Masih banyak dijumpai pemahaman dalam lingkungan Kekristenan yang mengatakan bahwa Satan dan roh-roh jahat adalah tahayul dan isapan jempol hasil dari ketakutan manusia serta kesalahan dalam menilai gejala psikologis tertentu. Tidak sedikit rohaniawan Kristen yang tidak mempercayai keberadaan roh-roh jahat sebagai mahluk yang nyata.
Tidak mengherankan ketika terjadi berbagai kasus demonis seperti kerasukan, tenung, sihir, gendham, teluh, santet yang dialami jemaat Kristen, tidak banyak pendeta yang mengerti bagaimana cara menangani kasus tersebut sehingga membuat beberapa jemaat tersesat dan mencari pertolongan kepada paranormal dan dukun-dukun.
Shatan ada dan masih melakukan aktivitasnya sampai hari ini. Shatan adalah musuh kita. Yesus berkuasa atas Shatan. Yesus memberikan kuasa kepada murid-muridnya dan semua orang yang percaya padanya untuk mengusir Shatan.
Kajian ini hendak memberikan uraian ringkas mengenai apa dan bagaimana Shatan menurut pandangan Kitab TaNakh dan Perjanjian Baru dan bagaimana kita dapat melibatkan diri dalam pelayanan Exorcisme atau pelepasan dari kuasa Shatan dengan menerapkan beberapa prinsip Firman Tuhan.
Asal Usul Satan:
Sebelum kita mengupas asal usul Satan, kita akan mengkaji dia istilah penting dalam terjemahan LAI berkaitan dengan roh-roh jahat yaitu istilah “Iblis” dan “Jin”. Kata ini bertebaran dalam sejumlah ayat-ayat dalam Al Qur’an al.,[1]
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir: (Qs 2;34)
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim” (Qs 18;50)
Dan istilah yang sama, muncul pula dalam sejumlah ayat-ayat dalam terjemahan TaNaKh dan Kitab Perjanjian Baru dalam bahasa Indonesia versi Lembaga Alkitab Indonesia al.,25
“Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datang juga Iblis untuk menghadap TUHAN. Maka bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Dari mana engkau?" Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi." Firman TUHAN kepada Iblis: "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Ia tetap tekun dalam kesalehannya, meskipun engkau telah membujuk Aku melawan dia untuk mencelakakannya tanpa alasan." Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Kulit ganti kulit! Orang akan memberikan segala yang dipunyainya ganti nyawanya. Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah tulang dan dagingnya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu." Maka firman TUHAN kepada Iblis: "Nah, ia dalam kuasamu; hanya sayangkan nyawanya." Kemudian Iblis pergi dari hadapan TUHAN, lalu ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya.” (Ayb 2:1-7)
Adapun kata “Jin” muncul dalam beberapa ayat terjemahan berikut,
“Janganlah mereka mempersembahkan lagi korban mereka kepada jin-jin, sebab menyembah jin-jin itu adalah zinah. Itulah yang harus menjadi ketetapan untuk selama-lamanya bagi mereka turun-temurun” (Im 17:7)
“Di sana berpapasan binatang gurun dengan anjing hutan, dan jin bertemu dengan temannya; hantu malam saja ada di sana dan mendapat tempat perhentian” (Yes 34:14)
Namun jika kita mengkaji dengan seksama dalam teks Masoretik, ketiga kutipan di atas ternyata memiliki terminologi yang berbeda. Kata “iblis” dalam Ayub 2:1-7 ternyata digunakan kata “shatan”, sebagaimana saya kutipkan bunyi Ayub 2:1, “wayehi hayyom wayyabou beney ha Elohim lehityasev al YHWH wayavo gam ha Shatan betokam lehityyass al YHWH”.
Demikian pula dengan kata Jin dalam Imamat 17:7 dalam teks Masoretik ditulis dengan Sheirim sebagaimana saya kutipkan, “welo yizbekhu ‘od et zivkheyhem la she’irim asyer hem zonim akhareyhem khuqat ‘olam, tihye zot lahem ledorotam”. Adapun mengenai kata Jin dalam Yesaya 34:14, dalam teks Masoretik tertulis Lilit sebagaimana saya kutipkan, “upagshu tsiyyim et iyyim we sha’ir ‘al re’ehu yiqra ak sham hirgiyah lilit umatsa lah manoah”[2]
Persoalannya adalah, setarakah istilah Iblis untuk menerjemahkan Shatan atau Jin untuk menerjemahkan kata Lilit dan Sheirim? Marilah kita lihat penjelasan Ahmad Azhar Basyir mengenai Iblis, Setan dan Jin sbb: “Iblis adalah sebangsa Jin yang membangkang perintah-perintah atau hukum Allah. Dapat dikatakan bahwa Iblis merupakan nenek moyang syetan. Sedangkan syetan sendiri berarti pribadi Jin yang memberontak pada Allah”[3].
TaNaKh dan Kitab Perjanjian Baru tidak mengenal konsep “nenek moyang syetan”. TaNaKh hanya menyebut istilah Shatan yang artinya “Musuh” (Ayb 1:12-19) dan beberapa mahluk yang disebut dengan She’irim yang bermakna “malhluk berbulu lebat (Im 17:7), lalu Lilith atau “roh jahat yang ada di Edom” (Yes 34:14).
Lembaga Alkitab Indonesia menerjemahkan Shatan (Ayb 1:12-19) dengan Iblis dan She’irim (Im 17:7) dengan Jin, padahal konsep yang terkandung di dalamnya sangat jauh berbeda. Lebih baik tidak perlu diterjemahkan untuk memunculkan makna aslinya.
Baik istilah Iblis maupun Jin merupakan konsep yang diusung dari perbendaharaan Al Qur’an, yang memiliki konsep yang berbeda dengan istilah Shatan dan Sheirim. Perhatikan nats Qur’an dari QS 18:50 yang berbunyi sbb: “wa iz qulna lil-malaikatisjudi li Adama fa sajadu illa iblis, kana minal-jinni fa fasaqa an amrih rabbih,…”(dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat: sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka dia mendurhakai perintah Tuhannya….).
Mungkin saja ada dugaan bahwa kata Iblis berasal dari pengaruh kata Yunani, Diabolos untuk menerjemahkan Shatan. Kalaupun teori ini benar, namun konsep yang telah melekat dalam istilah Iblis berdasarkan Qur’an, tidak memungkinkan kita menggunakan kata tersebut dalam terjemahan Kitab Suci TaNaKh maupun Kitab Perjanjian Baru.
TaNaKh memberikan kesaksian mengenai asal usul Shatan sbb: Malaikat yang jatuh (Yesh 14:12). Teks Ibrani menyebutkan Heylel ben Shakhar yang artinya “Yang Bercahaya, Putra Fajar”. Lembaga Alkitab Indonesia menerjemahkan Heylel dengan “Bintang Timur”. Ini merupakan penafsiran dikarenakan dikaitkan dengan kata berikutnya yaitu “Putra Fajar”, sehingga menimbulkan penafsiran bahwa ini berkaitan dengan bintang pagi yang terbit di ufuk timur. Namun secara literal, Heylel bermakna “Yang Bercahaya”. Oleh Kitab Vulgata terjemahan Yerome, diterjemahkan Luciferous. Dari kata ini dikenal sebutan Lucifer. Namun Lucifer bukanlah nama malaikat yang jatuh sebagaimana berkembang dalam teologi Kristen tertentu, Malaikat ini memberontak pada Tuhan Yahweh. Alasan pemberontakan karena ingin menyamai Tuhan Yang Maha Tinggi (Yekhz 28:17, Yesh 14:12, Luk 10:18)
Berdasarkan pengkajian di atas, maka untuk kata Shatan tetap dipertahankan dan kata Iblis dihilangkan dalam terjemahan Kitab Suci. Sementara kata Jin di beberapa tempat dihilangkan dan kata Lilith (Yes 34:14) serta She’irim (Im 17:7) tetap dipertahankan dan dimunculkan untuk memberikan pemahaman mengenai jenis dan struktur kekuatan roh-roh jahat yang berbeda dan berlapis-lapis dalam pemahaman Semitik Yudaik.
Namun bagaimana dengan terjemahan Wahyu 12:9 dan Wahyu 20:2 di mana kata Shatan dan Iblis muncul bersamaan?
“Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya”
“Ia menangkap naga, si ular tua itu, yaitu Iblis dan Satan. Dan ia mengikatnya seribu tahun lamanya”
Dalam naskah Yunani baik Wahyu 12:9 dan Wahyu 20:2, dituliskan Diabolos kai Satanas. Untuk mendapatkan pemahaman yang tepat dalam menerjemahkan atau tepatnya memindahkan (transliteration bukan translation) dalam bahasa Indonesia, perlu membandingkan dengan naskah Peshitta Perjanjian Baru, yaitu naskah dalam bahasa Aramaik yang serumpun dengan bahasa Ibrani.
Peshitta menerjemahkan dua kata tadi dengan sebutan Akelqartsa wasatana. Adapun Hebrew New Testament, yaitu terjemahan bahasa Ibrani modern untuk komunitas Yahudi yang menerima Mesias, dipergunakan kata, hasoten we hasatan.
Kita bisa menempuh tiga cara dalam menerjemahkan Wahyu 12:9 dan Wahyu 20:2 bahwa kata Greek “diabolos kai satanas” dapat diterjemahkan dengan:
- Pertama, akelqartsa dan shatan, dengan merujuk pada naskah Aramaik. Langkah ini dilakukan juga oleh Rabbi Moshe Yoseph Koniuchowsky[4] dan DR. James Scott Trimss[5] dalam karya terjemahannya.
- Kedua, sang penuduh dan shatan. Kata diabolos sendiri bermakna “penuduh.
- Ketiga, diabolos dan shatan, dengan merujuk pada naskah Yunani.
Apapun pilihan terjemahan yang kita lakukan, harus disertai pengkajian yang seksama dan disertakan sebagai catatan kaki, untuk menolong pembaca terjemahan mengenai alasan yang kita lakukan menerjemahkan dengan salah satu dari pola terjemahan di atas.
Nama-nama Satan
Shatan memiliki sejumlah nama dalam Kitab Suci. Keragaman nama tersebut menunjukkan aktifitas yang dikerjakannnya. Beberapa namanya al.,
• Ular Tua (Kej 3:1, Why 12:9)
• Bintang Timur (Yes 14:12)
• Baazebub (Mat 12:24)
• Penguasa Dunia(Yoh 12:31)
• Ilah Zaman ini (2 Kor 4:4)
• Belial (2 Kor 6:15)
• Penggoda (1 Tes 3:5)
• Singa Yang Mengaum (1 Ptr 5:8)
• Pendakwa (Why 12:10)
• Pembunuh dan Pendusta (Yoh 8:44)
• Penguasa Udara (Ef 2:2)
Pekerjaan Satan
Shatan bukan pemalas. Sejak awal Shatan sudah bergiat dalam menjatuhkan manusia ciptaan Tuhan dengan berbagai tipu daya dan cara-cara licik. Kitab Suci memberikan kesaksian sbb:
• Memperdaya manusia ( Kej 3:1-5, 2 Kor 11:3)
• Mengelilingi bumi (Ayb 1:7)
• Mengirimkan bencana (Ayb 1:12-19)
• Mengirimkan penyakit (Ayb 2:6-7)
• Menggoda orang beriman (Mat 4:2)
• Mencuri Firman yang ditabur (Mat 13:19)
• Merasuk manusia (Yoh 13:27)
• Menyamar sebagai malaikat terang (2 Kor 11:14)
• Membuat mujizat palsu (2 Tes 2:9)
• Menyesatkan (Why 12:9)
• Membuat bisu dan tuli (Mrk 9:25)
Kedudukan Yesus Sang Mesias Terhadap Satan
Kitab Perjanjian Baru menegaskan kewibawaan Yesus Sang Mesias terhadap Shatan sbb:
“Maka tersiarlah berita tentang Dia di seluruh Siria dan dibawalah kepada-Nya semua orang yang buruk keadaannya, yang menderita pelbagai penyakit dan sengsara, yang kerasukan, yang sakit ayan dan yang lumpuh, lalu Yesus menyembuhkan mereka” (Mat 4:24)
“Dia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka “(Kol 2:15)
“Barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Satan, sebab Satan berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Tuhan menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Satan itu “(1 Yoh 3:8)
Sungguh malang dan tersesat jika Gereja dan Umat Kristen tidak mempercayai keberadaan Shatan dan roh-roh jahat dan hanya menganggapnya sebagai tahayul serta gejala psikologis belaka. Shatan itu nyata dan kuasa Yesus Sang Mesias sangat nyata terhadap Shatan.
Kedudukan orang Beriman Terhadap Satan
Yesus bukan hanya menunjukkan dirinya berkuasa atas Shatan namun dia juga melimpahkan kuasa yang sama kepada para muridnya dimanapun yang percaya bahwa dirinya adalah Mesias dan Anak Tuhan (Mat 16:16). Yesus bersabda mengenai otoritas yang dimiliki oleh orang beriman sbb: “Lalu Ia berkata kepada mereka: Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh” (Mrk 16:15-18).
Perhatikan kalimat “Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya” dan bukan “Tanda-tanda ini akan menyertai orang-para pendeta atau majelis atau rohaniwan”. Apa artinya? Siapapun yang beriman bahwa Yesus adalah Mesias dan Anak Tuhan serta memiliki hubungan pribadi dengannya maka mereka akan menerima kuasa untuk mengusir Shatan dan berbagai kuasa kegelapan.
Apakah Kerasukan Setan itu?
Ada beberapa kata untuk mengungkapkan kerasukan Shatan. Dalam bahasa Yunani en pneumati akathartooi (Mrk 5;20 dan daimonizomai (Mat 4:24). Kata Yunani En bermakna didalam. Berarti mengisyaratkan bentuk penguasaan dan pengendalian. Kerasukan bermakna kondisi dibawah pengaruh kuasa jahat sehingga kehilangan kesadaran dan pengendalian diri serta menampilkan pribadi yang bukan dirinya.
Contoh Kasus Kerasukan Setan dalam TaNaKh
“Tetapi Roh YHWH telah mundur dari pada Saul, dan sekarang ia diganggu oleh roh jahat yang dari pada YHWH” (1 Sam 16:14)
“...baiklah tuanku menitahkan hamba-hambamu yang di depanmu ini mencari seorang yang pandai main kecapi. Apabila roh jahat yang dari pada Tuhan itu hinggap padamu, haruslah ia main kecapi, maka engkau merasa nyaman” (1 Sam 16:16)
“Tetapi roh jahat yang dari pada YHWH hinggap pada Saul, ketika ia duduk di rumahnya, dengan tombaknya di tangannya; dan Daud sedang main kecapi” (1 Sam 19:9)
Contoh Kasus Kerasukan Setan dalam Kitab Perjanjian Baru
“Baru saja Yesus turun dari perahu, datanglah seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan menemui Dia” (Mrk 5:2)
“Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Satan. Maka Yesus berkata kepadanya: "Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera.“ (Yoh 13:27)
“Di situ ada seorang perempuan yang telah delapan belas tahun dirasuk roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak” (Luk 13:11)
Apakah Orang Kristen dapat Kerasukan Setan?
Jawabannya bisa Ya dan bisa Tidak. Tergantung Keimanan seseorang. Jika keimanan seseorang hidup dan melekat dengan Tuhan maka tidak mungkin seseorang dikuasai oleh roh jahat karena dikatakan, “Kamu berasal dari Tuhan, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia (1 Yoh 4:4)
De,mikian pula janji Tuhan dikatakan, “Sebab tidak ada mantera yang mempan terhadap Yakub, ataupun tenungan yang mempan terhadap Israel. Pada waktunya akan dikatakan kepada Yakub, begitu juga kepada Israel, keajaiban yang diperbuat Tuhan” (Bil 23:23)
Bagaimana Mengenali Kerasukan Setan?
Setidaknya ada beberapa ciri untuk mengenali perilaku kerasukan sbb: Perubahan Kepribadian dan Perilaku, Kekuatan yang bertambah, Disiksa dengan penyakit. Ciri-ciri tersebut dapat kita temui dalam kisah pembebasan orang gila dari Gerasa oleh Yesus sbb: “Lalu sampailah mereka di seberang danau, di daerah orang Gerasa. Baru saja Yesus turun dari perahu, datanglah seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan menemui Dia. Orang itu diam di sana dan tidak ada seorang pun lagi yang sanggup mengikatnya, sekalipun dengan rantai, karena sudah sering ia dibelenggu dan dirantai, tetapi rantainya diputuskannya dan belenggunya dimusnahkannya, sehingga tidak ada seorang pun yang cukup kuat untuk menjinakkannya. Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu” (Mrk 5:1-5)
Bagaimana Menangani Kasus Kerasukan Setan?
Beberapa langkah berikut dapat kita tempuh untuk membebaskan seseorang dari kuasa Shatan dan roh-roh jahat yaitu:
- Pertama, Mengidentifikasi nama roh jahat (Luk 8:30). Ketika Yesus menanyai roh-roh yang merasuk seseorang, kita mendapati fakta bahwa roh-roh jahat merespon dan menamai diri mereka sesuai dengan karakter mereka. Ini penting kita lakukan agar kita mudah mengusir kuasa jahat melalui nama-nama yang teridentifikasi.
- Kedua, Mengusir roh jahat dalam nama Yahshua Sang Mesias (Luk 4:35, 9:42, Kis 16:18). Perhatikan kata menghardik, menegor yang ditujukan pada Shatan saat kita berdoa mengusir aktifitas mereka. Artinya, berdoa mengusir Shatan dan roh-roh jahat yang merasuk berbeda dengan jenis doa makan, doa hendak tidur dan bangun tidur yang tidak membutuhkan kekuatan kata-kata yang berwibawa. Saat mengusir kuasa Shatan, kita harus menghardik dengan kuat agar kuasa Shatan pergi dan membebaskan orang yang dikuasainya.
- Ketiga, Pentahiran dengan minyak urapan. Penggunaan minyak urapan diperlukan saat penyucian atau pengudusan seseorang baik saat sakit maupun berada dalam pengaruh kuasa kegelapan. Mengenai penggunaan minyak dapat kita temukan dalilnya dalam Yakobus 5:14 sbb, “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuan”.
- Keempat, Pengampunan dosa. Dosa bisa menjadi penghalang berkat. Dosa bisa menjadi penyebab berbagai kemungkinan mudahnya kuasa kegelapan datang dan menguasai hidup seseorang sebagaimana dikatakan dalam mazmur 107 :17-20 sbb: “Ada orang-orang menjadi sakit oleh sebab kelakuan mereka yang berdosa, dan disiksa oleh sebab kesalahan-kesalahan mereka; mereka muak terhadap segala makanan dan mereka sudah sampai pada pintu gerbang maut. Maka berseru-serulah mereka kepada YHWH dalam kesesakan mereka, dan diselamatkan-Nya mereka dari kecemasan mereka, disampaikan-Nya firman-Nya dan disembuhkan-Nya mereka, diluputkan-Nya mereka dari liang kubur”
- Kelima, Berpuasa (Mrk 9:29). Saat para murid bertanya mengenai jenis roh-roh jahat yang tidak segera pergi ketika diusir, Yesus bersabda, “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa". LAI mendasarkan pada naskah Yunani edisi Critical Text yang didasarkan pada naskah yang lebih muda yang tidak mencantumkan kata penting berikutnya yaitu “berpuasa”. Sementara naskah Yunani tertua seperti Textus Receptus menuliskan Me en proseuche kai nesteia sebagaimana naskah Peshitta Aramaik menuliskan Ela batsauma wa batsaluta yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Ibrani modern Franz Delitzh dengan Im bitefila ubetsom. Kita perlu berpuasa untuk jenis roh-roh jahat tertentu.
Proses Penyembuhan/Pemulihan Setelah Kerasukan Setan
- Jangan membiarkan tubuh, jiwa, roh tidak terawat
- Tinggal dalam Firman Tuhan terus menerus
Kiranya penjelasan singkat ini bukan hanya memberikan dasar biblikal pemahaman mengenai demonologi (perihal Shatan) dan exorcisme (pengusiran roh-roh jahat) melainkan memberikan petunjuk teknis dan praktis dalam menghadapi kasus-kasus demonologis di sekeliling kita.
Catatan Kasus dan Penilaian
- The Exorcism of Emily Rose [6]
Kecantikan, kepandaian dan keimanannya mungkin penyebab ia menjadi yang terpilih. Pada usia 17 tahun, kehidupan Anneliese berubah menjadi sebuah mimpi buruk bagi dirinya, keluarganya dan siapa saja yang mengetahui dan mendengar kisah hidupnya. Ia mulai mengalami serangan tak lazim pada tubuhnya sepanjang malam. Ia melukiskan bahwa serangan itu berupa gejala-gejala kelumpuhan dan berlanjut dengan seperti ada beban berat yang menekan dadanya. Saat serang itu terjadi tubuhnya menjadi kaku dan sama sekali tidak dapat bergerak dan juga berbicara.
Dokter yang memeriksanya berhipotesa bahwa Anneliese menderita serangan ayan biasa dan dapat disembuhkan. Tapi serangan itu terus berlanjut sampai Anneliese harus menghabiskan hampir satu tahun di rumah sakit jiwa di Mittleberg, Jerman. Dan selama tinggal di rumah sakit tersebut, Anneliese mulai melihat penampakkan wajah-wajah iblis menyeramkan, Terutama setiap kali ia melakukan do'a harian. Ia pun mendengarkan bisikan-bisakan yang mengatakan bahwa ia adalah seorang terkutuk. Mendengar hal-hal yang diceritakan Anneliese, Dokter memberinya obat-obatan yang dirasa ampuh untuk menurunkan tingkat stressnya. Yang terjadi malah sebaliknya, Anneliese makin bertambah frustasi karena obat-obatan tersebut sama sekali tidak berpengaruh bagi dirinya. Penampakan demi penampakan yang disertai bisikan-bisikan itu semakin menjadi dan semain membuatnya tertekan luar biasa. Akhirnya karena tidak mengalami perkembangan, Anneliese kembali kerumahnya dan meneruskan sekolahnya sampai kemudian ia tamat pendidikan tinggi dengan prestasi yang mengagumkan pada tahun 1970. Ia kemudian pindah ke kota besar untuk melanjutkan penddidikannya di Universitas Wurzburg. Karena prestasinya, gadis cantik dan pintar ini menjadi mahasiswa di universitas tersebut dengan bea siswa penuh dari universitas yang bersangkutan. Tahun 1973 ia diwisuda dengan predikat yang mengagumkan. Bukti nyata dari Anneliese yang tidak hanya cantik tapi juga pintar, selama dalam tekanan dari penampakan dan suara-suara yang selalu menghantuinya dan menyakitinya secara fisik, Anneliese tetap bisa menyelesaikan sekolahnya dengan predikat luar biasa.
Menyadari bahwa obat-obatan sama sekali tidak menolong dirinya, gangguan-gangguan tersebut diyakini sebagai fenomena kerasukan. Ia merasa ada iblis didalam dirinya yang semakin hari semakin muncul keluar dan mengantui dirinya. Untuk itu ia meminta Gereja untuk melakukan ritual pengusiran hantu dari dalam tubuhnya, Exorcism. Tapi bukannya menolong, gereja malah menolaknya dan menyuruh gadis yang sudah terkenal akan keimanan Katoliknya ini untuk lebih beriman lagi. Entah mengapa gereja menganggapnya masih kurang beriman. Orang-orang dilingkungannya mengatakan bahwa Anneliese adalah seorang biarawati yang tidak hidup didalam biara.
Gangguan yang menurut dokter adalah penyakit biasa tersebut semakin bertambah parah, ia mulai melukai tubuhnya sendiri, menggigit anggota keluarganya sendiri, memakan lalat, batu bara, laba-laba dan bahkan menggigit kepala burung yang sudah mati. Ia juga mulai sering menyobek pakaiannya sendiri dan menggonggong seperti anjing. Parahnya lagi, terkadang ia juga kencing dilantai dan menjilati air kencingnya sendiri. Ia tidak lagi tidur diatas kasurnya, ia lebih menyukai tidur diatas lantai batunya yang dingin sambil berdo'a memohon pengampunan dosa yang sama sekali ia tidak mengerti dosa apa yang menyebabkan ia sampai harus dihukum seperti itu. Dan kemudian, Tubuh Anneliese seakan didiami oleh dua ruh, ruh Anneliese itu sendiri dan ruh iblis yang keluar saling bergantian.
Anneliese segera melakukan pertobatan dan memohon kepada tuhan untuk mengampuni dosa-dosanya yang menyebabkan ia harus menderita seperti itu, segera ketika ia sadar bahwa ia sekarang sedang dalam kendali penuh atas tubuhnya. Tapi ketika kendalinya hilang, maka Anneliese yang begitu kuat iman Katoliknya berubah menjadi kebalikannya. Ia menghancurkan sergala simbol Katoliknya, mulai dari rosario, salib dan semua gambar dan lukisan Yesus.
Setelah lima tahun hal mengerikan tersebut berjalan, orang tua Anneliese berkeliling memohon kesetiap pendeta untuk melakukan ritual pengusian hantu kepada putrinya disamping mereka juga memohon kesetiap dokter untuk melanjutkan pengobatan dan penelitian terhadap penyakit mengerikan yang diderita putri tercintanya. Orang tua Anneliese telah mengusahakan segala sesuatunya, baik itu secara spiritual maupun ilmiah.
Gereja kemudian mengajukan beberapa syarat sebelum mereka setuju untuk melakukan Exorcism (ritual pengusiran hantu), yaitu dengan mengadakan ritual pendahuluan sebelum exorcism pada Anneliese dilakukan. Ritual tersebut adalah mengadakan pengujian pada Anneliese untuk memastikan bahwa ia memang kerasukan. Diantara penelitian itu adalah dengan menggunakan kekuatan supranatural, penggunaan bahasa-bahasa asing dan juga penggunaan berbagai simbol agama.
Tahun 1975, Gereja menyatakan bahwa Anneliese memang kerasukan setan. September 1975, Uskup Josef Stangl, memerintahkan untuk melakukan exorcism pada Anneliese dan yang bertugas untuk melakukan hal tersebut adalah Pastor Ernst Alt dan Father Arnold Renz.
Ternyata....,
Tidak hanya satu iblis yang merasuki Anneliese. Masing-masing iblis mengaku sebagai Hitler, Cain, Kaisar Nero, Judas, Legion, Belial dan Lucifer. Kedua nama yang disebutkan terakhir adalah nama Iblis dalam tradisi kristen. Anneliese, ketika ia tidak sadar, ia berbicara dengan penuh amarah dan geraman yang mengerikan dengan suara iblis dalam tradisi kristen. Ia juga berbicara dengan bahasa-bahasa asing yang kemudian diketahui bahwa bahasa-bahasa itu adalah bahasa-bahasa yang dipakai oleh tokoh-tokoh yang merasuki Anneliese. Bahkan beberapa bahasa yang terdengar kemudian oleh ahli sejarah diketahui sebagai bahasa yang sudah punah lebih dari 1500 tahun yang lalu. Bahasa-bahasa yang sama sekali tidak mungkin diketahui dan dikuasai Anneliese yang malang.
exorcism mulai dilakukan pada September 1975 sampai Juni 1976. Selama sepuluh bulan Exorcism tersebut, yang dilakuakn dua minggu sekali dengan durasi yang mencapau empat jam setiap kali dilakukan, Anneliese menjadi begitu kuat sampai mereka harus merantai Anneliese pada tempat tidurnya agar tidak lepas dan menyerang para exorcist.
Kesehatan fisik Anneliese menurun secara drastis. Selama sepuluh bulan ritual exorcism tersebut ia sering menolak makanan karena menurutnya iblis-iblis tersebut tak pernah membiarkannya makan. Tempurung lutunya pun mengalami beberapa keretakan akibat tidak kurang dari 600 kali Anneliese malang harus berlutut dan bangun selama ritual exorcism tersebut.
Ketika sadar dan tubuhnya kembali dikuasai oleh Anneliese, ia menulis surat pada para pendeta yang melakukan ritual exorcism tersebut. Di surat itu ia berkata bahwa Perawan Suci Maria telah mendatanginya dan memberinya dua pilihan: Pertama adalah kebebasan segera dan total dirinya dari para iblis yang berada didalam tubuhnya atau membiarkan terus kesurupannya untuk memberikan kabar kepada dunia kekuatan iblis yang sesungguhnya.
Pilihan pertama tidak lain adalah kematian. Dengan kematian ini ia tidak perlu lagi mengalami semua siksaan tersebut. Dan ia akan meninggalkan dunia dengan tenang sebagai seorang Katolik yang beriman. Pilihan kedua ia tetap dalam kerasukannya dan siksaan yang tidak ada habisnya dari iblis-iblis tersebut untuk dijadikan pelajaran bagi dunia bahwa iblis memang ada dan memiliki kekuatan yang mengerikan.
Si cantik Anneliese memang tidak hanya pandai tapi juga beriman dan begitu memikirkan orang lain dengan tidak mempedulikan penderitaan dirinya. Ia memilih untuk terus hidup dan menjadikannya dirinya sebagai pelajaran bagi seluruh umat manusia mengenai keberadaan dan kekuatan iblis dengan membiarkan dirinya tersiksa. Ia memutuskan untuk menghentikan ritual exorcism tersebut, sekali lagi, dengan tujuan untuk mengabarkan dunia tentang keberadaan iblis dan kekuatan gelapnya dengan membiarkan dirinya tersiksa. Dan setelah keputusna itu diambil ia meramalkan waktu kematian dirinya.
Tengah malam, 1 Juli 1976, hari dan jam yang sama dengan yang Anneliese ramalkan mengenai kematian dirinya, ia memejamkan mata dengan tersenyum dan nampak tertidur dengan penuh kebahagiaan. Sinar wajahnya yang sudah tidak lagi cantik dibalik tubuhnya yang kurus kering dan rusak tersebut kembali bersinar. Anneliese tertidur denga penuh kedamaian dan kebahagian tanpa pernah bangun kembali.
Sampai disinilah kisah Anneliese yang malang. Di makamnya begitu banyak tulisan dari para peziarah yang intinya adalah ucapan termikasih yang sedalam-dalamnya atas kesediaan Anneliese untuk menderita demi umat manusia, sama seperti halnya Yesus....Dan beberapa kalangan gereja merasa bahwa tak lama lagi Anneliese Michel akan menjadi seorang Saint.
Setelah Wafatnya Anneliese...,
Tubuhnya di autopsy, dan dikatakan bahwa Anneliese telah mengalami kekurangan gizi dan juga dehidrasi. Seorang wanita yang semula begitu cantik menjadi hampir tidak dikenali lagi dengan bobot badan yang hanya 68 pound (30,8 kilogram). Penelitian ilmiah mengatakan bahwa Anneliese mati kelaparan. Akhirnya kedua orang tua Anneliese dan juga seorang pastor beserta pendetanya didakwa dengan tuduhan tidak mempedulikan tanda-tanda bunuh diri dari Anneliese. Sidang mereka dimulai pada bulan Maret 1978.
Tak ada yang bisa dilakukan oleh mereka untuk membuktikan bahwa Anneliese memang kerasukan dan mereka tidak bersalah seperti yang telah dituduhkan pengadilan. Tepat sebelum pengadilan di mulai, orang tua Anneliese meminta agar makam putri tercintanya digali kembali. Seorang biarawati yang tidak mereka kenal sama sekali telah menemui kedua orang tua Anneliese dan mengatakan bahwa ia mendapat penglihatan bahwa tubuh Anneliese tidak membusuk sama sekali walaupun telah dikubur. Semua ini untuk membuktikan bahwa peristiwa yang menimpa Anneliese adalah benar-benar peristiwa supranatural.
Permintaan kedua orang tua Anneliese dikabulkan. Makam Anneliese kembali digali. Hanya saja entah atas kepentingan apa, pihak berwenang tidak mengijinkan siapapun melihat jasad Anneliese. Termasuk kedua orang tua dan suster tersebut juga masyarakat dan wartawan dari berbagai media masa.
Kemudian pihak berwenang mengeluarkan pernyataan bahwa tubuh Anneliese telah membusuk sama seperti tubuh lainnya yang telah dimakamkan tanpa mau memberikan bukti apapun juga.
Orang tua Anneliese kemudian hanya melihat sebuah peti mati indah yang dipercaya didalamnya terdapat tubuh membusuk dari putri tercintanya. Dan peti mati itu di kubur di tempat yang layak dengan upacara pemakaman yang layak pada 25 February 1978.
Kasus Anneliese adalah kasus pengusiran hantu yang resmi diketahui dan diijinkan Gereja untuk terakhir kalinya. Permintaan terakhir Anneliese pada para pendeta yang melakukan ritual exorcism tersebut adalah sebuah pengampunan dosa atas seluruh dosanya. Kata-kata Terakhir Anneliese Sebelum Wafat....,"Mother, I'm Afraid."
Komentar Terhadap Kasus Anneliese
Saya tertarik untuk mengkaji kasus Anneliese karena beberapa alasan: Pertama, sejak saya kuliah Teologi, saya menaruh perhatian khusus pada pelayanan exorcisme. Bukti minat tersebut saya tuangkan dalam skripsi S-1 yang saya beri judul: “Pemahaman & Peranan Pengajaran Alkitab Tentang Pengusiran Setan Dalam Rangka Pastoralia di Kalangan Majelis GKJ Tengahan, Klirong, Kebumen 1997”. Kedua, sejak tahun 1995-2006 saya banyak kerap menangani kasus-kasus satanis, demonis yang harus menuntut saya terlibat melakukan exorcisme. Akhir-akhir ini saya lebih menekuni bidang studi teks Kitab Suci secara teologis dan akademis, namun tidak berarti pensiun sama sekali terhadap kasus-kasus yang membutuhkan exorcisme. Dua alasan di atas cukup memberikan landasan kompetensi saya untuk memberikan komentar dan kajian atas kasus Anneliese.
Mengenai Religiusitas Anneliese
Diakatakan, “Anneliese melalui masa kecilnya dengan normal seperti anak-anak kecil lainnya dan kemudian tumbuh menjadi seroang gadis yang begitu taat akan ajaran Katoliknya”. Dalam kepercayaan Kristen (saya adalah seorang rohaniawan Kristen dan Teolog yang mendalami Kitab Suci) tidak mungkin seorang yang taat pada Tuhan akan mengalami ganguan kerasukan. Dalil kepercayaan kami adalah sbb:
Orang yang percaya bahwa Yahshua ha Mashiah (Yasu’a Al Masih (Ibr)/Yeshu ha Meshikha (Arm)/Yesus Kristus(Ind) adalah Mesias dan Juruslamat serta Putra Tuhan, mereka diberi otoritas untuk mengusir Shatan, sebagaimana dikatakan: “Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh” (Mrk 16:17-18).
Dalam diri orang beriman Yahshua ha Mashiah (Yasu’a Al Masih (Ibr)/Yeshu ha Meshikha (Arm)/Yesus Kristus(Ind) sebagai Mesias dan Juruslamat serta Putra Tuhan dalam diri-Nya memiliki Roh Tuhan yang lebih besar dibandingkan roh dunia sebagaimana dikatakan: “kepada Kamu berasal dari (Tuhan), anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia”.
Berdasarkan dua prinsip dasar di atas, sangat tidak mungkin orang yang TAAT kepada YAHWEH, Tuhan Semesta Alam di dalam Yahshua ha Mashiah (Yasu’a Al Masih (Ibr)/Yeshu ha Meshikha (Arm)/Yesus Kristus(Ind), akan mengalami kerasukan, sebaliknya mereka akan mengusir roh-roh jahat. Hak melakukan exorcisme bukan pada rohaniawan, pendeta saja melainkan SEMUA ORANG BERIMAN.
Oleh karenanya kata “taat” yang dilekatkan terhadap Anneliese (tanpa bermaksud menghakimi beliau) perlu ditelaah. Sejauh mana beliau telah taat? Ketaatan yang bagaimana yang telah beliau lakukan? Apakah ketaatan yang bersifat ritual lahiriah belaka dapat meluputkan orang beriman terhadap serangan satan dalam bentuk kerasukan, sihir, gendam, santet dll? Ketaatan religius seharusnya BERBANDING LURUS dengan perilaku moral dan otoritas spiritual. Mungkin secara moralitas, Anneliese telah terbukti. Sayang, satu hal yang tidak nampak dalam diri Anneliese, OTORITAS SPIRITUAL atas roh-roh jahat.
Saya tidak hendak mengatakan jika beriman Yahshua ha Mashiah (Yasu’a Al Masih (Ibr)/Yeshu ha Meshikha (Arm)/Yesus Kristus(Ind), maka segala hal yang berkaitan dengan fenomena satanisme, demonik dan sejenisnya dapat dengan mulus diselesaikan. Tidak! Bahkan Rasul Paul pun mengalami sebuah keluhan yang dia namai“duri dalam daging” yang mengganggu dalam karya pelayanannya, sekalipun dia telah mengusir berbagai roh-roh jahat dan orang-orang yang kerasukan. Dalam suratnya dia mengatakan: “Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan (Shatan) untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada (YHWH), supaya utusan (Shatan) itu mundur dari padaku. Tetapi jawab (YHWH) kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa (Mesias) turun menaungi aku” (2 Korintus 12:7-9). Namun demikian, ketidakberdayaan Rasul Paul bukan suatu kekalahan dan tidak berakhir dengan sebuah kekakalahan sebagaimana yang dialami Anneliese (tanpa bermaksud menghakimi beliau). Rasul Paul justru semakin mengalami kekuatan spiritual atas tekanan tersebut.
Berkaca dari pemahaman teologis di atas, maka sebuah ketaatan yang tidak berbanding lurus dengan otoritas spiritual atas shatan, menimbulkan suatu keraguan atas jenis dan kualitas ketaatan tersebut. Mungkin saja itu hanya suatu ketaatan lahiriah dan ritualistik belaka, tanpa adanya suatu PENGENALAN dan PEMAHAMAN atas Tuhan dan kuasa Tuhan. Sekali lagi, ini praduga saya terhadap kasus Anneliese dan bukan satu-satunya penjelasan yang mutlak benar. Bagi peminat dan yang concern terhadap pelayanan Exorcisme, dapat memberikan wawasan dari perspeketif lain.
Mengenai Jumlah Roh yang Merasuki
Dikatakan, “Tidak hanya satu iblis yang merasuki Anneliese. Masing-masing iblis mengaku sebagai Hitler, Cain, Kaisar Nero, Judas, Legion, Belial dan Lucifer”. Kasus ini telah terekam dalam Besorah (Injil) yang merekam pelayanan Yahshua ha Mashiah (Yasu’a Al Masih (Ibr)/Yeshu ha Meshikha (Arm)/Yesus Kristus(Ind), dalam karya mesianisnya. Dikisahkan dalam Markus 5:1-15 sbb: “Lalu sampailah mereka di seberang danau, di daerah orang Gerasa. Baru saja Yesus turun dari perahu, datanglah seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan menemui Dia. Orang itu diam di sana dan tidak ada seorang pun lagi yang sanggup mengikatnya, sekalipun dengan rantai, karena sudah sering ia dibelenggu dan dirantai, tetapi rantainya diputuskannya dan belenggunya dimusnahkannya, sehingga tidak ada seorang pun yang cukup kuat untuk menjinakkannya. Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu. Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu menyembah-Nya, dan dengan keras ia berteriak: "Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak (Tuhan) Yang Mahatinggi? Demi (Tuhan), jangan siksa aku!" Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya: "Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!" Kemudian Ia bertanya kepada orang itu: "Siapa namamu?" Jawabnya: "Namaku Legion, karena kami banyak." Ia memohon dengan sangat supaya Yesus jangan mengusir roh-roh itu keluar dari daerah itu. Adalah di sana di lereng bukit sejumlah besar babi sedang mencari makan, lalu roh-roh itu meminta kepada-Nya, katanya: "Suruhlah kami pindah ke dalam babi-babi itu, biarkanlah kami memasukinya!" Yesus mengabulkan permintaan mereka. Lalu keluarlah roh-roh jahat itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi yang kira-kira dua ribu jumlahnya itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau dan mati lemas di dalamnya. Maka larilah penjaga-penjaga babi itu dan menceriterakan hal itu di kota dan di kampung-kampung sekitarnya. Lalu keluarlah orang untuk melihat apa yang terjadi. Mereka datang kepada Yesus dan melihat orang yang kerasukan itu duduk, sudah berpakaian dan sudah waras, orang yang tadinya kerasukan legion itu. Maka takutlah mereka”.
Dari penggalan kisah di atas, kita melihat beberapa data sbb:
- roh yang merasuki orang gila tersebut jumlahnya banyak dan bernama “Legion”.
- roh-roh jahat takut terhadap Yahshua ha Mashiah (Yasu’a Al Masih (Ibr)/Yeshu ha Meshikha (Arm)/Yesus Kristus(Ind)
- roh-roh jahat berpindah ke dalam babi-babi (4) orang yang dirasuk legion, sembuh.
Fenomena yang dialami Anneliese, merupakan fenomena “Legionisme” yaitu jumlah roh yang merasuk sangat banyak. Yang dipertanyakan adalah, apakah pelayan exorcisme telah menerapkan pola exorcisme dengan benar? Justru saya mempertanyakan otoritas spiritual Sang Exorcis (dijauhkan saya dari sikap menghakimi orang lain). Mengapa aksi legion ini tidak tertangani dengan baik, sehingga nama Tuhan dipermalukan dan mengesankan Shatan begitu kuat dan hebat? Bukankah seharusnya akhir dari exorcisme sebagaimana prosedur yang dilaporkan dalam Markus 5:1-15?
Demikian komentar dan kajian saya atas kasus Anneliese. Kiranya ini mendorong komentator lain untuk terlibat dan memberikan sedikit pencerahan dan menimbulkan kewaspadaan atas kegiatan Shatan yang membinasakan. Tuhan memberkati!
Referensi :
- [1] Al Qur’an Digital Versi 2.0, Al Quran, Freeware, 2004, Website http://www.alquran-digital.com
- 25 Alkitab Elektronik 2.0.0, Alkitab Terjemahan Baru, 1974
- [2] Bible Work seri 6, Biblica Hebraica Transliterated, 1993-2003
- [3] Pendidikan Agama Islam I (Aqidah), Yogyakarta: Andi Offset, 1983, hal 78
- [4] Restoration Scriptures, Your Arms to Yishrael Publishing, 2005
- [5] The Hebraic Root Scriptures, Society for Advancement Nazarene Judaism, 2001
- [6] The Exorcism of Anneliese Michael http://teguhhindarto.blogspot.com/2011/03/exorcism-of-anneliese-michael.html
Sumber : http://teguhhindarto.blogspot.com/.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar