Sabtu, 30 November 2013

Api Penyucian, Adakah Dasar Biblisnya ?


Mana yang benar, api penyucian atau api pencucian? Di mana dasar biblis dari ajaran ini? Apakah suasana api penyucian sangat seram, menakutkan dan menyedihkan? Berapa lama harus dijalani tahap ini? Sampai kapan kita mendoakan arwah-arwah itu?
Veronica Gunawan, Malang

Pertama, yang benar ialah api penyucian karena berasal dari kata “suci” dan bukan “cuci.” Dalam bahasa Latin, purgatorium yang berasal dari kata kerja purgare artinya membersihkan, menyucikan.

Kedua, api penyucian ialah keadaan pemurnian dari segala noda dosa, hukuman dosa dan segala bentuk keterlekatan duniawi yang harus dilalui oleh arwah-arwah sebelum masuk ke dalam kebahagiaan kekal. Keburukan manusia sekecil apapun pasti nampak di hadapan kemuliaan Allah yang mahasuci. Hanya orang yang benar-benar suci hatinya, yang akan melihat Allah (Mat 5:8). Kitab Wahyu mengajarkan dengan jelas bahwa di hadirat Allah “tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta ...” (Why 21:27). Katekismus mengajarkan: “Siapa yang mati dalam rahmat dan dalam persahabatan dengan Allah, namun belum disucikan sepenuhnya, memang sudah pasti akan keselamatan abadinya, tetapi ia masih harus menjalankan satu penyucian untuk memperoleh kekudusan yang perlu, supaya dapat masuk ke dalam kegembiraan surga.” (KGK 1030; bdk juga 1031-1032).

Ketiga, tidak ada teks kitab suci yang eksplisit mengatakan tentang api penyucian. Ajaran tentang api penyucian ini bisa ditemukan secara implisit, jika membaca beberapa teks biblis. Misalnya, 2Mak 12: 38-45. Doa untuk keselamatan para prajurit yang gugur dimungkinkan karena mereka belum masuk surga, tetapi juga tidak masuk neraka. Kurban silih untuk orang-orang mati itu dilakukan “supaya mereka dibebaskan dari dosa-dosanya” (ay 45). Mereka berada di mana? “Tempat” itulah yang disebut api penyucian.

Pengandaian tentang api penyucian juga bisa dibaca dalam kata-kata Yesus: “Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak” (Mat 21:31). Yang dimaksud dengan “dunia yang akan datang” ialah api penyucian ini.

Juga dalam doa Paulus untuk Onesiforus, “Kiranya Tuhan menunjukkan rahmat-Nya kepadanya pada hari-Nya” (2Tim 1:18) mengindikasikan Onesiforus sudah meninggal dan memohonkan rahmat Tuhan pada hari terakhir kelak. 2Tim 4:19 meneguhkan bahwa Onesiforus sudah meninggal karena Paulus menyampaikan salam untuk keluarga Onesiforus tanpa menyebut salam untuk Onesiforus. Doa Paulus ini mengandaikan bahwa Onesiforus masih berada pada tahap pemurnian, yaitu di api penyucian.

Keempat, mereka yang masuk ke api penyucian sudah mengetahui bahwa mereka tidak masuk neraka dan mereka pasti akan masuk ke surga. Keberadaan mereka di api penyucian adalah persiapan untuk masuk ke surga. Karena itu, mereka sudah mengalami kegembiraan dan sukacita meskipun belum penuh.Tidak bisa dihindari juga ada rasa sakit selama tahap pemurnian tetapi rasa sakit itu perlu untuk menyiapkan mereka memasuki kebahagiaan kekal. Karena itu rasa sakit itu pasti hanya akan menambah kebahagiaan yang mendekat.

Kelima, sesudah kematian, arwah kita tidak lagi tergantung pada waktu. Karena itu sulit ditentukan berapa lama masa pemurnian itu harus dijalankan. Secara umum bisa dikatakan bahwa masing-masing orang harus menjalani masa pemurnian sebanding dengan jumlah dan beratnya kesalahan yang belum ditebus. Beberapa santo atau santa menggambarkannya dengan “puluhan tahun” atau bahkan bisa “berabad-abad”.

Keenam, doa kita untuk para arwah boleh dilakukan selama hidup kita tanpa memperhitungkan apa arwah itu “sudah” atau “belum” menyelesaikan masa pemurnian. Doa-doa kita akan dilihat oleh Allah yang tidak tergantung pada waktu tetapi hidup dalam kekekalan, termasuk doa-doa yang mungkin masih akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Semua doa itu diperhitungkan Allah untuk keselamatan arwah yang kita doakan..

Penulis : Pastor Dr Petrus Maria Handoko CM
Sumber : http://www.hidupkatolik.com/, Jumat, 29 November 2013 16:22 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar