Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan

Selasa, 01 Maret 2016

10 Perbedaan Mendasar Agama Kristen Protestan dan Katolik.


Kristen adalah agama yang dibawa Yesus Kristus. Umat Kristen mengklaim monoteisme, mereka mempercayai Allah Yang Esa. Kendati mereka “membagi” Allah dalam tiga pribadi, yakni Bapa (Sang Pencipta), Putra (Yesus Kristus, Tuhan yang menjelma menjadi manusia), dan Roh Kudus (Tuhan yang ada di hati tiap manusia). Ketiganya tetap satu kesatuan atau dikenal konsep Trinitas.


Agama Kristen pecah menjadi tiga aliran gereja, karena perbedaan pendapat para pengikutnya. Antara lain Kristen Ortodoks, termasuk Kristen Koptik di Mesir; Kristen Katolik; dan Kristen Protestan. Adapun hal-hal yang memicu perbedaan Kristen Katolik dan Kristen Protestan, sbb.

  • Kristen Protestan menolak Paus

Di antara perbedaan Katolik dan Protestan yang paling menonjol adalah, umat Katolik memiliki pemimpin tertinggi yang disebut Paus dan bertahta di Vatikan, Roma.

Paus pertama adalah St. Petrus, pemimpin 12 murid Yesus. Dari kemunculan agama Kristen sejak abad pertama hingga sekarang sudah ada 300-an Paus. Paus saat ini adalah Paus Fransiskus I yang menggantikan Paus Benedictus XVI.

Sementara Kristen Protestan tidak mengakui Paus dan tidak memiliki pemimpin tertinggi. Alasannya sekaligus menjadi sebab perpecahan agama Kristen dan kemunculan Kristen Protestan pada abad pertengahan di Eropa.


Ketika Paus Leo X ingin membangun gereja termegah sedunia yang disebut Basilika St. Petrus di Vatikan, ia melakukan hal-hal yang dianggap tak sesuai dengan ajaran Kristen, yaitu mengumpulkan dana pembangunan gereja, antara lain dengan menjual surat pengakuan dosa. Hal ini diprotes oleh Pendeta Martin Luther yang memutuskan memisahkan diri. Mereka yang menjadi pengikut Martin Luther disebut Protestan.

  • Kristen Protestan menolak Kitab Deutro-Kanonika

Kitab suci kedua umat Kristen disebut Alkitab. Sementara Injil hanyalah sebagian kecil dari Alkitab yang khusus menceritakan kehidupan Yesus. Namun Alkitab umat Katolik dan umat Protestan berbeda.

Alkitab Katolik lebih tebal dari Alkitab Protestan, karena di dalam Alkitab Katolik ada tambahan 12 kitab yang dinamakan Deutero-Kanonika. Kitab-kitab tersebut tidak diakui kebenarannya oleh umat Protestan atas doktrin Purgatory, wilayah di antara surga dan neraka, atau disebut Api Penyucian.

  • Kristen Protestan menolak monopoli Magisterium


Dalam tradisi Katolik, orang biasa dilarang menafsirkan kitab suci, selain Magisterium, yaitu para ahli agama yang berpusat di Roma. Umat Katolik di seluruh dunia tinggal mengikuti penafsiran Magisterium dan tidak boleh menafsirkan kitab suci menurut pengertian mereka sendiri. Sedangkan ajaran Protestan cenderung membebaskan semua orang untuk menafsirkan kitab suci.

Dua kebijakan berbeda di atas berdampak besar. Umat Katolik di seluruh dunia lebih bersatu karena memiliki satu pendapat yang sama tentang kitab suci. Sehingga umat Katolik tidak terbagi menjadi beberapa aliran. Berbeda dengan umat Protestan yang terpecah-pecah menjadi aliran-aliran yang lebih kecil atau disebut denominasi.

Aliran-aliran ini muncul karena perbedaan penafsiran antara satu gereja dengan gereja lainnya, seperti ada GPIB, Kharismatik, Pentakosta, Metodis, Baptis (GBI), Gereja Kristen Jawa (GKJ), Gereja Batak (HKBP), Adven, Mormon, dst. Maka, jika umat Katolik bisa datang ke gereja manapun di seluruh dunia, maka berbeda dengan umat Protestan yang mungkin seumur hidupnya hanya datang ke satu gereja yang sama.

  • Kristen Protestan menolak hierarki


Jika para pemuka agama Katolik memiliki hierarki dari romo/pastur, uskup, kardinal, dan paus, yang memungkinkan pemuka agama naik jabatan, maka dalam tradisi Protestan tidak ada.

Karena adanya hierarki pemuka agama dalam tradisi Katolik, maka hierarki juga berlaku pada gereja mereka, yaitu kapel (gereja kecil), gereja paroki (tempat kedudukan pastur), katedral (tempat kedudukan uskup/kardinal), dan basilika (tempat kedudukan paus). Semakin tinggi tingkatannya, ukurannya pun biasanya semakin besar.

  • Kristen Protestan menolak Para Kudus

Para Orang Kudus (Eng: Saint; St.). Orang Kudus laki-laki disebut Santo, sementara perempuan disebut Santa. Nama-nama Orang Kudus biasanya digunakan sebagai nama gereja, misalnya Gereja Santa Maria dan Gereja Santo Petrus. Tanggal 14 Februari bahkan diperingati St. Valentine.

Nama-nama Para Saint juga biasanya digunakan sebagai nama baptis. Biasanya diakhiri –us, misalnya Petrus, Paulus, Fransiskus. Sementara dalam tradisi Protestan, umumnya menggunakan nama-nama nabi sebagai nama baptis mereka, seperti Abraham, Samuel, Daniel.

  • Kristen Protestan menolak 5 Sakramen

Sakramen adalah bentuk upacara suci yang wajib dilakukan penganut Kristiani sepanjang hidup mereka. Gereja Katolik mengakui ada 7 sakramen, yaitu Baptis (masuk agama Kristen), Krisma (diberikan saat menginjak remaja), Ekaristi (yang biasa dilakukan di gereja setiap hari Minggu), Imamat (pentahbisan menjadi pastorr/romo), Pernikahan, Pengakuan Dosa, dan Pengurapan Orang Sakit (diberikan saat sakit parah dan hampir meninggal).

Sementara dalam gereja Protestan, hanya diakui dua sakramen, yaitu Baptis dan Ekaristi. Sakramen Ekaristi dalam ajaran Protestan tidak dilakukan setiap hari Minggu, melainkan pada perayaan hari-hari besar saja.

  • Kristen Protestan menolak “diskriminasi” gender bagi pemuka agama

Dalam tradisi Katolik, hanya laki-laki yang boleh pastur. Sedangkan dalam Protestan, baik laki-laki maupun perempuan, diberikan hak yang sama menjadi pendeta, kendati kita lebih sering melihat pendeta laki-laki.

Dalam tradisi Katolik, wanita yang ingin mempersembahkan hidupnya bagi Tuhan dapat menjadi suster/biarawati. Syarat menjadi suster sama dengan syarat menjadi pastur, yaitu tidak boleh menikah. Seorang suster harus menutup auratnya dan memakai kerudung.

  • Kristen Protestan menolak pengultusan Maria


Umat Katolik sangat mengkultuskan Bunda Maria, yaitu ibunda dari Yesus Kristus. Dalam ajaram Katolik ada rosario, semacam tasbih dengan liontin salib, di samping berziarah ke Goa Maria setiap bulan Mei dan Oktober. Sementara umat Protestan menolak pengultusan terhadap Maria.

Gereja Katolik biasanya dihiasi patung-patung Yesus, Bunda Maria, santo/santa, hingga patung malaikat, sebagai visualisasi. Tetapi umat Protestan mengharamkan penggunaan patung karena dianggap berhala. Sehinggga pada salib Katolik terdapat patung Yesus di tengahnya, sedangkan dalam tradisi Protestan hanyalah sebentuk salib biasa.

  • Kristen Protestan menolak aturan-aturan perkawinan dan perceraian dalam tradisi Katolik

Para pemuka agama Katolik mulai dari pastur hingga paus tidak boleh menikah alias hidup membujang seumur hidup, atau disebut hidup selibat. Hal ini diberlakukan agar mereka bisa berkonsentrasi terhadap ajarannya. Tapi dalam tradisi Protestan, pendeta diperbolehkan menikah.

Dalam tradisi Katolik pula, Pernikahan hanya boleh terjadi sekali seumur hidup, kecuali jika ditinggal mati pasangannya. Sementara dalam ajaran Protestan pun, perceraian sangat tidak diharapkan.

  • Perbedaan peribadatan


Umat Katolik berdoa membuat tanda salib, sementara umat Protestan hanya berdoa biasa. Tanda salib dibuat dengan tangan telunjuk kanan menyentuh dahi, dada, bahu kiri, bahu kanan, secara urut.

Selain itu perbedaan peribadatan keduanya, jika umat Katolik disebut misa, sementara peribadatan umat Protestan disebut kebaktian. Keduanya berbeda dalam hal isi maupun tata cara pelaksanaannya, kendati sama-sama dilaksanakan pada hari Minggu. 

Sumber: telegrav.wordpress.com

Senin, 02 November 2015

Mengenal Apa dan Siapakah Roh Kudus Itu?


Apa Roh Kudus Itu?

Jawaban Alkitab
Roh kudus adalah kuasa Allah yang sedang bekerja, tenaga aktif-Nya. (Mikha 3:8; Lukas 1:35) Allah mengirimkan roh-Nya dengan cara menyalurkan tenaga-Nya ke mana saja untuk melaksanakan kehendak-Nya.—Mazmur 104:30; 139:7.

Dalam Alkitab, kata ”roh” diterjemahkan dari kata Ibrani ruʹakh dan kata Yunani pneuʹma. Sering kali, kata-kata itu memaksudkan tenaga aktif Allah, atau roh kudus. (Kejadian 1:2) Tapi, Alkitab juga menggunakan kata-kata itu untuk memaksudkan:
  • Napas.—Habakuk 2:19; Penyingkapan (Wahyu) 13:15.
  • Angin.—Kejadian 8:1; Yohanes 3:8.
  • Daya, atau penggerak, kehidupan dalam makhluk hidup.—Ayub 34:14, 15.
  • Sikap atau sifat seseorang.—Bilangan 14:24.
  • Pribadi roh, termasuk Allah dan malaikat.—1 Raja 22:21; Yohanes 4:24.

Semua hal di atas punya kemiripan, yaitu sesuatu yang tidak kelihatan yang bisa menghasilkan sesuatu yang kelihatan. Demikian juga, roh Allah, ”seperti angin, tidak kelihatan, nonmateri dan penuh kuasa”.—An Expository Dictionary of New Testament Words, oleh W.E. Vine.


Orang Kristen percaya bahwa Roh Kuduslah yang menyebabkan orang percaya kepada Yesus. Dia pulalah yang memampukan mereka menjalani hidup Kristen. Roh tinggal di dalam diri setiap orang Kristen sejati. Setiap tubuh orang Kristen adalah Bait Suci tempat tinggal Roh. Roh Kudus digambarkan sebagai 'Penghibur' atau 'Penolong' (paracletus dalam bahasa Latin, yang berasal dari bahasa Yunani, parakletos), dan memimpin mereka dalam jalan kebenaran. Karya Roh di dalam kehidupan seseorang dipercayai akan memberikan hasil-hasil yang positif, yang dikenal sebagai Buah Roh.

Rasul Paulus mengajarkan bahwa seorang pengikut Kristus haruslah dapat dikenali melalui buah Roh, yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri.

Orang Kristen juga percaya bahwa Roh Kudus jugalah yang memberikan karunia-karunia (kemampuan) khusus kepada orang Kristen, yang antara lain meliputi karunia-karunia karismatik seperti nubuat, berbahasa Roh, menyembuhkan, dan pengetahuan.

Orang Kristen arus utama yang berpandangan "sesasionisme" percaya bahwa karunia-karunia ini hanya diberikan pada masa Perjanjian Baru. Orang Kristen percaya hampir secara universal bahwa "karunia-karunia roh" yang lebih duniawi masih berfungsi pada masa kini, antara lain karunia pelayanan, mengajar, memberi, memimpin, dan kemurahan.[4] Dalam sekte-sekte Kristen tertentu, pengalaman Roh Kudus digambarkan sebagai "pengurapan". Di kalangan gereja-gereja Afrika-Amerika, pengalaman bersama Roh Kudus digambarkan sebagai suatu "kesukacitaan".

Orang Kristen percaya bahwa Roh Kuduslah yang dimaksudkan Yesus ketika ia menjanjikan "Penghibur" (artinya, "yang memberikan kekuatan) dalam Yohanes 14:26. Setelah kebangkitan, Yesus berkata kepada murid-muridnya bahwa mereka akan "membaptiskan dengan Roh Kudus", dan akan menerima kuasa untuk peristiwa itu.[5] Janji ini digenapi dalam peristiwa-peristiwa yang dilaporkan dalam Kisah Para Rasul 2.

Pencurahan Roh Kudus terjadi pada hari Pentakosta, sepuluh hari setelah kenaikan Yesus ke surga atau lima puluh hari setelah peristiwa kebangkitan Yesus dari kematian. Peristiwa ini terjadi di Yerusalem pada sebuah ruang atas. Angin yang keras bertiup, lalu lidah-lidah api tampak di atas kepala para murid Yesus. Banyak orang yang kemudian mendengar para murid itu berbicara, masing-masing dalam bermacam-macam bahasa. Menurut Alkitab, murid-murid Yesus pada hari mereka menerima Roh Kudus mampu mempertobatkan tiga ribu jiwa. Masing-masing memberi dirinya dibaptis (Kitab Kisah Para Rasulpasal 2).

Dalam Injil Yohanes, penekanannya tidaklah terutama pada apa yang dilakukan oleh Roh Kudus bagi Yesus, melainkan pada kisah penganugerahan Roh kepada murid-muridnya. Kristologi "tinggi" ini, yang paling berpengaruh dalam perkembangan doktrin Trinitarian yang belakangan, memandang Yesus sebagai domba kurban. Ia telah datang di antara manusia untuk menganuerahkan Roh Allah kepada umat manusia.

Meskipun bahasa yang digunakan untuk melukiskan bagaimana Yesus menerima Roh di dalam Injil Yohanes paralel dengan laporan-laporan di dalam ketiga Injil yang lainnya, Yohanes mengisahkan kejadian ini dengan maksud untuk memperlihatkan bahwa Yesus secara khusus memiliki Roh dengan tujuan menganugerahkan Roh itu kepada para pengikutnya, mempersatukan mereka dengan dirinya, dan di dalam dia juga mempersatukan mereka dengan Bapa. (Lihat Raymond Brown, "The Gospel According to John", bab tentang "Pneumatology"). Dalam Yohanes, karunia Roh itu sama dengan kehidupan yang kekal, pengetahuan tentang Allah, kuasa untuk menaati, dan persekutuan satu dengan yang lainnya dan dengan Sang Bapa.

Alkitab juga menyebut roh kudus Allah sebagai ”tangan” atau ”jari” Allah. (Mazmur 8:3; 19:1; Lukas 11:20; bandingkan Matius 12:28.) Sama seperti seorang perajin menggunakan tangan dan jarinya untuk bekerja, Allah menggunakan roh kudus-Nya untuk menghasilkan:
  • Alam semesta.—Mazmur 33:6; Yesaya 66:1, 2.
  • Alkitab.—2 Petrus 1:20, 21.
  • Mukjizat yang dilakukan hamba-hamba-Nya zaman dahulu dan penginjilan mereka yang bersemangat.—Lukas 4:18; Kisah 1:8; 1 Korintus 12:4-11.
  • Sifat-sifat baik yang diperlihatkan orang yang taat kepada-Nya.—Galatia 5:22, 23.


Orang Kristen percaya bahwa Roh Kudus dapat memberikan karunia-karunia Roh, diantaranya adalah kemampuan berbahasa Roh, kemampuan menafsirkan bahasa Roh, berkata-kata dengan hikmat, mengadakan mujizat, menyembuhkan, melayani, bernubuat, dll.


Katekismus Gereja Katolik menyatakan hal-hal berikut dalam alinea pertama yang menjelaskan Pengakuan Iman Rasuli Aku percaya akan Roh Kudus, demikian: "Tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah" (1 Kor 2:11). Roh yang mewahyukan Allah itu, membuat kita mengenal Kristus, Sabda-Nya yang hidup; tetapi ia tidak berbicara tentang diri-Nya sendiri. Ia, yang "bersabda melalui para nabi", membuat kita mendengarkan Sabda Bapa. Tetapi kita tidak mendengarkan Dia sendiri. Kita hanya mendengarkan Dia secara tidak langsung, bila ia mewahyukan Sabda kepada kita dan mempersiapkan kita, menerima-Nya dalam iman. Roh kebenaran, yang "mengungkapkan" Kristus bagi kita, tidak berbicara "dari diri-Nya sendiri" (Yoh 16:13). Sikap rendah hati yang ilahi ini menjelaskan, mengapa "dunia tidak dapat menerima-Nya, karena ia tidak melihat-Nya dan tidak mengenal-Nya", sedangkan mereka yang percaya kepada Kristus mengenal-Nya, karena Ia menyertai mereka (Yoh 14:17).

Tentang hubungan Roh Kudus dengan Gereja, Katekismus menyatakan: "Perutusan Kristus dan Roh Kudus terlaksana di dalam Gereja, Tubuh Kristus dan kanisah Roh Kudus... Jadi perutusan Gereja tidak ditambah pada perutusan Kristus dan Roh Kudus, tetapi adalah sakramen mereka. Sesuai dengan seluruh hakikatnya dan dalam semua anggotanya, Gereja itu diutus untuk mewartakan misteri persekutuan dengan Tritunggal Mahakudus ... Karena Roh Kudus adalah urapan Kristus, maka Kristus, Kepala Tubuh, memberikan-Nya kepada anggota-anggota-Nya, untuk memelihara mereka, menyembuhkan mereka, menyelaraskan mereka dalam fungsinya yang berbeda-beda, menggairahkan mereka, mendorong mereka untuk memberikan kesaksian, dan mengikutsertakan mereka dalam penyerahan-Nya kepada Bapa dan dalam doa permohonan-Nya untuk seluruh dunia. Oleh Sakramen-sakramen Gereja, Kristus membagi-bagikan kepada anggota Tubuh-Nya Roh Kudus-Nya yang menguduskan.

Katekismus juga mendaftarkan berbagai lambang Roh Kudus di dalam Kitab Suci:
  • Air - melambangkan tindakan Roh Kudus dalam upacara Pembaptisan. "Dibaptis dalam satu Roh", kita juga "diberi minum dari satu Roh" (1 Korintus 12:13). Jadi, Roh dalam pribadi-Nya adalah air yang menghidupkan, yang mengalir, dari Kristus yang disalibkan (Yoh. 19:34; 1 Yoh. 5:8) dan yang memberi kita kehidupan abadi. (Bandingkan Yoh. 4:10-14; 7:38; Kel. 17:1-6; Yes. 55:1; Zakh. 14:8; 1 Kor 10:4; Why. 21:6; 22:17)
  • Urapan - salah satu lambang Roh Kudus adalah juga urapan dengan minyak, malahan sampai ia menjadi sinonim dengan-Nya. (Bandingkan 1 Yoh. 2:20-27; 2 Kor 1:21) Dalam inisiasi Kristen, urapan adalah tanda sakramental dalam Sakramen Penguatan, yang karenanya dinamakan "Khrismation" dalam Gereja-gereja Timur. Tetapi untuk mengerti sepenuhnya bobot nilai dari lambang ini, orang harus kembali ke urapan pertama, yang Roh Kudus kerjakan: Urapan Yesus. "Khristos" (terjemahan dari perkataan Ibrani "Mesias") berarti yang "diurapi dengan Roh Allah".
  • Api - melambangkan daya transformasi perbuatan Roh Kudus. Dalam "lidah-lidah seperti api" Roh Kudus turun atas para Rasul pada pagi hari Pentakosta dan memenuhi mereka (Kisah Para Rasul 2:3-4).
  • Awan dan sinar - Roh turun atas Perawan Maria dan "menaunginya", supaya ia mengandung dan melahirkan Yesus (Luk. 1:35). Di atas gunung transfigurasi Ia datang dalam awan, "yang menaungi" Yesus, Musa, Elia, Petrus, Yakobus dan Yohanes, dan "satu suara kedengaran dari dalam awan: Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia" (Lukas 9:34-35).
  • Meterai - Meterai adalah sebuah lambang, yang erat berkaitan dengan pengurapan. Kristus telah disahkan oleh "Bapa dengan meterai-Nya" (Yoh. 6:27; bandingkan 2 Kor 1:22; Ef 1:13; 4:3) dan di dalam Dia, Bapa juga memeteraikan tanda milik-Nya atas kita. Karena gambaran meterai (bahasa Yunani "sphragis") menandaskan akibat pengurapan Roh Kudus yang tidak terhapuskan dalam penerimaan Sakramen Pembaptisan, Penguatan, dan Tahbisan, maka ia dipakai dalam beberapa tradisi teologis untuk mengungkapkan "karakter", yang tidak terhapuskan, tanda yang ditanamkan oleh ketiga Sakramen yang tidak dapat diulangi itu.
  • Jari - "Dengan jari Allah" Yesus mengusir setan (Luk. 11:20). Sementara perintah Allah ditulis dengan "jari Allah" atas loh-loh batu (Kel. 31:18), "surat Kristus" yang ditulis oleh para Rasul, "ditulis dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging yaitu di dalam hati manusia" (Kel. 31:18; 2 Kor. 3:3).
  • Merpati - Waktu Kristus naik dari air Pembaptisan-Nya, Roh Kudus - dalam rupa merpati - turun atas-Nya dan berhenti di atas-Nya.



Roh kudus bukan suatu pribadi

Dengan menyebut roh Allah sebagai ”tangan”, ”jari”, atau ”napas” Allah, Alkitab menunjukkan bahwa roh kudus bukan suatu pribadi. (Keluaran 15:8, 10) Tangan seorang perajin tidak bisa bekerja sendiri tanpa pikiran dan tubuhnya; begitu juga, roh kudus Allah hanya bisa bekerja jika Ia mengendalikannya. (Lukas 11:13) Alkitab juga mengibaratkan roh Allah dengan air dan menyebutkannya bersama hal-hal seperti iman dan pengetahuan. Semua perbandingan ini menunjukkan bahwa roh kudus bukanlah suatu pribadi.—Yesaya 44:3; Kisah 6:5; 2 Korintus 6:6.

Alkitab memberitahukan nama Allah Yehuwa dan Putra-Nya, Yesus Kristus; tapi, nama roh kudus sama sekali tidak ada. (Yesaya 42:8; Lukas 1:31) Sewaktu Stefanus, seorang martir Kristen, secara mukjizat mendapat penglihatan tentang surga, ia hanya melihat dua pribadi, bukan tiga. Alkitab mengatakan, ”Stefanus, yang penuh dengan roh kudus, menatap ke langit dan terlihatlah kemuliaan Allah dan Yesus yang berdiri di sebelah kanan Allah.” (Kisah 7:55) Roh kudus adalah kuasa Allah yang bekerja, yang membuat Stefanus bisa menyaksikan penglihatan itu.


Kesalahpahaman tentang roh kudus

Kesalahpahaman: 
”Roh Kudus” adalah pribadi dan bagian dari Tritunggal, seperti yang dicatat di 1 Yohanes 5:7, 8 dalam Alkitab Terjemahan Baru.

Fakta: 
Dalam 1 Yohanes 5:7, 8, Alkitab Terjemahan Baru memasukkan kata-kata ”(di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu. Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi)”. Tapi, para peneliti mendapati bahwa kata-kata itu tidak ditulis oleh rasul Yohanes dan seharusnya tidak ada dalam Alkitab. Profesor Bruce M. Metzger menulis, ”Kata-kata ini sudah pasti palsu dan tidak patut ada dalam Perjanjian Baru.”—A Textual Commentary on the Greek New Testament.

Kesalahpahaman: 
Alkitab menyebut roh kudus seolah ia suatu pribadi, ini membuktikan bahwa roh kudus adalah suatu pribadi.

Fakta: Alkitab memang kadang menyebut roh kudus seolah itu suatu pribadi, tapi ini tidak membuktikan bahwa roh kudus adalah suatu pribadi. Alkitab juga menggambarkan hikmat, kematian, dan dosa seolah semua itu pribadi. (Amsal 1:20; Roma 5:17, 21) Misalnya, hikmat dikatakan memiliki ’perbuatan’ dan ’anak’, dan dosa digambarkan bisa memikat, membunuh, dan menghasilkan keinginan akan milik orang lain.—Matius 11:19; Lukas 7:35; Roma 7:8, 11.

Demikian pula, sewaktu rasul Yohanes mengutip kata-kata Yesus, ia menggambarkan roh kudus sebagai ”penolong” yang bisa memberikan bukti, membimbing, berbicara, mendengar, menyatakan, memuliakan, dan menerima. Ia menggunakan kata ganti maskulin ”dia” sewaktu menyebut tentang ”penolong” itu. (Yohanes 16:7-15) Tapi, alasannya adalah karena kata Yunani untuk ”penolong” (pa·raʹkle·tos) adalah kata benda maskulin dan dalam tata bahasa Yunani kata gantinya harus dalam bentuk maskulin juga. Sewaktu mengacu kepada roh kudus dengan kata benda netral, yaitu pneuʹma, Yohanes menggunakan kata ganti netral ”itu”.—Yohanes 14:16, 17.


Kesalahpahaman: 
Baptisan dengan nama roh kudus membuktikan bahwa roh kudus adalah suatu pribadi.

Fakta: 
Alkitab kadang menggunakan kata ”nama” untuk menunjukkan kekuasaan atau kewenangan. (Ulangan 18:5, 19-22; Ester 8:10) Ini mirip dengan ungkapan ”atas nama hukum”. Itu tidak berarti hukum adalah suatu pribadi. Seseorang yang dibaptis ”dengan nama” roh kudus mengakui kuasa dan peranan roh kudus dalam melaksanakan kehendak Allah.—Matius 28:19.

Kesalahpahaman: 
Rasul-rasul dan murid-murid Yesus masa awal percaya bahwa roh kudus adalah suatu pribadi.

Fakta: 
Alkitab tidak berkata demikian, begitu pula sejarah. Encyclopædia Britannica menyatakan, ”Pengertian bahwa Roh Kudus adalah suatu Pribadi ilahi tersendiri . . . muncul pada Konsili Konstantinopel tahun 381 Masehi.” Itu lebih dari 250 tahun setelah rasul terakhir meninggal.

Penyusun : Yohanes Gitoyo, S Pd
Sumber : 
  1. https://id.wikipedia.org/wiki/Roh_Kudus
  2. http://www.jw.org/id/ajaran-alkitab/pertanyaan/apa-roh-kudus-itu.


Kamis, 01 Oktober 2015

Apa itu Devosi Kepada Bunda Maria?


Devosi menurut St. Franciskus dari Sales adalah “kesigapan dan kegairahan hidup rohani, yang melaluinya kasih bekerja di dalam kita, ataupun kita di dalamnya, dengan cinta dan kesiapsiagaan; dan seperti halnya kasih memimpin kita untuk menaati dan memenuhi semua perintah Tuhan, maka devosi memimpin kita untuk menaati semua itu dengan segera dan tekun…. maka devosi tidak hanya membuat kita aktif, bersedia, dan tekun dalam melaksanakan perintah Tuhan, tetapi terlebih lagi devosi mendorong kita untuk melakukan semua perbuatan baik dengan penuh semangat dan kasih, bahkan perbuatan- perbuatan yang tidak diharuskan, tetapi hanya dianjurkan ataupun disarankan.”[1] Dengan demikian, devosi merupakan ungkapan kasih untuk memenuhi semua perintah Tuhan. Jika Tuhan Yesus memerintahkan kepada kita murid- murid yang dikasihi-Nya untuk menerima ibu-Nya, Bunda Maria, sebagai ibu (lih. Yoh. 19:26-27), maka sudah selayaknya kita menghormati Bunda Maria sebagai ibu rohani kita.


Namun demikian, penghormatan kepada Bunda Maria tidak dapat disamakan dengan penghormatan kita kepada Tuhan. Gereja Katolik membedakan antara penyembahan dan penghormatan, berdasarkan ajaran St. Agustinus:[2]
  1. Latria (penyembahan, ‘worship/ adoration‘) yang hanya ditujukan kepada Allah Tritunggal (Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus)
  2. Dulia (penghormatan, ‘veneration‘) yang ditujukan kepada:

  •  Para orang Kudus, termasuk Bunda Maria (kadang kepada Maria, disebut hyperdulia)
  • Penghormatan kepada benda tertentu yang melambangkan Allah ataupun Para Kudus dan Maria. Contohnya yaitu salib (crucifix), patung Bunda Maria, Patung santa-santo, dll. Penghormatan ini kadang disebut sebagai dulia- relatif.  Kata latria dan dulia ini memang tidak secara eksplisit tertera di dalam Kitab Suci, tetapi, kita dapat melihat penerapannya dengan jelas.
  1. Penyembahan/ Latria, nyata pada perintah pertama dalam kesepuluh Perintah Allah, yaitu untuk menyembah Allah saja dan jangan ada allah lain yang disembah selain Dia (Kel 20: 1-6). Penyembahan kepada Allah dengan sujud menyembah disebutkan dalam 2 Taw 7:3; 2 Taw 20:18; Neh 8:7; 1 Mak 4:55.
  2. Penghormatan/ Dulia, nyata pada penghormatan para saudara Yusuf kepada Yusuf (lih. Kej 42:6) dan Yusuf yang sujud sampai ke tanah menghormati ayahnya Yakub (Kej 48:12). Demikian pula, Nabi Natan sujud ke tanah menghormati Daud (1 Raj 1: 23); Absalom sujud ke tanah menghormati ayahnya Daud (2 Sam 14:33). Tentu mereka ini bukan menyembah berhala, namun menghormati orang tua sesuai perintah Tuhan.
  3. Penghormatan ‘Dulia relatif‘ ini misalnya saat Musa membuat ular dari tembaga yang dipasangnya di sebuah tiang, dan siapa yang memandang patung ular itu akan tetap hidup walaupun telah dipagut ular (Bil 21:8-9). Ular yang ditinggikan di tiang ini menjadi gambaran akan Yesus Kristus yang juga akan ditinggikan di kayu salib (lihat Yoh 3:14).  Dalam Perjanjian Lama (PL), Allah menyuruh orang Israel ‘memandang ke atas’ ular tembaga tersebut agar disembuhkan; sedangkan pada Perjanjian Baru (PB), siapa yang memandang Kristus yang ditinggikan di kayu salib dan percaya kepada-Nya, akan disembuhkan dari dosa. Tentu dalam PL, orang Israel tidak menyembah berhala, sebab Allah-lah yang menyuruh mereka menghormati/ memandang ke atas ular tembaga yang dibuat oleh Musa itu, yang merupakan gambaran Kristus yang kelak dinyatakan dalam PB. Penghormatan dulia- relatif lainnya yang dicatat dalam Kitab Suci, adalah ketika Tuhan menyuruh Musa untuk membuat tabut perjanjian, dengan membuat patung malaikat (kerub) untuk diletakkan di atas tutupnya (lih. Kel 37), di mana di dalamnya diletakkan roti manna (Kel 25:30), tongkat Harun (Bil 17:10) dan kedua loh batu sepuluh perintah Allah (Kel 25:16). Tabut perjanjian ini kemudian menyertai bangsa Israel sampai ke tanah terjanji yang dipimpin oleh nabi Yosua. Kitab Yosua mencatat bahwa Yosua bersama- sama para tua- tua sujud ke tanah menghormati tabut Tuhan: “Yosuapun mengoyakkan jubahnya dan sujudlah ia dengan mukanya sampai ke tanah di depan tabut TUHAN hingga petang, bersama dengan para tua-tua orang Israel….” (Yos 7:6). Tentu tabut itu bukan Tuhan, dan tentu yang dihormati bukan apa yang nampak, yaitu kotak dengan patung malaikat (kerub) di atasnya, tetapi adalah Allah yang dilambangkan-Nya. Yosua dan para tua- tua Yahudi pada saat itu tidak menyembah berhala, Allah tidak menghukum mereka karena sujud di depan tabut itu. Sebaliknya Allah menerima ungkapan tobat mereka, dan menyatakan kehendak-Nya atas apa yang harus mereka perbuat terhadap Akhan, yang melanggar perintah-Nya.

Maka penghormatan yang diberikan kepada seseorang karena keistimewaannya tidak bertentangan dengan perintah Tuhan. Penghormatan macam ini diberikan juga dalam kejuaraan- kejuaraan, seperti dalam olimpiade, academy award, atau juga dalam sekolah- sekolah yang menghargai murid-murid yang berprestasi. Terhadap Bunda Maria, penghormatan kita menjadi istimewa, karena tak ada seorangpun dalam sejarah manusia yang mempunyai peran seperti Bunda Maria dalam rencana keselamatan Allah, yaitu sebagai Bunda yang melahirkan Putera Allah yang menjelma menjadi manusia. Dengan keistimewaannya ini, Maria layak menerima penghormatan istimewa, yang disebut sebagai hyperdulia.

Selanjutnya, terdapat perbedaan cara penyembahan- latria dan penghormatan- dulia. Penyembahan tertinggi- latria ini diwujudkan dalam perayaan Ekaristi, yaitu doa Gereja yang disampaikan dalam nama Kristus kepada Allah Bapa oleh kuasa Roh Kudus. Penghormatan- dulia kepada Maria dinyatakan misalnya dalam doa- doa rosario, novena, nyanyian, baik sebagai doa pribadi ataupun kelompok. Sedangkan penghormatan dulia relatif terlihat jika umat Katolik berlutut saat berdoa di depan patung Yesus dan patung Bunda Maria, karena yang dihormati bukan patungnya, tetapi pribadi yang diwakilkannya, yaitu Tuhan Yesus, dan Bunda Maria.


Dasar Kitab Suci:
  • Kel 20: 1-6; 2 Taw 7:3; 2 Taw 20:18; Neh 8:6; 1 Mak 4:55 : Contoh penyembahan- latria
  • Kej 42:6; Kej 48:12; 1 Raj 1: 23; 2 Sam 14:33: Contoh penghormatan- dulia
  • Bil 21:8-9; Yoh 3:14: Contoh dulia relatif
  • Kel 20:12: Hormatilah ayah ibumu
  • Yoh. 19:26-27: Yesus memberikan Bunda Maria agar menjadi ibu bagi murid- murid-Nya.
  • Luk 1:28: Salam Maria, Hail, full of grace
  • Luk 1:42: Maria Bunda Allah
  • Luk 1:48: Segala keturunan akan menyebut Maria berbahagia
  • Luk 11:27: Berbahagialah ibu yang telah mengandung Yesus …


Dasar Tradisi Suci:
  • Julius Africanus (160-240)

“Kemuliaanmu besar; sebab engkau ditinggikan di atas semua perempuan yang terkenal, dan engkau dinyatakan sebagai ratu di atas segala ratu.” (Julius Africanus, Events in Persia: on the Incarnation of our Lord and God and Saviour Jesus Christ, http://www.newadvent.org/fathers/0614.htm)
  • St. Gregorius dari Neocaesarea (213-275)

“Maka dengan lemah lembut, rahmat membuat pilihan terhadap Maria yang murni, satu- satunya dari semua generasi …. (St. Gregorius dari Neocaesarea, Four Homilies, The First Homily on the Annunciation to the Holy Virgin Mary, http://www.newadvent.org/cathen/07015a.htm)
  • Doa Sub Tuum Presidium (250 AD), yaitu doa penghormatan kepada Bunda Maria, Bunda Allah, yang kepadanya jemaat memohon pertolongan:


We fly to your patronage, O holy Mother of God,
despise not our petitions in our necessities,
but deliver us from all dangers.
O ever glorious and blessed Virgin.Kami berlari kepada perlindunganmu, O Bunda Allah yang kudus
Jangan menolak permohonan-permohonan kami dalam kesesesakan kami
tetapi bebaskanlah kami dari segala bahaya
O, Perawan yang termulia dan terberkati.
  • St. Basil Agung (329-379)

“…. bahwa Maria yang suci, yang melahirkan-Nya… adalah Ibu Tuhan. Aku mengakui juga para rasul yang suci, para nabi dan para martir; dan memohon kepada mereka untuk memohon kepada Allah, bahwa melalui mereka, melalui pengantaraan mereka, Tuhan yang berbelas kasih dapat mendengarkan aku…. Karena itu juga, aku menghormati dan mencium gambar- gambar mereka, seperti halnya yang diturunkan dari para rasul yang kudus, dan tidak dilarang, melainkan ada di dalam semua gereja- gereja kita.” (St. Basil the Great, Letter 360. Of the Holy Trinity, the Incarnation, the invocation of Saints, and their Images).
  • St. Ephrem dari Syria (wafat 373)

Lagu hymne karangan St. Efrem tentang kelahiran Tuhan “juga hampir sama menyanyikan lagu pujian kepada Bunda Perawan” (Bardenhewer, Sermons on Mary II)
  • St. Epiphanus (403)

“Maria harus dihormati, tetapi Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus harus disembah. Tak seorangpun boleh menyembah Maria.” (St. Epiphanus, Haer 79,7)


Dasar Magisterium Gereja:
  • Konsili Efesus (431) dan Konsili Chalcedon (451): Maria adalah sungguh- sungguh Bunda Allah (De fide)
  • Konsili Trente  (1545- 1564) dan Paus Pius XII: “Dalam konteks ini, istilah devosi digunakan untuk menggambarkan praktek eksternal (doa-doa, lagu- lagu pujian, pelaksanaan suatu kegiatan rohani yang berkaitan dengan waktu- waktu atau tempat- tempat tertentu, insignia, medali, kebiasaan- kebiasaan). Dihidupkan oleh sikap iman, praktek- praktek tersebut menyatakan hubungan yang khusus antara umat beriman dengan Pribadi Allah [Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus] atau kepada Perawan Maria yang terberkati, dalam hak- hak istimewanya tentang rahmat dan segala sebutannya yang mengekspresikan keistimewaan tersebut, atau dengan para Santo/a di dalam konfigurasi mereka dengan Kristus atau di dalam peran mereka di dalam kehidupan Gereja.” (Lih. Konsili Trente, Decretum de invocatione, veneratione, et reliquiis Sanctorum, et sacris imaginibus (3. 12. 1563), dalam DS 1821-1825;  Paus Pius XII, Surat ensiklik Mediator Dei, dalam AAS 39 (1947) 581-582; SC 104; LG 50)
  • Dokumen Konsili Vatikan II, Lumen Gentium (LG): 66. (Makna dan dasar bakti kepada Santa Perawan)

“Berkat rahmat Allah Maria diangkat di bawah Puteranya, di atas semua malaikat dan manusia, sebagai Bunda Allah yang tersuci, yang hadir pada misteri-misteri Kristus; dan tepatlah bahwa ia dihormati oleh Gereja dengan kebaktian yang istimewa. Memang sejak zaman kuno Santa Perawan dihormati dengan gelar “Bunda Allah”; dan dalam perlindungannya umat beriman memperoleh perlindungan dari bahaya serta kebutuhan mereka.” 

Terutama sejak Konsili di Efesus kebaktian Umat Allah terhadap Maria meningkat secara mengagumkan, dalam penghormatan serta cinta kasih, dengan menyerukan namanya dan mencontoh teladannya, menurut ungkapan profetisnya sendiri: “Segala keturunan akan menyebutku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan karya-karya besar padaku” (Luk 1:48). Meskipun kebaktian itu, seperti selalu dijalankan dalam Gereja, memang bersifat istimewa, namun secara hakiki berbeda dengan bakti sembah sujud, yang dipersembahkan kepada Sabda yang menjelma seperti juga kepada Bapa dan Roh Kudus….. Dengan ungkapan-ungkapan itu, bila Bunda dihormati, Puteranya pun – yang melalui-Nya segala sesuatu diciptakan (lih. Kol 1:15-16), dan yang di dalamnya Bapa menghendaki agar seluruh kepenuhan-Nya berdiam (Kol 1: 19), – dikenal, dicintai dan dimuliakan sebagaimana harusnya, serta perintah-perintah-Nya dilaksanakan.” (LG, 66)
  • Maria, Bunda Allah, dihormati secara khusus, dengan istilah Hyperdulia (Sententia certa- lih. Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma, p. 215)


Bacaan lebih lanjut:

  1. http://katolisitas.org/2010/02/17/tanggapan-terhadap-tuduhan-penyembahan-maria/
  2. http://katolisitas.org/2008/11/21/katolik-tidak-langsung-berdoa-kepada-bapa-di-sorga/
  3. http://katolisitas.org/2011/05/12/mengapa-umat-katolik-mohon-dukungan-doa-kepada-orang-orang-kudus-yang-sudah-meninggal-dunia/
  4. http://katolisitas.org/2009/08/06/apakah-mohon-doa-dari-para-orang-kudus-bertentangan-dengan-firman-tuhan/
  5. http://katolisitas.org/2010/04/29/belajar-dari-st-thomas-aquinas-tentang-memohon-dukungan-doa-orang-kudus/


CATATAN KAKI:

  1. lih. St. Francis de Sales, An Introduction to the Devout Life, (Rockford, Illinois: TAN books and Publishers, 1942), p. 3 [↩]
  2. lih. St. Augustinus, City of God X. 2 [↩]

Sabtu, 29 Agustus 2015

Adakah Keselamatan di Luar Gereja ?


Saya pernah mendengar seorang imam mengatakan bahwa hanya anggota Gereja Katolik yang akan diselamatkan pada akhir zaman, karena Yesus dan sakramen Gereja adalah jalan keselamatan satu-satunya. 

Seorang imam lain yang aktif dalam dialog antaragama mengatakan, tidak perlu lagi mewartakan Yesus Kristus kepada pengikut agama lain, karena mereka sudah diselamatkan melalui agama masing-masing. Mana yang benar?
NN, 082230417xxx

Jawab :
  • Pertama, perlu mengetahui pandangan Gereja Katolik masa kini tentang keselamatan yang diungkapkan dalam Extra Ecclesiam Nulla Salus, di luar Gereja tidak ada keselamatan; disingkat EENS. Ungkapan ini berasal dari St Siprianus dari Karthago pada abad ketiga dan muncul dalam dokumen resmi Konsili Lateran IV (1215). Ungkapan ini mengajarkan, semua keselamatan datang dari Yesus Kristus sebagai Kepala, dan disalurkan melalui Gereja sebagai Tubuh Mistik-Nya. Dalam perkembangan sejarah, banyak Bapa Gereja maupun orang kudus yang memberi komentar dan penafsiran atas ungkapan ini. Konsili Vatikan II tidak menganulir ajaran ini, tapi memberikan penafsiran resmi dengan dua perubahan penting. Ajaran resmi ini kemudian dituangkan dalam Katekismus No. 846-848.
  • Kedua, perubahan mendasar pertama ialah kata “Gereja” tidak lagi dimengerti secara eksklusif sebagai Gereja Katolik Roma, tapi melingkupi Gereja-gereja dan komunitas kristiani lain yang diakui sebagai mengemban kenyataan eklesial (bdk. LG 8 dan UR 3). “Gereja” adalah Tubuh Mistik Kristus. Gereja-gereja dan komunitas kristiani lain juga bisa menjadi sarana keselamatan dan pembenaran bagi para anggotanya. Harus tetap ditegaskan bahwa sarana-sarana keselamatan yang penuh, tetap dalam Gereja Katolik (LG 14). Uraian ini menunjukkan, tidak benar jika dikatakan hanya anggota Gereja Katolik yang akan diselamatkan.
  • Ketiga, perubahan mendasar kedua berkaitan dengan mereka yang berada di luar Gereja, extra Ecclesiam. Konsili mengubah pengandaian dasar yaitu dari pengandaian bersalah, seperti penafsiran umumnya Abad Pertengahan, menjadi pengandaian tidak bersalah (bdk. LG 14 dan 16). Jika mereka tak bersalah, maka mereka akan diselamatkan. “Sebab mereka yang tanpa bersalah tidak mengenal Injil Kristus serta Gereja-Nya, tetapi dengan hati tulus mencari Allah, dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan kehendak-Nya yang mereka kenal melalui suara hati dengan perbuatan nyata, dapat memperoleh keselamatan kekal.” (LG 16) (KGK 847). Keselamatan inipun tetap diberikan melalui Yesus Kristus dan Gereja-Nya. Dalam dokumen terakhir Konsili Vatikan II ditegaskan hal yang sama, “Sebab karena Kristus telah wafat bagi semua orang, dan panggilan terakhir manusia benar-benar hanya satu, yakni bersifat ilahi, kita harus berpegang teguh, bahwa Roh Kudus membuka kemungkinan bagi semua orang, untuk dengan cara yang diketahui oleh Allah, digabungkan dengan misteri Paska itu.” (GS 22).
  • Keempat, keselamatan mereka semua ini tidak pernah terlepas dari Gereja Katolik yang di dalamnya berada Tubuh Mistik Kristus (LG 8). Mereka terkait dengan Gereja “dengan aneka cara” (LG 13 dan 16; bdk GS 22). Karena satulah asal dan tujuan hidup manusia, Allah memanggil semua orang untuk diselamatkan, “Jadi kepada kesatuan Katolik Umat Allah itulah, yang melambangkan dan memajukan perdamaian semesta, semua orang dipanggil. Mereka termasuk kesatuan itu atau terarahkan kepadanya dengan aneka cara, baik kaum beriman Katolik, umat lainnya yang beriman kepada Kristus, maupun semua orang tanpa kecuali, yang karena rahmat Allah dipanggil kepada keselamatan.” (LG 13). Jadi, Gereja diingatkan akan kewajiban misioner untuk mewartakan Kristus kepada mereka yang belum mengenal-Nya (LG 1.9.48; GS 45). Maka, Gereja Katolik sebagai lembaga tetap merupakan satu-satunya lembaga (sakramen) yang ditetapkan Allah dan diutus mewartakan keselamatan.


Penulis : Petrus Maria Handoko CM
Sumber : www.hidupkatolik.com, Kamis, 20 Agustus 2015 15:51 WIB.

Kamis, 30 Juli 2015

Allah Adalah Kasih, Apa Pendapat Anda Menyaksikan Hubungan Kasih di Bawah Ini ?


Anda mengenal gambar di atas ?
Bagi anda yang beragama Kristen Katolik pasti menjawab "Ya, itu gambar Tuhan Yesus yang menolong domba yang hilang, terjatuh ke dalam jurang!'. 

Gambar di atas memang menggambarkan kasih Tuhan kepada anda semua umat-Nya, coba bayangkan jika gambar di atas bukan Tuhan Yesus, namun seorang pengembala biasa/ seorang upahan apakah ia rela membahayakan dirinya menolong dombanya yang jatuh ke dalam jurang, dan dengan menolongnya, bisa saja ia malah ikut jatuh ke dalam jurang. Mungkin ya, mungkin tidak, seorang gembala melakukan tindakan "nekad" di atas dalam kehidupan kita sehari-hari.

Namun, tunggu dulu ternyata "kasih itu masih ada dan ada", mereka ternyata memiliki kasih yang melebihi kasih seorang gembala menyelamatkan domba yang menjadi tanggung jawabnya

Gambar di bawah memperlihatkan mereka yang rela meluangkan waktu, bahkan membahayakan dirinya demi menyelamatkan nyawa "sesamanya", walaupun sesamanya tersebut bukan milik dan menjadi tanggung jawabnya. Silahkan menyimak dan berkomentar.

Hubungan Antara Manusia dan Hewan_9
2 pemuda yang menyelamatkan "kucing liar". 

Hubungan Antara Manusia dan Hewan_13
2 pemuda yang beraruh nyawa menyelamatkan domba yang hanyut di sungai 
(mirip gambar Tuhan Yesus di atas ya ....)

Hubungan Antara Manusia dan Hewan_8
2 anak yang menyelamatkan anak anjing yang jatuh ke sungai.

Hubungan Antara Manusia dan Hewan_2
Kehebohan masa yang muncul di pinggir sungai/ laut, "hanya karena peristiwa" anak anjing hanyut.

Hubungan Antara Manusia dan Hewan_15
Korban banjir yang lebih mengutamakan keselamatan anak anjing miliknya daripada dirinya sendiri.

Hubungan Antara Manusia dan Hewan_16
Ups toloong selamatkan nyawa anak rusa ini......!

Hubungan Antara Manusia dan Hewan_21
Kehebohan kisah penyelamatan "seekor tikus/ hamster" yang terjepit di lobang gorong-gorong kota.
Bayangkan di sini tikus di anggap hama !

Hubungan Antara Manusia dan Hewan_22
Petugas pemadam kebakaran memberi nafas buatan kepada "ibu kucing"

Hubungan Antara Manusia dan Hewan_24
Biar bukan anakku, ia tetap harus ku susui

Hubungan Antara Manusia dan Hewan_18
Petugas pemadam kebakaran memakaikan  masker gas kepada anak kucing.

Hubungan Antara Manusia dan Hewan_14
Petugas pemadam kebakaran memberi minum kepada Koala, korban kebakaran hutan di Australia.

Hubungan Antara Manusia dan Hewan_11
Bayangkan sekali terpeleset, pria ini menjadi "korban banjir".

Hubungan Antara Manusia dan Hewan_27
Balas budi panda kepada insan penyelamat hidupnya.

Hubungan Antara Manusia dan Hewan_20.
Kebahagiaan yang "mungkin" tidak dia jumpai dalam hubungannya dengan "sesamanya".

Hubungan Antara Manusia dan Hewan_19
Ikatan batin lebih kuat daripada hubungan ibu-anak (anak badak ada di samping kaki petugas).

Hubungan Antara Manusia dan Hewan_7
Dalam hidupnya hanya dari dialah ia memperoleh kasih sayang.

Hubungan Antara Manusia dan Hewan_36
Pria ini hidup bersama segerombolan anjing di istana miliknya.

Hubungan Antara Manusia dan Hewan_12

Kasih tetap ada walau di saat anda merasa sangat ketakutan dan melenyapkannya.

Sabtu, 31 Januari 2015

Mengenal "Indulgensi", Harta Pusaka Gereja Katolik.

Ajaran Indulgensi

APA ITU INDULGENSI?

Indulgensi adalah harta pusaka surgawi yang istimewa yang dianugerahkan Gereja kepada kita untuk melunasi hutang dosa kita kepada Tuhan serta untuk memulihkan luka-luka jiwa kita yang diakibatkan oleh dosa.

Tuhan memberikan wewenang kepada Gereja untuk memberikan indulgensi atas perbuatan-perbuatan atau doa-doa tertentu, sehingga ketika kita melakukan perbuatan atau doa tersebut, kita boleh memperoleh indulgensi.

Meskipun indulgensi tidak dapat dipergunakan untuk orang lain yang masih hidup (mereka harus memperoleh indulgensinya sendiri!), kita dapat membantu jiwa-jiwa di api penyucian agar lebih cepat tiba di surga dengan mempergunakan indulgensi yang kita terima untuk membantu mereka melunasi hutang dosa mereka kepada Tuhan.


MENGAPA KITA MEMERLUKAN INDULGENSI?

Kamu mungkin berpikir, “Tetapi, bukankah saya sudah menerima Sakramen Tobat dan Tuhan sudah mengampuni dosa-dosa saya! Mengapa saya masih memiliki “hutang” kepada Tuhan?”

Frank Sheed, seorang pengkhotbah Katolik dari Inggris yang terkenal, menjawabnya demikian: Dosa adalah seperti menancapkan sebuah paku pada sepotong kayu. Ketika kamu mengakukan dosa-dosamu pada imam, dan Tuhan mengampunimu, sama halnya seperti mencabut paku dari kayu tersebut. Paku sudah tidak ada lagi, tetapi lubang yang ditimbulkannya tetap ada dan harus diperbaiki. Dengan berdosa kita telah melukai jiwa kita dan sekarang kita harus memulihkan kembali luka-luka itu.

Karena Dosa Asal (dosa ketidaktaatan Adam dan Hawa di taman Eden), manusia cenderung berbuat dosa daripada melakukan yang baik. Setiap dosa melukai jiwa kita dengan membuatnya lebih sulit untuk menghindarkan diri dari perbuatan dosa yang sama di waktu mendatang. Bahkan setelah kita bertobat, kita masih harus mengatasi kecenderungan ini dengan penitensi. Para kudus memahami hal ini dengan baik sekali; mereka seringkali melakukan matiraga atau silih agar dapat lebih menguasai keinginan-keinginan mereka.  

Namun demikian, karena kita tidak dapat melihat luka yang diakibatkan oleh dosa pada jiwa kita, kita seringkali tidak cukup menyesali dosa-dosa kita itu; kita lupa untuk berdoa serta lupa melakukan silih. Karenanya, jiwa kita harus dibersihkan, baik dalam masa kita hidup di dunia melalui berbagai pencobaan, atau kelak - sesudah kita meninggal - di api penyucian. Tuhan, melalui gereja-Nya, menyediakan bagi kita suatu “bonus” bagi doa dan silih yang kita lakukan, yaitu indulgensi. Jika kita melakukan suatu perbuatan atau mendaraskan suatu doa yang dinyatakan oleh Gereja dapat mendatangkan indulgensi (misalnya berdoa di hadapan Sakramen Mahakudus, mendaraskan doa Rosario dll), Gereja mempergunakan harta pusaka-Nya berupa jasa-jasa Kristus untuk “menebus” sebagian atau seluruh hutang dosa kita kepada Tuhan serta menyucikan jiwa kita bagi kita, selama kita mempunyai niat untuk memperoleh indulgensi.

Seorang biarawati dalam biara St. Theresia dari Avila, menyadari pentingnya indulgensi dan tidak pernah menyia-nyiakan setiap kesempatan untuk memperolehnya. Ketika biarawati itu meninggal, St. Theresia sangat terkejut melihat jiwa biarawati tersebut langsung naik menuju surga tanpa melalui api penyucian! Karena biarawati tersebut tampaknya biasa-biasa saja, St. Theresia bertanya kepada Yesus apa sebabnya jiwa biarawati tersebut dapat langsung menuju surga. Yesus menjawab bahwa itu semua karena semua indulgensi yang dengan setia diperolehnya, sang biarawati telah membayar lunas semua hutang dosanya kepada Tuhan, sehingga jiwanya bersih dan tak bernoda pada saat kematiannya!


HARTA PUSAKA GEREJA


Gereja Katolik mempunyai wewenang untuk memberikan indulgensi karena gereja memperolehnya dari kekayaan tak terhingga jasa-jasa Kristus, Bunda Maria dan semua orang kudus. Beata Maria dari Quito, seorang biarawati Spanyol, melihat dalam suatu penglihatan suatu harta pusaka yang berlimpah, yang - diterangkan kepadanya oleh Tuhan - melambangkan segala rahmat dan jasa-jasa Yesus (harta pusaka Gereja!) dari mana indulgensi diperoleh. Segala rahmat dan jasa-jasa ini dapat diperoleh siapa saja yang memenuhi persyaratan, yang biasanya amat mudah, untuk memperoleh indulgensi. Umat beriman yang tidak peduli untuk mendapatkan keuntungan dari indulgensi ini dapat diumpamakan seperti seorang pengembara yang melewati suatu padang penuh dengan perhiasan berharga, yang tidak mau merepotkan diri untuk memungut dan mengisi kantungnya dengan harta pusaka itu, meskipun ia tahu bahwa ia akan memerlukan harta tersebut setibanya di tempat tujuan.

Gereja menerima wewenang untuk memberikan indulgensi dari Yesus, yaitu ketika Ia memberikan kunci kerajaan Surga kepada Petrus, “Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” (Mat 16:19) Dalam bahasa modern, mungkin Yesus akan mengatakan, “Aku memberimu PIN untuk rekening bank surgawi-Ku.”

Pada abad kelimabelas dan keenambelas, Gereja memberikan indulgensi kepada mereka yang memberikan sumbangan untuk pembangunan katedral-katedral indah yang sedang dibangun pada saat itu. Sayang sekali, hal tersebut menimbulkan salah tafsir bahwa Gereja menjual indulgensi untuk mendapatkan uang. Sebagai akibatnya, kaum reformasi Protestan masa itu menolak mentah-mentah ajaran tentang indulgensi karena menganggapnya sebagai penyalahgunaan kuasa Gereja. Tentu saja mereka salah; meski pun mungkin ada beberapa penyalahgunaan, tetapi kuasa Gereja untuk memberikan indulgensi diberikan oleh Tuhan sendiri. Kaum Protestan itu ada benarnya juga ketika mengatakan bahwa kita tidak dapat sekedar membeli indulgensi seperti obat “mujarab” bagi jiwa kita! Kita harus mempunyai semangat penyesalan atas dosa-dosa kita agar dapat memperoleh manfaat indulgensi.


 MACAM-MACAM INDULGENSI

Ada dua macam indulgensi: indulgensi sebagian dan indulgensi seluruhnya.
  • INDULGENSI SELURUHNYA: indulgensi seluruhnya menghapuskan seluruh hukuman (siksa dosa sementara) yang timbul karena dosa-dosa kita. Jika seseorang menerima indulgensi seluruhnya dan tiba-tiba meninggal segera sesudahnya, maka orang itu tidak akan perlu pergi ke api penyucian! Wow! Jadi, bagaimana hal itu mungkin terjadi? Jawabannya amat sederhana: rahmat yang terkandung dalam indulgensi adalah tak terbatas (tentu saja, karena berasal dari jasa-jasa Kristus ya'kan?). Tetapi penyesalanmu sendiri atas dosa-dosamu adalah faktor yang menentukan dalam menerima rahmat ini. Salah satu syarat agar dapat menerima indulgensi seluruhnya ialah bahwa kamu tidak lagi mempunyai kelekatan terhadap dosa. Artinya kamu harus menyesali dosa-dosamu secara sempurna dan tidak ingin melakukannya lagi. Penyesalan sempurna ini membuka jiwamu lebar-lebar terhadap rahmat Tuhan, sehingga kamu dapat menerima rahmat indulgensi sepenuhnya. Tetapi, jika kamu melakukan perbuatan atau doa yang dapat mendatangkan indulgensi sepenuhnya, tetapi kamu masih memiliki kelekatan terhadap dosamu, kamu hanya menerima indulgensi sebagian.

  • INDULGENSI SEBAGIAN: indulgensi sebagian menghapuskan sebagian hukuman (siksa dosa sementara) yang timbul karena dosa-dosa kita. Gereja memberikan indulgensi sebagian atas perbuatan-perbuatan dan doa-doa yang tingkat kepentingannya kurang dibandingkan dengan yang memperoleh indulgensi seluruhnya. Pada masa yang silam, indulgensi biasa diukur dengan “hari” atau “tahun” yang sama dengan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melakukan silih berat (misalnya kamu mendaraskan suatu doa tertentu, kamu dapat memperoleh indulgensi “empat puluh tahun”). Tetapi, hal ini menyebabkan umat beriman hanya sekedar menambahkan jumlah hari-hari dan tahun-tahun indulgensi yang mereka peroleh dan bukannya memusatkan diri pada penyesalan sungguh-sungguh atas dosa. Jadi pada tahun 1969 Gereja menghapuskannya dari perkataan “indulgensi sebagian”. Indulgensi sebagian tidak diukur dengan jangka waktu yang pasti, karena manfaatnya bergantung pada keterbukaan kita sendiri terhadap Tuhan serta penolakan kita terhadap dosa. Bahkan indulgensi sebagian amatlah berharga bagi kita - apakah kamu akan mengeluh jika kamu berhutang Rp 20.000 dan seseorang membayarkan Rp 6.000 untukmu?!

Catatan: Indulgensi sebagian dapat diperoleh beberapa kali dalam sehari. Indulgensi seluruhnya hanya dapat diperoleh satu kali dalam satu hari.


 PERSYARATAN MENDAPATKAN INDULGENSI SELURUHNYA
  1. Melakukan perbuatan atau mendaraskan doa yang dapat mendatangkan indulgensi.
  2. Mengakukan dosa-dosamu kepada imam dengan penyesalan sempurna karena telah menghina Tuhan.
  3. Menerima Komuni Kudus.
  4. Berdoa bagi intensi Bapa Suci (doa-doa yang lazim ialah Bapa Kami, Salam Maria dan Sahadat Para Rasul).

Perlu diketahui bahwa kita perlu menerima Komuni Kudus untuk setiap indulgensi seluruhnya, tetapi satu Sakramen Tobat dapat dipergunakan untuk beberapa indulgensi.


DOA & PERBUATAN YANG DAPAT MENDATANGKAN INDULGENSI
  • SECARA UMUM:

Indulgensi sebagian diberikan kepada umat beriman yang, dalam melaksanakan kewajibannya dan dalam menanggung pencobaan-pencobaan hidupnya, mengangkat akal budi mereka dengan penuh percaya dan rendah hati kepada Tuhan, dan menyerukan - bahkan jika hanya secara batin - seruan-seruan saleh (misalnya “Bunda Maria, doakanlah kami", dsbnya).

Indulgensi sebagian diberikan kepada umat beriman yang dengan semangat iman dan belas kasihan memberikan dirinya atau harta miliknya untuk melayani sesamanya yang membutuhkan.

Indulgensi sebagian diberikan kepada umat beriman yang dengan semangat silih secara sukarela menjauhkan diri dari segala sesuatu yang mereka senangi.

Indulgensi sebagian diberikan kepada umat beriman yang menjadi saksi iman di lingkungan bukan Katolik (hal ini bahkan dapat sangat sederhana seperti berdoa di sebuah restaurant!).

  • BERBAGAI MACAM DOA YANG MENDATANGKAN INDULGENSI:
Api Penyucian

  1. Rosario (indulgensi seluruhnya apabila didaraskan di gereja, atau dalam kelompok atau dalam keluarga, indulgensi sebagian di luar kondisi tersebut).
  2. Jalan Salib, Syahadat Nicea (indulgensi seluruhnya).
  3. Litani Hati Yesus yang Mahakudus, Litani Santa Perawan Maria atau Litani Orang Kudus (indulgensi sebagian).
  4. Ratu Surga, Syahadat Para Rasul, Tanda Salib, doa untuk panggilan hidup religius dan imamat (indulgensi sebagian).


  • BERBAGAI MACAM PERBUATAN YANG MENDATANGKAN INDULGENSI:

  1. Mengunjungi makam dan berdoa bagi mereka yang sudah meninggal (indulgensi penuh dari tanggal 1 hingga 8 November, dan indulgensi sebagian untuk hari-hari lainnya. Indulgensi ini diperuntukkan bagi jiwa-jiwa di api penyucian).
  2. Sembah sujud di hadapan Sakramen Mahakudus (indulgensi sebagian, indulgensi seluruhnya jika sembah sujud lebih dari setengah jam).
  3. Membaca Kitab Suci (indulgensi sebagian, indulgensi seluruhnya apabila lebih dari setengah jam).
  4. Mengajar atau belajar ajaran Gereja (indulgensi sebagian).
  5. Meluangkan waktu sedikitnya tiga hari dalam suatu retret (indulgensi seluruhnya).
  6. Ambil bagian dalam Penghormatan Salib dalam Ibadat Jumat Agung dan mencium salib dengan khidmat (indulgensi seluruhnya).
  7. Pembaharuan Janji Baptis (indulgensi sebagian, indulgensi seluruhnya jika pembaharuan Janji Baptis dilakukan pada Malam Paskah atau pada peringatan pembaptisan seseorang).

Catatan: masih ada banyak macam dan ragam indulgensi lainnya.


TAHUKAH KAMU?

Meskipun kamu tidak dapat mempergunakan indulgensi yang kamu peroleh bagi orang lain yang masih hidup (mereka harus mendapatkan indulgensi mereka sendiri!) kamu dapat memohon kepada Tuhan untuk mempergunakan indulgensi yang kamu peroleh untuk membebaskan jiwa-jiwa di api penyucian. Juga jangan lupa memohon bantuan doa dari jiwa-jiwa menderita itu agar mendoakanmu jika kelak mereka telah tiba di surga; tanpa kamu sadari kamu telah menjalin persaudaraan dengan para kudus di surga!

Sumber : :"Indulgences: the treasures of the Catholic Church"; Catholic Youth Networking; www.catholicyouth.freeservers.com

Dikutip dari : www.indocell.net/yesaya”

Apakah Ajaran Tentang Indulgensi Masih Aktual Untuk Jaman Sekarang Ini ?

Ajaran Indulgensi

Dalam penanggalan liturgi 2014, halaman 54, dikatakan tentang “indulgensi penuh” dan “indulgensi sebagian”. Apakah ajaran tentang indulgensi ini masih aktual? Apa itu indulgensi?
Martinus Natadiredja


Pertama, ajaran tentang indulgensi diungkapkan Gereja dalam berbagai dokumen, yaitu Konstitusi Apostolik Indulgentiarum doctrina (1 Januari 1967), Enchiridion Indulgentiarum (1968), KHK 992-997 (1983), Ensiklik Aprite portas Redemptori (1983) dan KGK 1471-1479 (1993). Dokumen Gereja yang bertubi- tubi ini menjadi bukti bahwa ajaran tentang indulgensi masih sangat aktual. Untuk mengerti ajaran ini, perlu dimengerti terlebih dahulu tentang perbendaharaan rohani, persekutuan para kudus, kuasa Gereja untuk melepas dan mengikat, serta tentang akibat dosa dan pengampunan dosa.

Kedua, perbendaharaan rohani. Setiap perbuatan baik menghasilkan pahala, yaitu meningkatkan rahmat pengudus dalam jiwa, sehingga kita semakin dilayakkan menerima ganjaran surgawi. Sedangkan setiap tindakan pertobatan dan silih dapat mengurangi hukuman yang seharusnya diterima karena dosa.

Maka, kita bisa mengatakan bahwa perbuatan baik dan tindakan pertobatan bersifat melunasi hutang. Sebagai pribadi yang bebas, kita bisa menentukan untuk menerapkan pelunasan hutang itu untuk diri kita sendiri atau untuk orang lain. Dengan sengsara dan wafat-Nya di salib dan juga semua perbuatan baik-Nya, Dia melunasi hutang dosa kita.

Semua pahala itu dikumpulkan dalam perbendaharaan rohani Gereja. Bunda Maria dan para kudus yang lain, baik yang sudah diresmikan Gereja maupun yang tak diresmikan, ikut serta memperkaya perbendaharaan rohani Gereja dengan tindakan mulia yang mereka lakukan. Dari perbendaharaan rohani ini, kita bisa menikmati keuntungan pelunasan hutang dosa, seperti yang dimaksud Paulus, “Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat.” (Kol 1:24).

Ketiga, persekutuan para kudus (KGK 1474-1477). Karena dipersatukan dengan Yesus Kristus, maka kita bersatu sebagai satu Tubuh dengan Yesus Kristus sebagai Kepala. Ketika satu anggota menderita, anggota yang lain bisa ikut merasakan, bahkan meringankan penderitaan, yaitu dengan memberikan kekuatan baru. Dalam Tubuh Kristus, semua anggota memiliki semua hal bersama-sama. Para anggota yang sedang berjuang di dunia maupun yang sedang menderita dalam api penyucian bisa menerima kekuatan rohani dari perbendaharaan rohani Gereja.

Keempat, kuasa Gereja untuk melepaskan dan mengikat (Mat 16:19) membuat Gereja mampu melepaskan ikatan dosa dan hukuman dosa melalui pengampunan, dan memperbaiki akibat dosa melalui karya baik dan pahala dari perbendaharaan rohani Gereja (KGK 1478-1479). Gereja berhak menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi (bdk. KHK Kan 995-997) agar disalurkan kekayaan rohani untuk pelunasan akibat dosa.

Kelima, dosa yang dilakukan manusia membawa serta hukuman dosa dan akibat dosa. Yang dimaksud dengan akibat dosa ialah melemahnya daya tahan rohani dari si pendosa dan semakin kuatnya keterlekatan pendosa pada objek dosa. Akibat dosa berkaitan dengan sikap batin dari orang yang bersangkutan.


