Dalam Surat Gembala Pembukaan Tahun Pelayanan Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), Mgr I. Suharyo mengisahkan peziarahan Edith Stein atau Teresa Benedikta dari Salib. Perempuan Yahudi ini pernah menyimpulkan bahwa Tuhan tidak ada. Ia berhenti berdoa. Tetapi perawat semasa Perang Dunia I ini terus mencari arti hidup. Ia dibaptis, menjadi biarawati, dan mati sebagai korban kebencian etnis di kamp konsentrasi Auschwitz. Ia digelari Beata pada 1987.
Mgr Suharyo menuliskan bahwa Tuhan juga menampakkan diri melalui tanda-tanda yang tidak terduga, yakni orang majus yang mencari bayi Yesus. Mereka tidak termasuk orang pilihan menurut paham umum pada zaman itu. Tetapi mereka melihat Tuhan, bersuka cita, sujud, dan pulang menjadi terang: memberitakan perbuatan Tuhan yang agung.
Pada zaman sekarang, banyak orang yang sama sekali tidak diperhitungkan. Para korban narkoba, misalnya. Siapa yang tidak mencibir pada pengguna narkoba, yang sebenarnya adalah korban? Seringkali, mereka dicap sebagai manusia yang tidak ada guna, dan pantas dieksklusi dari masyarakat.
Edith Stein yang tak percaya Tuhan itu tanpa henti mencari arti hidup dan menemukan Tuhan, kemudian berubah. Mungkinkah seorang pengguna narkoba yang kita lihat pantas disingkirkan itu menemukan Tuhan, lalu berubah juga?
Anak kelas VI SD mencicipi ganja. Selama 16 tahun selanjutnya ia terjerat kenikmatan semu ini, hingga ia tertangkap dan dibui. Ia ingin bunuh diri, karena malu. Tetapi, ibunya membawakan Kitab Suci, dan dengan tekun menemaninya. Keluar dari penjara, hidupnya terasa berat. Hari ini ia masih hidup, sebagai imam Keuskupan Surabaya.
Semoga kita (semakin) berani menampakkan Wajah Tuhan, dengan semakin tulus dan rendah hati melayani demi pemulihan martabat mereka yang menderita dan tidak diperhitungkan.
Sumber : http://www.hidupkatolik.com/, Rabu, 15 Januari 2014 09:42 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar