Jelaskan mengapa Gereja menyatakan bahwa Maria adalah Bunda Allah? Mengapa hari raya ini ditempatkan pada tanggal 1 Januari, yaitu Tahun Baru Masehi?
Silvester Lendatu Larira, Kendari
Pertama, Gelar itu berarti bahwa Maria sebagai ibu telah melahirkan (satu pribadi) Yesus yang sekaligus mempunyai dua kodrat, yaitu kodrat manusia dan kodrat Allah. Karena pribadi yang dilahirkan itu adalah pribadi Ilahi, Maria bisa dan harus disebut Bunda Allah (Yun: Theotokos; Lat: Mater Dei atau Dei genetrix).
Gelar yang didogmakan secara resmi oleh Konsili Efesus (Tahun 431) ini merupakan akibat sampingan dari usaha Konsili untuk merumuskan siapa Yesus Kristus itu melawan bidaah Nestorianisme. Bidaah ini berpendapat bahwa dalam diri Yesus ada dua subyek, manusia Yesus dan Kristus yang adalah Allah Putra. Akibatnya, Maria bisa disebut sebagai Anthropo-tokos (yang melahirkan manusia) atau Khristo-tokos (yang melahirkan Kristus). Konsili Efesus menolak ajaran bidaah Nestorianisme ini.
Sebagai tanggapan, Konsili Efesus merumuskan bahwa Yesus Kristus adalah Allah Putra yang sehakikat dengan Bapa dan menjadi manusia sehingga Dia sekaligus sungguh Allah dan sungguh manusia, tetapi mempunyai hanya satu pribadi (subyek) Ilahi. Jadi, Maria harus disebut sebagai Theo-tokos atau Bunda Allah.
Konsili juga menjelaskan bahwa Maria disebut demikian bukanlah karena kodrat Ilahi itu berasal-usul dari Perawan Suci, tetapi karena kodrat insani Yesus berasal dari Maria dan disatukan dalam satu subyek dalam kandungan Maria. Dari Maria lahirlah Yesus yang adalah sungguh Allah dan sungguh manusia. Karena itu, dikatakan bahwa Firman itu lahir menurut daging (DS 251). Karena itu, dalam tradisi Gereja, Maria juga diberi gelar ”Takhta Kebijaksanaan” (KGK 721).
Kedua, Hari Raya Maria Bunda Allah dirayakan pada 1 Januari, yaitu oktaf Natal, delapan hari sesudah Natal. 1 Januari juga awal dari tahun Masehi. Hal ini bisa kita maknai bahwa kita mempersembahkan seluruh tahun yang baru kepada perlindungan Bunda Maria yang telah memberikan kepada kita ”Pencipta Kehidupan” itu sendiri. Dengan bantuan Bunda Maria, kita juga berharap menyingkapkan dan memeluk Yang Ilahi di tengah kehidupan kita sehari-hari yang biasa.
Dulu, 1 Januari dirayakan sebagai hari penyunatan dan pemberian nama pada Kanak-kanak Yesus. Penyunatan itu mempunyai makna rohani, yaitu seseorang dipersembahkan kepada Allah dan menjadi milik Allah. Pemberian nama Yesus juga mempunyai makna lebih tinggi, yaitu menegaskan misi-Nya sebagai Penyelamat Dunia (nama ”Yesus” berarti Penyelamat).
Ketiga, sejak 1967, 1 Januari dirayakan sebagai Hari Perdamaian Dunia. Hal ini mengingatkan kita bahwa Yesus yang baru dilahirkan adalah Pangeran Damai (Yes 9:6). Maka, kita bisa mengawali setiap tahun dengan meminta kepada Tuhan anugerah perdamaian melalui doa-doa Maria Bunda Allah. Menurut kebiasaan, pada hari ini Paus menyampaikan pesannya untuk perdamaian dunia.
Damai yang dimohonkan bukanlah damai semu atau koeksistensi damai, melainkan damai yang sungguh berkualitas. Tidak cukup kita hanya berdoa memohon damai, tetapi kita juga perlu memberikan pendidikan untuk perdamaian dan untuk nilai-nilai yang terkait dengan perdamaian itu. Misalnya, kebebasan, solidaritas persaudaraan, dan tak lupa juga mengecam ketidakadilan yang menyulitkan hati nurani manusia dan mengancam perdamaian dunia.
Konflik yang terjadi di banyak tempat pada tahun-tahun terakhir ini menunjukkan bahwa usaha untuk membangun perdamaian dunia pada saat ini harus melibatkan para pengikut semua agama. Seringkali konflik-konflik terjadi karena perbedaan ajaran agama. Paus Yohanes Paulus II menyatakan: ”Agama mempunyai peran menentukan dalam menggalakkan sikap-sikap perdamaian dan dalam memperkuat syarat-syarat perdamaian.” Demikian pula ”agama menjalankan perannya ini secara semakin efektif jika agama memusatkan perhatian pada apa yang seharusnya dilakukan agama, yaitu perhatian kepada Allah, menggalakkan persaudaraan semesta, dan menyebarluaskan sebuah budaya solidaritas manusiawi (Pesan untuk Hari Perdamaian Dunia, 1 Januari 2003, No 9). Maka, semua agama perlu bekerja sama membangun perdamaian di atas empat pilar, yaitu ”kebenaran, keadilan, kasih, dan kebebasan” (No 3).
Jadi, gelar Maria sebagai Bunda Allah mau meneguhkan bahwa Allah Putra sungguh menjelma menjadi manusia, menyatukan diri dengan manusia sebagai ”Pangeran Damai” yang mulai meluaskan Kerajaan Damai-Nya di dunia ini. Merayakan gelar Maria Bunda Allah berarti ikutserta meluaskan dan mewujudkan Kerajaan Damai putranya. Perayaan pada awal tahun ini menandakan bahwa misi ini akan menjadi misi Gereja sepanjang tahun. Dengan bantuan doa dan kasih keibuan Maria, mari kita wujudkan misi Pangeran Damai yang datang di tengah kita!
Pastor Dr Petrus Maria Handoko CM -
Sumber : http://www.hidupkatolik.com, Jumat, 12 Juli 2013 17:03 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar