Ketika Yesus dan murid-murid-Nya telah dekat Yerusalem, dekat Betfage dan Betania yang terletak di Bukit Zaitun, Yesus menyuruh dua orang murid-Nya dengan pesan: “Pergilah ke kampung yang di depanmu itu. Pada waktu kamu masuk di situ, kamu akan segera menemukan seekor keledai muda tertambat, yang belum pernah ditunggangi orang. Lepaskan keledai itu dan bawalah ke mari. Dan jika ada orang mengatakan kepadamu: Mengapa kamu lakukan itu, jawablah: Tuhan memerlukannya. Ia akan segera mengembalikannya ke sini.”
Yesus yang naik keledai dengan daun palma di tangan dilambai-lambaikan merupakan pemenuhan nubuat Nabi Zakharia kutipan dari Zechariah (9:9) yang diambil oleh Matius (21:5) dan Yohanes (12:15) menjadi acuannya.
Pada zaman itu sudah menjadi tradisi bahwa raja atau bangsawan datang beriringan dalam sebuah prosesi dengan menunggang keledai. Keledai adalah simbol perdamaian. Maka, mereka yang hadir dengan membawa keledai tiada lain juga membawa pesan perdamaian. Sementara daun palma yang dilambaikan menandai kemenangan dan kemuliaan. Yesus yang naik keledai ini diceriterakan pada empat Injil, yaitu :
“Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah,
hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya.
Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban
yang muda.”
Pada zaman itu sudah menjadi tradisi bahwa raja atau bangsawan datang beriringan dalam sebuah prosesi dengan menunggang keledai. Keledai adalah simbol perdamaian. Maka, mereka yang hadir dengan membawa keledai tiada lain juga membawa pesan perdamaian. Sementara daun palma yang dilambaikan menandai kemenangan dan kemuliaan. Yesus yang naik keledai ini diceriterakan pada empat Injil, yaitu :
- Markus 11:1-11
- Matius 21:1-11
- Lukas 19:28-44
- Yohanes 12:12-19.
Simbol Daun Palma
Saat Minggu Palma, umat melambai-lambaikan daun palem sambil bernyanyi.
Hal ini menyatakan keikutsertaan umat bersama Yesus dalam arak-arakan
menuju Yerusalem. Ini menyatakan tujuan yang akan dicapai pada masa yang
akan datang: kota Allah, di mana ada kedamaian.
Daun palem adalah simbol dari kemenangan. Daun palem ini membawa arti ke arah simbol Kristen. Daun palem digunakan untuk menyatakan kemenangan martir atas kematian. Martir sering digambarkan dengan daun pelem di antara tempat atau tambahan untuk instrumen dari kesyahidan. Kristus kerap kali menunjukkan hubungan daun palem sebagai simbol kemenangan atas dosa dan kematian. Lebih jelas lagi, hal itu diasosiasikan dengan kejayaan-Nya memasuki Yerusalem, ( Yohanes 12:12-13).
Makna dibalik Perayaan.
Minggu Palma adalah permenungan pekan terakhir hidup Yesus. Sepanjang hari-hari itu, dua hal bisa dipersiapkan: penderitaan dan kebangkitan Yesus, Apa dan bagaimana 'kisah penderitaan’ Yesus itu bermakna signifikan untuk kita?
- Pertama, penderitaan dan wafat Yesus menyampaikan makna penebusan. Pesan ini paling nyaring dan tampak jelas dalam Perjamuan Terakhir Kristus dengan para murid-Nya. Matius mengisahkan lahirnya Perayaan Ekaristi dengan menekankan nilai penebusan tersebut: “Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa” (26:28). Kristus adalah Domba Paskah baru yang dikurbankan dan menjadi tebusan banyak orang.
- Kedua, kedatangan Yesus menandai pendamaian dosa seluruh bangsa. Yesus memperbaiki hubungan manusia dengan Allah dengan mengenyahkan dosa-dosa mereka. Tindakan Yesus yang paling menyentak dalam contoh ini adalah kunjungan Yesus ke rumah Zakeus: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Lk 19: 9-10).
- Ketiga, ‘solidaritas’ merupakan kata kunci untuk menerangkan bagaimana penderitaan dan wafat Kristus memberikan efek pada kita semua para pendosa. Kristus menjadi manusia dan bersedia menanggung beban dosa-dosa dunia dan menjadi ‘domba tebusan salah yang membiarkan dirinya disembelih’ (Bdk Im 14:25). Dalam liturgi Jumat Agung nanti, kita akan mendengarkan dan merenungkan Kitab Yesaya (53:4-6). Bacaan ini membawa kita untuk merenungkan Kristus yang mempraktikan solidaritas sebagai satu tubuh. Gereja umat Allah adalah satu tubuh dengan Kristus sebagai kepalanya.
Penyusun : Yohanes Gitoyo, S Pd.
Sumber :
Sumber :
- http://id.wikipedia.org/wiki/Minggu_Palma
- http://www.hidupkatolik.com/2012/03/30/minggu-palma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar