidak lebih awal dari abad ke-3.  Tulisan-tulisan dari Bapa Gereja Irenaeus yang menulis sekitar tahun 180 mencerminkan keyakinan bahwa Petrus "didirikan dan terorganisir" Gereja di Roma.  Selain itu, Irenaeus bukanlah yang pertama untuk menulis kehadiran Petrus di Gereja Roma awal. Clement Roma menulis dalam sebuah surat kepada jemaat di Korintus, c 96,.  tentang penganiayaan orang Kristen di Roma sebagai "perjuangan di zaman kita" dan disajikan kepada jemaat di Korintus pahlawan, "pertama, terbesar dan paling hanya kolom" , "nabi yang baik" Petrus dan Paulus.  St Ignatius dari Antiokhia menulis tak lama setelah Clement dan dalam suratnya dari kota Smirna kepada jemaat di Roma ia mengatakan ia tidak akan memerintahkan mereka seperti Petrus dan Paulus.  Mengingat ini dan bukti lain, banyak sarjana setuju bahwa Petrus menjadi martir di Roma di bawah Nero, meskipun beberapa sarjana berpendapat bahwa ia mungkin telah mati syahid di Palestina.

Beberapa Protestan umumnya sepakat bahwa Yesus dikhususkan Petrus sebagai titik fokus dari abad Gereja 1. Namun, mereka berpendapat bahwa Perjanjian Baru tidak memberikan bukti bahwa Yesus mendirikan kepausan atau bahkan bahwa ia mendirikan Petrus sebagai uskup pertama Roma. [35] Lainnya, menggunakan kata-kata Petrus sendiri, berpendapat bahwa Kristus dimaksudkan dirinya sebagai fondasi gereja dan bukan Petrus. Lain berpendapat bahwa gereja memang dibangun di atas Yesus dan iman, tetapi juga pada murid sebagai akar dan fondasi gereja atas dasar ajaran Paulus dalam Roma dan Efesus, meskipun tidak terutama Petrus.

Komunitas Kristen abad pertama akan memiliki sekelompok imam-uskup berfungsi sebagai pemimpin dari gereja lokal mereka. Secara bertahap, episcopacies didirikan di daerah metropolitan. Antiokhia mungkin telah mengembangkan struktur seperti sebelum Roma.  Di Roma ada banyak yang mengaku sebagai uskup yang sah meskipun lagi Irenaeus menekankan keabsahan satu baris uskup dari waktu Santo Petrus sampai nya kontemporer Paus Victor I dan terdaftar mereka.  Beberapa penulis mengklaim bahwa munculnya uskup tunggal di Roma mungkin tidak terjadi sampai pertengahan abad ke-2. Dalam pandangan mereka, Linus, Cletus dan Clement yang mungkin menonjol presbiter-uskup uskup tetapi tidak selalu monarkis.

Pada abad ke-1 dan awal abad ke-2, yang Takhta Suci memiliki keunggulan dan menonjol dalam Gereja secara keseluruhan.


Pada abad-abad awal Kekristenan, gelar ini diterapkan, terutama di timur, kepada semua uskup dan pendeta senior lainnya, dan kemudian menjadi milik di barat ke Uskup Roma, pemesanan yang dilakukan resmi hanya di abad ke-11. Catatan paling awal dari penggunaan judul ini adalah sehubungan dengan saat itu almarhum Patriark Alexandria , Paus Heraclas dari Alexandria (232-248). mencatat paling awal penggunaan judul "Paus" tanggal bahasa Inggris di pertengahan abad ke-10, ketika digunakan dalam referensi untuk Paus Vitalian dalam terjemahan bahasa Inggris Lama Bede 's Historia ecclesiastica Gentis Anglorum .

File: Gregorythegreat.jpg
Gregorius Agung (c 540-604) yang didirikan tema abad pertengahan di Gereja, dalam lukisan oleh Carlo Saraceni , c. 1610, Roma.

Gelar itu dari awal abad ke-3 istilah umum yang digunakan untuk merujuk kepada semua uskup.  Dari abad ke-6 judul mulai digunakan terutama Uskup Roma, dan pada akhir abad ke-11 Paus Gregorius VII mengeluarkan sebuah deklarasi yang telah banyak ditafsirkan sebagai menyatakan ini dengan kemudian mendirikan konvensi Barat.  Pada abad ke-6 yang sama, ini juga merupakan praktek normal dari kekaisaran kearsipan Konstantinopel.


Saat ini, selain perluasan iman Kristen dan doktrin, para paus berdedikasi untuk ekumenisme dan dialog antar agama , pekerjaan amal, dan pembelaan hak asasi manusia .

Paus secara bertahap telah dipaksa menyerahkan kekuasaan duniawi , dan otoritas kepausan kini hampir secara eksklusif dibatasi untuk masalah-masalah agama.  Selama berabad-abad, klaim paus dari otoritas rohani telah semakin tegas dinyatakan, yang berpuncak pada tahun 1870 dengan proklamasi dengan dogma dari infalibilitas kepausan untuk kesempatan langka ketika Paus berbicara ex cathedra -harfiah "dari kursi (dari Saint Peter ) "-untuk mengeluarkan definisi formal iman atau moral.  Satu-satunya eksplisit kesempatan tersebut setelah proklamasi adalah definisi dari dogma Maria Diangkat ke Surga pada tahun 1950.


  • Siapakah yang menetapkan paus pertama?


Paus adalah penerus St Petrus, dan para uskup adalah penerus para rasul. Kristus menjadikan Petrus “batu karang” GerejaNya. Ia menjadikan Petrus sebagai gembala dari segenap kawanan domba-Nya.

File: Kristus Penyerahan Kunci untuk St Peter oleh Pietro Perugino.jpg
Pemberian Kunci untuk Santo Petrus dilukis oleh Pietro Perugino (1492)

“Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga” (Mat 16:18-19).

“Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: `Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?' Jawab Petrus kepada-Nya: `Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.' Kata Yesus kepadanya: `Gembalakanlah domba-domba-Ku.' Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: `Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?' Jawab Petrus kepada-Nya: `Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.' Kata Yesus kepadanya: `Gembalakanlah domba-domba-Ku.' Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: `Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?' Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: `Apakah engkau mengasihi Aku?' Dan ia berkata kepada-Nya: `Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.' Kata Yesus kepadanya: `Gembalakanlah domba-domba-Ku. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.' Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: `Ikutlah Aku.'” (Yoh 21:15-19)

Jabatan gembala dari Petrus dan para Rasul yang lain termasuk dasar Gereja (Katekismus Gereja Katolik #880-881).


  • Adakah bukti suksesi dari para paus pertama sesudah St Petrus dan siapa sajakah mereka?


Di antara banyak referensi historis mengenai mereka yang mengikuti jejak St Petrus sebagai paus adalah: Pada tahun 189 M, Ireneus menulis dalam Melawan Bidaah-bidaah, “Para Rasul yang terberkati [Petrus dan Paulus], sesudah mendirikan dan membangun Gereja [di Roma] … mewariskan jabatan episkopal kepada Linus” (Melawan Bidaah-bidaah 3:3:3 [189 M]).

Eusebius, seorang ahli sejarah Gereja Perdana, menulis dalam Sejarah Gereja: “Victor… adalah Uskup Roma yang ketigabelas dari Petrus” (The Little Labyrinth [211 M], Eusebius, Sejarah Gereja 5:28:3).

Dalam sebuah dokuman, Peti Obat Melawan Segala Bidaah, Epifanius dari Salamis menulis, “Di Roma, para rasul dan uskup pertama adalah Petrus dan Paulus, kemudian Linus, kemudian Kletus, kemudian Klemens, yaitu Petrus dan Paulus masa sekarang” (Peti Obat Melawan Segala Bidaah 27:6 [375 M]).


  • Adakah Paus Petrus yang lain?


Merupakan suatu tradisi bahwa para paus, ketika mereka dipilih, mengubah nama mereka. Menurut tradisi, hal itu bermula dari Paus Sergius IV (thn 1009-1012). Dikisahkan bahwa nama aslinya adalah Petrus di Porca dan ia mengubahnya, mengingat dirinya tak layak disebut sebagai Petrus II. Sesungguhnya sebelum itu, beberapa paus mengubah nama mereka apabila nama mereka berbau kafir. Pada tahun 533, Yohanes II mengubah namanya karena nama aslinya adalah Merkurius, nama seorang dewa kafir. Tradisi mengubah nama memberikan kesempatan bagi para paus untuk menghormati paus pendahulunya dengan nama yang sama, atau sebagai isyarat visi atau pandangannya. Paus Yohanes Paulus memilih nama ganda dengan menyatukan kedua nama paus pendahulunya. Paus Yohanes Paulus II memilih namanya untuk menyatakan rasa hormat kepada Paus Yohanes Paulus I yang bertahta hanya selama 33 hari, juga untuk menyatakan tekadnya untuk melanjutkan visi pendahulunya itu.


  • Apakah paus mendapatkan bantuan ilahi dalam jabatannya?


Petrus adalah seorang murid Yesus yang lemah, tetapi syukur atas doa Yesus dan atas pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta, Petrus tidak lagi harus mengandalkan kekuatan manusiawinya. Walau dari dirinya sendiri ia hanyalah pasir belaka, namun ia telah menjadi batu karang. Dalam arti yang lebih dalam, Kristus adalah batu karang yang mendirikan GerejaNya di atas Petrus. Para paus sekarang pun memiliki kelemahan dan kekurangan masing-masing, namun demikian, kekuatan Yesus menopangnya dalam mengemban jabatannya melalui kuasa Roh Kudus.


  • Apakah paus mengambil alih peran Kristus di dunia?


Paus disebut sebagai Vicar Kristus, tidak berarti bahwa ia mengambil alih peran Kristus, melainkan Kristus setia kepada janji-Nya, “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat 28:20).

St Ambrosius dari Milan menulis pada tahun 389 M, “Kepada Petruslah Yesus berkata: `Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku' [Mat 16:18]. Di mana Petrus berada, di situ Gereja berada. Dan di mana Gereja berada, di sana tidak ada maut, melainkan kehidupan kekal” (Komentar atas Duabelas Mazmur Daud 40:30 [389 M]).


  • Apa artinya infallibilitas?


Paus adalah Uskup Roma dan gembala seluruh Gereja. Bersama para imam, rekan sekerjanya, para Uskup mempunyai “tugas utama … mewartakan Injil Allah kepada semua orang,” seperti yang diperintahkan Tuhan. Mereka adalah “pewarta iman, yang mengantarkan murid-murid baru kepada Kristus dan mereka pengajar yang otentik atau mengemban kewibawaan Kristus” (Katekismus Gereja Katolik # 888).

Untuk memelihara Gereja dalam kemurnian iman yang diwariskan oleh para rasul, maka Kristus yang adalah kebenaran itu sendiri, menghendaki agar GerejaNya mengambil bagian dalam sifat-Nya sendiri yang tidak dapat keliru. Dengan “cita rasa iman yang adikodrati”, Umat Allah memegang teguh iman dan tidak menghilangkannya di bawah bimbingan Wewenang Mengajar Gereja yang hidup. Wewenang Mengajar Gereja itu harus melindungi umat terhadap kekeliruan dan kelemahan iman dan menjamin baginya kemungkinan obyektif, untuk mengakui iman asli, bebas dari kekeliruan (Katekismus Gereja Katolik # 889, 890).

“Ciri tidak dapat sesat itu ada pada Imam Agung di Roma, kepala dewan para Uskup, berdasarkan tugas beliau, bila selaku gembala dan guru tertinggi segenap umat beriman, yang meneguhkan saudara-saudara beliau dalam iman, menetapkan ajaran tentang iman atau kesusilaan dengan tindakan definitif…Sifat tidak dapat sesat, yang dijanjikan kepada Gereja, ada pula pada Badan para Uskup, bila melaksanakan wewenang tertinggi untuk mengajar bersama dengan pengganti Petrus” terutama dalam konsili ekumenis. Apabila Gereja melalui Wewenang Mengajar tertingginya “menyampaikan sesuatu untuk diimani sebagai diwahyukan oleh Allah” dan sebagai ajaran Kristus, maka umat beriman harus “menerima ketetapan-ketetapan itu dengan ketaatan iman”. Infallibilitas ini sama luasnya seperti warisan wahyu ilahi (Katekismus Gereja Katolik # 891).

Bantuan ilahi juga dianugerahkan kepada pengganti-pengganti para Rasul, yang mengajarkan dalam persekutuan dengan pengganti Petrus, dan terutama kepada Uskup Roma, gembala seluruh Gereja, apabila mereka, walaupun tidak memberikan ketetapan-ketetapan kebal salah dan tidak menyatakannya secara definitif, tetapi dalam pelaksanaan Wewenang Mengajarnya yang biasa mengemukakan satu ajaran, yang dapat memberi pengertian yang lebih baik mengenai wahyu dalam masalah-masalah iman dan susila. Umat beriman harus mematuhi ajaran-ajaran otentik ini dengan: “kepatuhan dan akal budi yang suci”, yang walaupun berbeda dengan persetujuan iman, namun mendukungnya (Katekismus Gereja Katolik # 892).


  • Dapatkah kita menulis surat kepada Paus?


Surat-surat kepada Paus Yohanes Paulus II memecahkan rekor dalam hal banyaknya surat-menyurat yang ditujukan kepada Bapa Suci. Ia menerima surat-surat diplomatik dari para kepala negara, surat-surat yang disampaikan kepadanya melalui para Pengawal Swiss, melalui surat ataupun e-mail. Belakangan ini, ratusan ribu e-mail dikirim ke Vatican pada masa-masa sakitnya yang terakhir. Semua surat disampaikan kepada Paus, tetapi Sekretariat Negara yang akan membalasnya. Diperlukan sembilan orang imam bekerja penuh waktu untuk membaca, meringkas serta membalas sura-surat berbahasa Inggris. Pada perayaan 25 tahun masa pontifikatnya, Paus Yohanes Paulus II menerima begitu banyak e-mail ucapan selamat, hingga rasa syukur dan terima kasihnya ditampilkan sebagai pop-up di situs Vatican: www.vatican.va.


  • Apakah para paus masih mengenakan mahkota?

Posted Image
His Holiness Pope Gregory XVI

Sebelum Paus Yohanes Paulus I memutuskan untuk menghapusnya, dalam upacara penobatan paus, yang biasanya dilakukan sekitar seminggu setelah ia terpilih, dilakukan upacara pemahkotaan. Paus Yohanes Paulus I dan Paus Yohanes Paulus II memilih Misa di lapangan terbuka yang sederhana dalam mengawali misi mereka sebagai Gembala Tertinggi.


  • Apakah paus mempunyai suatu “uraian pekerjaan”?


Dalam Katekismus Gereja Katolik, “pekerjaan” paus dijabarkan sebagai berikut: “Paus dan para Uskup merupakan `pengajar yang otentik, atau mengemban kewibawaan Kristus, artinya mewartakan kepada umat yang diserahkan kepada mereka, iman yang harus dipercaya dan diterapkan dalam perilaku manusia' (LG 25). Wewenang Mengajar biasa yang universal dari Paus dan dari para Uskup yang bersatu dengannya mengajar kepada umat beriman kebenaran yang harus dipercaya, kasih yang harus dihidupi dan kebahagiaan yang patut diharapkan” (# 2034).


Sumber: 
  1. “Papal Facts and Trivia”; Copyright © 1999-2004, Daughters of St. Paul. All Rights Reserved; www.daughtersofstpaul.com, Dikutip dari : http://www.indocell.net/, 19 April 2013.
  2. http://en.wikipedia.org/wiki/Pope

Kamis, 18 April 2013

Romo Melepas Jubah, Apa Pendapat Anda ?

http://penaindonesia.net/wp-content/uploads/2013/01/Jubah-Pastor.jpg

Saya tak ingat berapa orang berjubah yang saya kenal, lalu menanggalkan jubahnya dalam dua puluh tahun terakhir ini. Saya tak pernah menghitung. Orang berjubah di sini, adalah para imam, para romo. Beberapa yang saya kenal adalah romo paroki, penulis buku, penggiat karya sosial, dan lain-lain. Alasan untuk menanggalkan jubah pun tak selalu saya tahu. Ada banyak isu, tapi saya acuh dengan isu-isu itu.

Satu yang saya ingat adalah seorang yang inovatif dan memiliki vitalitas luar biasa. Ia penuh semangat dan memberi saya kesempatan untuk berkarya. Saya berterima kasih untuk dukungannya. Namun, sayang kami bertemu dalam waktu yang pendek. Entah mengapa ia tak lagi menjabat posisinya. Ia hilang bak ditelan bumi. Komunikasi pun putus. Saya tak pernah dapat jawaban pasti, di mana romo tersebut sekarang, apa yang ia lakukan, mengapa ia keluar.

Seorang yang lain adalah seorang penulis. Bukunya memiliki arti penting pada dekade 1980-an. Saya membaca karyanya, dan selang puluhan tahun kemudian, barulah saya bisa bertemu muka dengan dia. Entah kenapa, kata pertama yang keluar dari mulut saya saat itu, ”Romo….”

Seorang lain yang juga melepas jubah, justru saya kenali setelah lama ia melepas jubah. Ia adalah seorang bapak yang bersemangat, ramah, dan seorang organisatoris yang baik. Beberapa kali saya bertemu dengannya dan jika sudah bicara dengannya panjang lebar waktu tak terasa terlewat.

Ke-romo-an seseorang untuk saya dinilai dari karya dan sosok pribadinya. Apa pun yang membuatnya melepaskan jubah, tak membuat saya kehilangan hormat padanya. Ke-romo-an itu tetap melekat dalam dirinya. Itu yang saya percaya. Saya tak peduli isu. Saya tak peduli dengan gosip miring.

Seorang teman dekat saya pernah berkisah pengalaman dirinya saat memutuskan tidak mau mengenakan jubah, persis pada saat-saat terakhir menjelang ditahbiskan. Pengalaman eksistensial seperti ini, jarang ia bagikan kepada orang lain. Penuh detil ia sampaikan pada saya, dan membawa saya pada suatu perenungan panjang: tak mudah memilih hidup dalam biara, menjalani hidup berjubah dengan segala konsekuensi. Ada persoalan psikologis, teologis, komunikasi, dan lain-lain.

Ada seorang romo yang belum lama ini juga secara resmi melepas jubah. Ia orang yang saya kagumi. Penuh komitmen ia lakukan aneka kegiatan sosial. Karyanya diakui melintas batas agama, suku, atau ras. Dalam masa-masa krusial hidup di Indonesia, saya pernah bersinggungan dengan karya-karyanya. Sekali lagi, saya tak peduli gosip, saya tak peduli alasan di balik pelepasan jubahnya.

Ia tetap saya hargai sebagai seorang ’Romo’, karena ia telah menjadi ’Romo’ bagi banyak pihak, dan banyak karya yang telah dihasilkan. Mungkin saya hanya sedikit orang yang tak ingin menyayangi pelepasan jubahnya. Ia tetap seorang yang sama, menurut saya.

Saya sadar mungkin banyak umat yang kecewa. Banyak pihak yang merasa sedih karena satu demi satu, romo melepas jubahnya. Atau mungkin banyak pihak lebih senang bergunjing soal alasan-alasan di balik pelepasan jubah.

http://katolisitas.org/wp-content/uploads/2010/04/Tanggung-jawab-pastor-paroki-dalam-pastoral-paroki.jpg

Bagi saya, romo pun seorang manusia biasa, dengan ambisi, hasrat, dan kemanusiaan yang sama dengan umat. Saya justru bergembira ketika sisi kemanusiaan ini tetap ditunjukkan. Sangat manusiawi, ketika orang menunjukkan kelemahan. Sangat manusiawi, ketika orang menunjukkan tanda-tanda bahwa ia menyerah sampai di sini atas beban berlebih yang ia pikul.

Maka, saya melihat karya-karya Gereja tak harus berfokus pada seorang imam belaka. Umat harus makin aktif mengambil peran-peran penting dalam karya Gereja, bahkan yang terkait dengan soal liturgi, teologi, dan lain-lain. Saya suka iri dengan teman-teman muda dari Nahdlatul Ulama (NU) yang fasih bicara kitab-kitab klasik dan memperbincangkan pemikiran para tokoh intelektual Islam yang kerap mengguncang tafsir-tafsir mainstream.

Misalnya saja, belum lama ini ada seorang tokoh penting pemikir dalam Gereja Katolik datang ke Indonesia. Dia adalah Hans Küng, seorang teolog dan dosen, yang bersama dengan Ratzinger (kini Paus Benediktus XVI) menjadi teolog muda pada saat Konsili Vatikan II (1962-1965). Siapa yang kenal dengan Hans Küng? Jangan-jangan hanya mereka yang pernah belajar teologi? Mengapa ia penting? Dan mengapa pula ia dilarang untuk mengajarkan doktrin-doktrin agama Katolik, padahal dia salah satu yang memberi pendasaran atas isi Konsili Vatikan II? Apakah ada yang membaca surat terbuka Hans Küng kepada Ratzinger baru-baru ini dalam peringatan 5 tahun Paus Benediktus XVI? Apa kritik yang disampaikan Hans Küng pada Paus sekarang?

Umat perlu terus mengambil posisi lebih besar dalam proses menggereja saat ini. Umat bukan semata-mata obyek pasif dari karya gerejani, dan sebaliknya, umat harus jadi partisipan aktif dalam karya-karya Ilahi di dunia. Dengan demikian kita berharap ada hubungan yang lebih sehat antara umat dan kaum berjubah: suatu hubungan yang mengandaikan hormat dan pengakuan akan kesetaraan, walaupun keduanya memiliki fungsi yang berbeda.

http://jimmyoentoro.com/wp-content/themes/pjo/images/title_img_Family.jpg

Jadi, kita tak perlu menangisi mereka yang melepaskan jubah. Karya ilahi toh tak melulu hadir lewat mereka yang pernah mengenakan jubah. Saya pun tetap berdoa untuk mereka yang masih mengenakan jubah, agar mereka terus mengenakan jubah selamanya.

Penulis : Ignatius Haryanto
Sumber : http://www.hidupkatolik.com/, Senin, 27 Agustus 2012 13:24 WIB.

Kamis, 11 April 2013

Analisis Tinta Ungkap Keaslian Injil Yudas

http://ww1.hdnux.com/photos/12/13/36/2668432/4/628x471.jpg

Injil Yudas yang kontroversial terus mengundang tanya. Salah satu yang dipertanyakan ialah kebenaran dokumen itu sebagai naskah kuno. Jangan-jangan naskah tersebut sebenarnya tulisan baru yang dibuat seolah-olah tua.

Tim ilmuwan yang dipimpin oleh Joseph Barabe dari McCrone Associate di Illinois baru-baru ini berhasil mengungkap keaslian Injil Yudas sebagai naskah kuno. Mereka melakukannya dengan studi tinta pada teks Injil Yudas.

Diberitakan Livescience, Senin (8/4/2013), Barabe menemukan bahwa tinta yang digunakan menulis terdiri dari dua macam, yaitu warna hitam dan coklat yang dicampur. Pencampuran dua macam tinta ini biasa dilakukan di masa lalu.

Untuk tinta hitam, jenis tinta yang digunakan dalam Injil Yudas adalah disebut lamp back. Jenis tinta ini sama dengan jenis tinta yang digunakan pada teks peradaban kuno hingga abad ketiga Masehi.

http://global.fncstatic.com/static/managed/img/Scitech/gospel-fragment-140408.jpg

Namun, untuk jenis tinta coklat, Barabe menemui kejanggalan. Tinta coklat merupakan tinta yang kaya besi, disebut irol gall, tetapi miskin belerang. Biasanya, tinta coklat tersebut juga kaya akan sulfur.

Barabe menemukan tantangan untuk mencari apakah tinta coklat sejenis juga digunakan pada dokumen kuno lain. Ia kemudian mempelajari surat pernikahan serta surat tanah yang diterbitkan pada masa Mesir, yang didapatkan dari Museum Louvre.

Hasil studi menunjukkan bahwa surat pernikahan dan surat tanah pada masa lalu pun menggunakan tinta iron gall. Dengan demikian, Barabe yakin Injil Yudas memang merupakan naskah kuno, yang berasal dari tahun 280 Masehi.

Studi tinta memang menjadi keahlian Barabe. Lewat studi tinta, Barabe memutuskan apakah teks atau lukisan yang diklaim kuno memang benar-benar kuno. Sebelumnya, mereka berhasil mengungkap bahwa naskah "Archaic Mark" yang diklaim kuno ternyata palsu.

http://www.judasischariot.com/the-gospel-of-judas.jpg

Hasil studi tentang Injil Yudas ini dipaparkan dalam American Chemical Society in New Orleans pada Senin lalu. Injil Yudas sendiri merupakan naskah kontroversial yang memotret Yudas Iskariot bukan sebagai pengkhianat, melainkan teman dekat Yesus yang mengetahui rencana Tuhan kepada Yesus.

Injil Yudas mengungkap alasan di balik ciuman yang dilakukannya sebelum Yesus diadili dan disalib. Jika Injil lain (Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes) menyatakan bahwa Yudas berkhianat untuk 30 keping perak, Injil Yudas mengungkap bahwa Yudas melakukannya atas perintah Yesus, membebaskan roh Yesus dari raga-Nya.

Penulis : Yunanto Wiji Utomo
Sumber : http://sains.kompas.com/,Kamis, 11 April 2013 08:29 WIB

Rabu, 03 April 2013

Mengenal, Mendeteksi dan Menanggulangi Santet




“Santet”….Wuihhhh…sebuah kata yang bikin merinding bulu kuduk siapa aja yang mendengarnya, sebuah kata yang masih jadi bahan perdebatan, jadi bahan seminar para intelektual, jadi bahan gosip diwarung2, pos ronda, pojok jalan, sampe pengajian.

Semua sibuk mengkaji, membahas dan memperdebatkan. Ada yang pro ada yang kontra, ada yang percaya ada yang nggak, ada yang serius menyimak ada pula yang menganggapnya cuma omong kosong belaka alias sampah.

Masalah kejahatan ilmu hitam spt santet, emang akan terus menjadi polemik yang gak habis2, dibilang ada tapi gak keliatan dan emang secara empiris gak ada bukti, dibilang gak ada juga tapi banyak korban yang berjatuhan, malah yg lebih kontravesial ada yang usul kalo santet dimasukkan kedalam perundang2an dan dimasukkan ke jalur hukum melalui peradilan…hihihi..ini lucu nih mungkin nanti ada UUD Undang-Undang Disantet hehehe…saksi dan terdakwanya Jin hehehe…lucu kali ya dan udah dipastikan dipersidangan nanti gak ada yang nonton..pada takut….


Santet itu, gimana cara kerjanya…????


Santet adalah bagian dari kejahatan ilmu hitam, yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab (dukun) dengan mahluk halus/Jin sebagai mediator.diliat dari cara kerjanya santet dibagi dua yaitu :
  • Cara pertama : Dematrialisasi (proses perubahan materi menjadi non materi)

masih ingetkan film Matrix?, ituloh film yang dibintangin Saya…eh salah…maksudnya yang dibintangin Keanu Reeves yang mirip saya…halah ngaku2 aja…sih…

Di Film itu menggambarkan bahwa Semua benda dan mahluk hidup (manusia, hewan, tumbuhan) yang berada didunia sesungguhnya adalah kumpulan partikel2 kecil yang disebut Matrix. ya, memang jasad manusia, hewan (jasad ya bro…bukan roh..) dan semua benda sesungguhnya kumpulan partikel2 kecil yang dipadatkan, dan dengan meminjam rumus Einstein E=MC2 , bahwa benda padat apapun dengan Kepadatan Massa (M) dengan kecepatan yang melebihi kecepatan Cahaya ‘(C) dapat diurai menjadi partikel2 kecil atau semacam energi yang gak keliatan. Proses perubahan materi menjadi energi yang keliatan alias non materi ini dalam Ilmu Bela diri disebut Dematrialisasi. Dengan prinsip hukum inilah para dukun mengubah materi atau benda apapun seperti Paku, jarum, pecahan kaca, ijuk, rambut atau hal-hal yang lebih seram lagi yang berbau kuburan seperti Pecahan Batu nisan, tanah kuburan, sobekan kain kafan, tali pocong, dll menjadi non materi atau energi yang gak keliatan.

Cara kerja dematrialisasi ini bisa dengan tenaga dalam, kekuatan bathin atau meminta bantuan mahluk halus/Jin.Kemudian Energi yang gak keliatan ini dimasukkan kedalam minuman atau makanan dalam bentuk “Paket Hemat”, dan paket hemat tsb dikirim ke korban yang juga melalui kurir yang dilakukan oleh Jin juga, hasilnya si korban yang meminum atau memakan paket yang berisi benda2 padat tsb akan kelojotan muntah darah, perut kembung, pendarahan, dll

Ya iyalah…gimana nggak. Lah wong paku atau silet masuk kedalam tubuh orang itu menghambat peredaran darahnya sehingga darah menjadi gak bisa ngalir dan berbalik arah, sistem tubuh jadi kacau dan rusak. Masih syukur jika benda2 itu bisa berubah wujud ke bentuk aslinya, nah kalo nggak, alat2 kedokteran yang paling canggih manapun gak akan bisa mendeteksi kehadiran benda2 tsb hehehehe…masih kalah canggih ama dukun….

  • Cara kedua adalah cara langsung, 
Si Jin lah yang menjdi pemeran utamanya, tanpa harus menggunakan benda2 aneh tsb. Para jin suruhan inilah yang langsung ditugaskan untuk “mengerjai” sang korban, Si Jin itu mengerjai bisa dengan berbagai cara, mengganduli (orang/korban itu spt bongkok, spt menggendong sesuatu yang berat), memeluk, mencekik, menduduki, sehingga korban akan susah bernapas, pusing, badan terasa berat, susah tidur. Dan yang lebih canggih lagi adalah dengan menggunakan aura negatip dari jin itu atau dengan memancarkan gelombang Electro Enchepalo Magnetis yang dipunyai Jin, dengan keberadaan jin yang beraura negatip tsb, si dukun mengirim getaran gelombang yang berbentuk partikel untuk mempengaruhi gelombang otak korban sehingga korban akan sering pusing dan berhalunisasi lalu berteriak2 ketakutan seperti melihat penampakan mahluk yang menakutkan, bukan itu saja dia juga suka mendengar suara2 yang gak jelas, mimpi seram dan buruk, sehingga otak kehilangan kontrol mengakibatkan orang itu menjadi gila, beraktifitas seksual yang menyimpang, emosi gak terkendali hingga bunuh diri. Dikalangan bisnis, cara inilah yang diambil, melalui getaran gelombang energi negatip inilah para jin menghalau para rekan bisnis korban atau customer untuk gak datang membeli atau menolak tawaran bisnis, sehingga usaha yang biasa ramai menjadi sepi atau tender gak dapat2 dan lama kelamaan mengalami kebangkrutan.



Sama seperti sifat Santet yang berbau mistis dan gaib, maka solusi yang ditawarkan untuk menanggulanginyapun selalu bernapas mistis, spiritual dan religius, beberapa cara tsb antara lain;

  • Tidur Diatas Lantai

Tau nggak, Kenapa semua mahluk halus gak pernah menyentuh bumi? Dia pasti akan melayang sekitar 10-15 cm diatas tanah.

Yap, karena sifat tanah dan api adalah sifat yang berlawanan, konon tanah/bumi mempunyai energi positip, karena itu para lelembut (Jin) gak pernah menginjak tanah akaibat pengaruh tanah terasa panas bagi bangsa mereka. Maka bila ingin terhindar dari kejahatan ilmu hitam spt santet dianjurkan untuk membiasakan tidur di lantai, Ilmu santet yang dilancarkan biasanya berjarak 50 cm diatas tanah., untuk itu bila seseorang tidur diatas tanah akan terhindar dari bahaya santet.

  • Merang Ketan Hitam

menurut kepercayaan agar terhindar dari kejahatan ilmu hitam adalah dengan cara membawa merang ketan hitam kemanapun anda pergi (Merang = batang pohon yang dikeringkan dan dibakar). Secara spiritual merang ketan hitam memiliki power yang positip yang bisa menteralisir kekuatan ilmu hitam.

  • Palm Merah

menanam palm merah dihalaman depan rumah merupakan metode lain yang dipercaya bisa menetralisir kekuatan santet, konon palm merah merupakan tanaman yang sangat dimusuhi kaum jin yang beraura negatip

  • Daun Kelor

Untuk menangkal serangan ilmu hitam yang notabene adalah jin suruhan, maka letakkanlah daun kelor di pintu rumah, aura daun kelor yang berenergi positip memang sangat ditakuti mahluk halus yang beraura negatip

  • Tumbuhan beraura Positip lainnya

Banyak sekali tumbuhan yang beraura positip kuat sekali yang dipercaya dapat mentralisir aura negatip para mahluk halus jahat, dari ribuan bahkan jutaan tumbuhan yang beraura positip yang kuat, yang paling menonjol adalah Dewandaru, Kalimasada, Bambu kuning (apalagi yang didalamnya terdapat bambu buta atau bambu tidak berongga), pohon kenanga, sirih (apalagi didalamnya ada sirih yang ketemu urat), stigi, mentawa, songgo langit, nogosari, kayu Rau dan Liwung. Tapi sayang kayu2 atau pohon tersebut masih langka dan susah banget ditemukan.


Disamping metode2 tradisional tsb, penanggulangan ilmu hitam juga bisa dilakukan dengan petunjuk2 religi ke-islaman (maap, karena saya muslim maka yang saya ketngahkan yang saya tau menurut ajaran saya) misalkan agar terhindar dari serangan santet disarankan sebelum tidur harus berwudhu, suci lahir bathin, lalu membaca Al ikhlas, al falaq, An nas, ayat kursi. Sudah dipastikan kita akan terhindar dari santet sampe esok pagi.

Sementara itu di kitab surahul aulia, mengisyaratkan kehebatan amalan ayat Lima untuk menangkal semua kejahatan ilmu hitam, karena didalam ayat Lima terdapat sepuluh hurup Kof. Adapun ayat lima itu terdiri dari; Al baqarah ayat 246, Ali Imran ayat 181, An Nisa ayat 77, Al Maidah ayat 27, dan Ar Ra’d ayat 16.

Adalagi di bebagai kitab, yang menyatakan bahwa dengan mengamalkan do’a Nurbuat (nurul nurbuwah) setiap pagi dan sore atau setelah selesai sholat fardhu, maka jin2 yang beraura negatip akan menyingkir menghindar.



Namun yang lebih penting dari semua itu tentunya adalah usaha kita mendeteksi serangan santet sejak dini, Berikut ini adalah tips sederhana untuk mendeteksi serangan ilmu hitam:
  • Sediakan telur ayam kampung yang masih baru, baskom, kembang setaman, kain mori satu meter dan tongkat kayu sepanjang satu meter.
  • Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengisi baskom dengan air lalu masukkan kembang setaman dan telur kedalamnya.
  • Kedua, dirumah bagian belakang sebelah kiri, bukalah sedikit genting, lalu taruhlah baskom yang sudah berisi air, kembang setaman dan telur dibawah genting itu, baskom diletakan diatas eternit, atau bisa juga diatas lemari pokoknya ditempat yang tinggi, kain mori putih untuk alas baskom tersebut.
  • Ketiga, memohonlah kepada Allah yang Maha Mengetahui, agar diberi petunjuk yang benar, lalu tinggalkan baskom tersebut, dan biarkanlah selama tujuh hari tujuh malam.
  • Setelah tujuh hari tujuh malam, ambillah baskom tsb dan bawalah keluar rumah, lalu letakkan di tanah, ambil tongkat kayu dan pukullah telur yang ada dibaskom.
  • Bila telur masih berupa telur yang terdiri dari putih dan kuningnya, itu pertanda anda hanya sakit biasa, tanpa ada pengaruh ilmu hitam. Tetapi bila telur yang anda pukul tersebut pecah dan dari dalamnya keluar warna merah, itu berarti anda memang terkena serangan ilmu hitam, yang perlu diperhatikan, jangan memecah telur dengan tangan, sekali lagi jangan memegang dan memecahkan telur itu dengan tangan, sebab bila telur itu berisi cairan darah atau benda2 lain akan mengakibatkan kondisi anda semakin parah.
  • Lalu bila baskom terbukti ada santetnya buatlah lubang ditanah dan tanamlah baskom beserta isinya, biar bumi yang menetralisir pengaruh negatip ilmu hitam tersebut.


Santet memang menjadi momok yang menakutkan, karena tak jarang korban mengalami sakit yang begitu menyiksa, sampai ada yang terengut nyawanya dalam hitungan hari, Berikut ini ada seorang Kyai terkenal di kawasan Jawa Timur – Jawa Tengah (maap namanya tidak diberikan, demi privacy dia) untuk menetralisir dan menghilangkan pengaruh dari 3 santet yg ganas dengan ramuan tradisional yang emang banyak tersebar disekitar kita, dan hebatnya lagi dapat dikerjakan sendiri tanpa bantuan paranormal yang bisa menghabiskan uang jutaan untuk upahnya, ramuan ini murah dan sudah banyak terbukti menolong para korbannya. Uniknya ramuan ini campuran bahan tradisional dengan bahan2 kedokteran modern, dia bilang untuk melancarkan peredaran darah dan memulihkan kesehatan korban secara medis. Dia juga bilang bahwa ramuan ini juga pernah diterbitkan di sebuah majalah ibukota beberapa tahun lalu.


Berikut ini santet dan ramuannya untuk menetralisir :

Santet Susuk konde (Jawa)
Di Pulau Jawa dikenal berbagai jenis santet yang luar biasa ganas, salah satunya adalah santet susuk konde, yang mampu membuat korbannya selalu mengidap penyakit aneh, jiwanya terganggu bahkan gila, boleh dibilang inilah sebenarnya santet dengan sistem pengendalian pikiran korban secara terpadu, dan jarang sekali ada korban yang bisa disembuhkan apalagi tertolong hidupnya.
Selain santet susuk konde bisa juga santet yang sejenisnya.

Ramuan Minum :
Sediakan sepotong daging kambing kacang tanpa lemak, seekor siput sawah (keong mas) berukuran besar, jahe, lengkuas, segenggam beras merah disangrai, kapulaga dan cengkeh, Kemudian rebus kesemuanya dengan 8 gelas air kelapa dan 3 gelas air perasan parutan bangkuang. Biarkan mendidih dan menjadi sekitar 4 gelas air rebusan yang tersisa.
Siapkan pula 1600 mg N-acetyl-paminophenol (parasetamol), 1500 mg tetra ampicylin, 100 mg saliclat-lamida, 20 mg citurn acyd, 2 butir sacharin dan sejumput garam dapur. Haluskan semuannya hingga menjadi bubuk puyer, lalu bagi menjadi 4 bagian dan bungkus masing2 dengan kertas.
Cara minum, ialah setiap pagi, siang, malam sesudah makan dan menjelang tidur malam. Masing2 sebungkus puyer dan segelas air rebusan ramuan diatas ditambah sesendok makan madu. Kecuali pada saat sesudah minum ketika menjelang tidur, maka harus ditambahkan pula dengan segelas susus murni, ditambah sesendok makan santan kental yang mentah (belum direbus)

Ramuan Cairan pembalur tubuh :
sediakan secukupnya temu jahe emprit (lokal), temu ireng (hitam), sekerat temu kunir (kunyit), Parut kesemuanya, lalu campurkan sejumput ragi tapai halus dan aduk hingga rata, kemudian diamkan dengan cara memeram selama sehari semalam. Sesudahnya masukkan pula beberapa tetes minyak cengkeh dan minyak kayu putih, lalu campur hingga merata. Peras cairannya.
Cara Penggunaannya, ialah dengan membalurkannya ke seluruh tubuh, mulai dari ubun2 kepala hingga ke telapak kaki. Biasanya dibagian yang terkena santet (misal susuk konde) yang disembunyikan, sesaat setelah dilakuakn pembaluran, maka pada bagian tersebut akan mengepulkan asap dan meninggalkan luka bakar kecil. Pembaluran boleh dilakukan berulang2 pada hari2 berikutnya, asalkan luka bakar bekas lepasnya sebagian santet terdahulu telah mengering.


Teluh pelesit matimang (kalimantan)
Santet jenis ini terkenal sangat ganas bagi masyarakat dayak di kalimantan, sebab biasanya korbannya tidak tertolong selewat 40 hari, bahkan banyak yang meninggal dunia akibat santet ini hanya dalam waktu seminggu saja. Untuk menetralisir sekaligus menyembuhkan korban, Pak kyai itu memberikan resep sbb,

Ramuan minum :
sediakan sebonggol rebung bambu buluh, rendam selama sehari semalam dalam air kapur sirih yang sudah ditaburi segenggam garam, temulawak, daun cemara kipas (wangi), sereh dan daun salam. Rebus kesemuanya dengan 8 gelas air kelapa, segelas santan kental dan 2 gelas air perasan parutan labu siam. Biarkan mendidih dan menjadi sekitar 4 gelas air rebusan yang tersisa.
Siapkan pula 2000 mg N-acetyl-paminophenol (parasetamol), 80 mg saliclat-lamida, 20 mg citurn acyd, 20 mg amonium benzoate, 80 mg vitamin B-complexe, sebutir sacharine, sejumput garam dan sejumput tepung ketan hitam. Haluskan semuanya hingga menjadi bubuk puyer, lalu bagi menjadi 4 bagian dan bungkus masing2 dengan kertas.
Car minum, ialah setipa pagi, siang, malam sesudah makan dan menjelang tidur malam. Masing2 sebungkus puyer dan segelas air rebusan ramuan diatas ditambah sesendok makan madu. Kecuali pada saat menjelang tidur malam, ditambah kuning telor sebutir ayam kampung (lokal) dikocok bersama air rebusan ramuan

Ramuan Cairan Pembalur tubuh
sediakan secukupnya temu ireng (hitam), temu kunci, sejumput jinten hitam-ketumbar-kapulaga-pala disangrai dan dihaluskan. Temu ireng dan temu kunci diparut. Peras air jeruk nipis, sejumput tepung beras dan tepung labla (sagu kawung), sejumput ragi tapai dihaluskan. Campurkan kesemuanya hingga rata. Lalu masukkan sejumput ragi tapai dimaksud, diamkan selama beberapa jam dengan cara memeramnya. Lalu tambahkan sejumput baking soda powder kedalamnya. Setelah busa yang ditimbulkannya habis, tambahkan pula kedalamnya sesendok makan santan kental yang diperoleh dari kelapa cangkir gading (kuning) dan sejumput garam serta sedikit kapur sirih, campur kembali hingga rata, lalu peras airnya.
Cara penggunaannya sama, ialah dengan membalurkannya pada seluruh tubuh, mulai bagian ubun2 kepala hingga telapak kaki. Dan biasanya dimana kekuatan santet matimang ini disembunyikan, maka pada bagian tersebut akan terasa bagai kesemutan disertai denyut2 kejutan dan akan memerah kulitnya, yakni sesaat setelah dilakuakn pembaluran. Tentu saja pembaluran inipun harus dilakukan berulang2 dalam sehari selam dua atau tiga hari, sampai si korban bebas dari pengaruh santet tersebut.


Buhul Cacing Abin (Sumatera)
Santet ini tidak asing lagi keganasannya dan sangat terkenal bagi penduduk pulau sumatera, sebab si korban bisa menderita berbagai penyakit aneh, akibat sebagian urat syaraf motor reflesif utama yang terdapat di tulang belakang bagian punggungnya dikuasai oleh pengaruh gaib ilmu hitam tsb. Bahkan bilamana terlambat mendapatkan pertolongan, maka akan berakibat fatal, Yaitu kematian setelah menderita beberapa waktu lamanya.
Tidak hanya santet Buhul Cacing abin saja, Bisa juga ramuan ini untuk santet khususnya yang terasa sakit di bagian punggung belakang.

Ramuan minum:
sediakan sepotong daging kerbau bagain paha, sepotong daging sapi bagian paha, kesemuanya tanpa lemak, Lalu sediakan pula secukupnya daun bambu kuning, dan daun bayam duri (bayam liar), bawang merah dan kapulaga. Kemudian rebus kesemuanya dengan 8 gelas air kelapa dan 3 gela air perasan parutan wortel. Biarkan mendidih dan menjadi 4 gelas air rebusan yang tersisa.
Siapkan pula 2000 mg N-acetyl-paminophenol (parasetamol), sebutir sacharin, 100 mg citrun-acyd dan sejumput garam dapur. Haluskan kesemuanya hingga menjadi bubuk puyer, lalu bagi menjadi 4 bagian dan bungkus masing2 dengan kertas.
Cara minumnya adalah setiapa pagi, siang, malam sesudah makan, dan mejelang tidur malam. Masing2 sebungkus puyer dan segelas air rebusan ramuan diatas ditambah sesendok madu.

Ramuan minyak urut
Sediakan sebonggol umbi akar, tunas anak pisang saba, lalu parut dan peras airnya. Haluskan sejumput jinten hitam Rendam bubuk jinten hitam dalam air perasan umbi anak pisang saba selama beberapa jam. Kemudian tumis air perasan itu dalam setengah gelas minyak kelapa hijau, hingga kesemuanya menjadi minyak pekat, lalu tambahkan secukupnya minyak sereh, minyak kemiri dan minyak pepermint. Cara pemakaian digosokkan pada bagian punggung bagian bawah setiap saat, terutama sehabis mandi. Bangun tidur, maupun ketika hendak berangkat tidur baik siang maupun malam.


Ya santet emang ada dan akan tetap selalu ada, sampai kapanpun.
Ada satu cara yang ampuh, yang bila kita lakukan, insya Allah, kita dan keluarga kita akan terhindar selamanya dari serangan santet. Yakni kita senantiasa waspada dan eling, Artinya dengan meningkatkan iman dan taqwa kita akan senantiasa mendapat perlindungan keselamatan dari Allah SWT, kedua, hendaknya kita senantiasa berusaha menjga sikap dan prilaku kita, baik dan ramah kepada siapapun, menghidari permusuhan, tolong menolong,

Terakhir, apapun yang akan kita lakukan, apapun yang kita kerjakan, gak akan berarti bila gak ada dukungan dari yang kuasa, sesungguhnya ilmu hebat apapun yanga ada didunia ini dan kekuatan sebesar apapun yang dipunya manusia dan jin, gak ada apa2 dibanding Tuhan. “We are nothing…nothing…without support of God”, jadi ketika kita melakukan pengobatan apapun bentuknya usahakan…sekali lagi usahakan… mintalah pertolongan Tuhan, mintalah dukungan dari Nya, mudah2an semua yang kita lakukan di ridhoi dan si korban dapat disembuhkan. Semoga……

Penulis : Y Pratama.
Sumber : http://misteridunia.wordpress.com/, 24 September 2008.