Dokumen resmi Gereja menyebut akibat dosa ini “hukuman sementara” (KHK kan. 992) atau “siksa dosa sementara” (KGK 1471, 1472). Sakramen Rekonsiliasi memberikan pengampunan atas dosa dengan menghapuskan hukuman dosa, tapi tak langsung memperbaiki sikap batin orang itu. Di sinilah peran indulgensi. Jadi, indulgensi ialah penerapan kekayaan rohani Gereja untuk memperbaiki sikap batin pendosa atau perbaikan akibat dosa. Jika perbaikan itu menyeluruh, maka disebut indulgensi penuh, sedangkan jika perbaikan itu sebagian, maka disebut indulgensi sebagian (KHK Kan 993-994). Jadi, dosa tidak bisa dihapus dengan indulgensi. Indulgensi hanya menghapuskan akibat dosa.

Penulis : RP Petrus Maria Handoko CM
Sumber : http://www.hidupkatolik.com, Selasa, 27 Januari 2015 14:54 WIB

Selasa, 20 Januari 2015

Doa Yesus ? Sudahkah anda Mengetahuinya ?


Inti hidup kita adalah relasi pribadi dengan Tuhan, sebab tanpa relasi ini tidak ada hidup rohani. Oleh karena itu, saudara-saudariku, marilah kita mencari relasi ini, membinanya, dan memohon agar kita semakin disatukan dengan diri-Nya.

Banyak cara untuk membina hubungan pribadi ini; untuk berdoa. kita dapat berdoa kepada-Nya dalam Ekaristi, Ibadat Harian, Doa Hening atau Doa Yesus, Lectio Divina, Adorasi, Devosi-devosi, serta doa di dalam sikap batin kita. Dalam artikel ini kita akan mengenal Doa Hening atau "Doa Yesus".

Doa hening atau doa Yesus adalah sebuah bentuk doa yang sederhana, tetapi mampu membawa kita pada kedalaman doa yang besar. Doa ini merupakan kekuatan hidup kita. Melalui doa ini Tuhan akan dapat mencurahkan kepada kita cinta dan kebijaksanaan-Nya.

Ketika orang menyentuh jumbai jubah Tuhan, suatu kekuatan keluar dari-Nya dan menyembuhkan segala penyakit. Kini kita tidak lagi memiliki pakaian-Nya, tetapi sebagai gantinya kita memiliki Tubuh dan Darah-Nya, juga kemungkinan untuk mengucapkan nama-Nya dengan iman, cinta kasih, sambil mengenali dengan dorongan Roh Kudus, bahwa Ia sungguh-sungguh Tuhan. Di dalam nama Yesus sendiri hadir seluruh pribadi-Nya. Dengan menyerukan nama-Nya dengan penuh iman dan cinta kasih, kuasa-Nya yang menyembuhkan juga hadir bagi kita.

Petrus dan Yohanes di depan pintu gerbang kenisah, semua rasul dan para kudus memakai kuasa Nama ini untuk menyembuhkan orang-orang sakit atau untuk mengusir setan. Tuhan sendiri mengundang kita untuk berbuat yang sama.

“Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, ku akan melakukannya.” 
(Yoh 14:14)

 Banyak sekali orang Kristen yang menyucikan dirinya dengan mengucapkan nama Yesus ini secara terus menerus. Yang satu hanya mengucapkan Nama itu saja. Yang lainnya menambahkan suatu permohonan minta bantuan Tuhan untuk saat itu seperti misalnya:

“Tuhan Yesus, datanglah menolong aku.”

 Yang lain lagi, lebih banyak jumlahnya, menambahkan pada Nama Tuhan ini pengakuan iman Petrus, seruan si buta serta pengakuan di pemungut bea. Seruan ini membawa kita kepada kerendahan hati serta cintakasih yang mendalam:

“Tuhan Yesus Kristus, Putera Allah yang hidup, kasihanilah aku, orang berdosa ini.”



1. Apakah doa itu?

Doa adalah suatu hubungan pribadi dengan Allah yang diungkapkan dalam suatu percakapan, pujian, syukur, permohonan, kerinduan, penyesalan, masuk dalam keheningan dan mendengarkan suara Allah yang berbicara kepada kita. Allah telah menciptakan kita menurut gambar dan rupa-Nya sendiri, Ia begitu mengasihi kita dan ingin agar kita memasuki hubungan yang mesra dengan Dia. Hubungan antara manusia dengan Allah itu bukan buah pikiran atau khayalan manusia, melainkan buah karya keselamatan Allah. Allah yang menanamkan kerinduan itu di dalam hati manusia. Allah menghendaki agar kita mengenal Dia sungguh-sungguh dan memasuki aliran hidup yang ada di dalam diri Allah sendiri. Dalam Kristus, Bapa menawarkan cinta-Nya kepada kita. Ia ingin agar kita memasuki persekutuan hidup dengan-Nya. Jadi Allah yang lebih dahulu menawarkan hubungan ini kepada kita. Bagaimana kita dapat menjawab tawaran Allah ini dengan semestinya? Yaitu bahwa Allah telah mengutus Roh-Nya sendiri untuk membantu kita dalam kelemahan kita, sebab kita tidak tahu bagaimana seharusnya berdoa, tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tak terucapkan (Rm 8:26).


2. Yesus adalah teladan kita dalam berdoa

Yesus adalah pendoa yang sejati, dalam seluruh hidup-Nya Ia mempunyai hubungan yang mesra dengan Bapa-Nya. Kita melihat dalam Injil, Yesus sering pergi ke tempat yang sunyi untuk berdoa (Mrk 1:35), Yesus berdoa di atas gunung Tabor bersama murid-murid-Nya (Luk 9: 28-30). Dalam pelayanan-Nya kepada orang banyak Yesus selalu berdoa; ketika mengadakan perbanyakan roti Yesus menengadah ke langit mengucap syukur kepada BapaNya; Yesus berdoa di taman Getsemani ketika akan menghadapi ajal-Nya (Luk 22:39-46). Jadi dapat disimpulkan bahwa doa Yesus memancar keluar dari hubungan-Nya yang mesra dengan Allah Bapa. Semakin Yesus bergaul mesra dengan Bapa-Nya, maka semakin nyata bahwa Yesus selalu hidup di hadirat Bapa. Seperti dikatakan dalam Injil Yoh 4:34, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku.” Apa yang dilihat-Nya dikerjakan oleh Bapa-Nya itulah yang dikerjakan-Nya (Yoh 5: 19).Yesus juga mengundang kita semua untuk mengambil bagian dalam hubungan-Nya yang mesra dengan Bapa-Nya ini. Ia mengutus Roh-Nya supaya dalam kuasa Roh itu kita dijadikan anak-anak-Nya dan mengambil bagian dalam misteri hubungan yang mesra dengan Allah Bapa. “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utu.” (Yoh 17:3).


3. Inti Doa Yesus

Doa Yesus amat populer dalam tradisi Gereja Timur, dan sudah tersebar luas juga dalam Gereja Katolik. Inti doa Yesus ini adalah penyeruan nama Yesus, itulah sebabnya disebut doa Yesus. Penyeruan nama Yesus itu bukan hanya secara mekanis saja, tetapi harus disertai dengan iman, harapan, dan kasih. Penyeruan nama Yesus itu harus merupakan ungkapan kerinduan hati untuk mengenal dan mengalami kasih-Nya. Kita mencurahkan seluruh isi hati kita, kerinduan kita dalam nama suci itu. Doa ini bersandar pada kekuatan nama Yesus, “Barangsiapa berseru kepada nama Yesus akan diselamatkan” (Kis 2:21. Kis 4:12). Dengan menyerukan nama Yesus kita memanggil hadir Yesus sendiri atau lebih tepat kita menghadirkan diri pada Roh yang sesungguhnya sudah senantiasa hadir, tetapi tidak kita sadari kehadiran-Nya. Nama Roh itu akan menyelamatkan, menyembuhkan, menyucikan kita. Rumusan doa Roh secara kongkrit itu demikian: “Yesus, Yesus, Yesus kasihanilah aku.” Ada pula yang memakai rumusan: “Yesus, Putera Allah yang hidup, kasihanilah aku orang yang berdosa ini.” Seruan ini berasal dari seruan si buta dari Yerikho yang memohon kesembuhan kepada Yesus (Luk 18:38), atau doa si pemungut cukai “Ya Yesus kasihanilah aku orang berdosa ini” (Luk 18:13). Juga dapat hanya disebutkan “Yesus, Yesus” saja, atau bahkan hanya “Yesus” saja. Kata-katanya dapat berbeda-beda, tetapi sangat dianjurkan berpegang pada satu rumusan saja. Banyaknya kata-kata dalam doa kerapkali mengisi roh kita dengan gambaran-gambaran yang tidak berguna serta mencerai-beraikan perhatian, sedangkan kata tunggal menghasilkan pemusatan perhatian ke dalam, demikian nasehat Santo Yohanes Climakus, salah seorang tokoh dalam bidang ini.


4. Latihan penyadaran

Seringkali orang sukar berdoa karena kebisingan dan keramaian jiwanya. Oleh karena itu perlulah diciptakan keheningan dalam dirinya lebih dahulu, supaya dapat memasuki doa yang lebih dalam. Untuk tujuan ini dapat dipakai latihan penyadaran. Tujuan latihan ini adalah untuk memperbesar daya konsentrasi dan kepekaan terhadap alam sekitar dan dengan demikian juga kepekaan terhadap karya Roh di dalam dirinya. Latihan penyadaran itu dapat diarahkan pada suara, memusatkan pandangan pada sesuatu seperti salib, lilin, merasakan sentuhan pada pakaian yang melekat di tubuh, merasakan udara yang sejuk yang menyentuh kulit, menyadari pernapasan, dll. Latihan penyadaran ini dilakukan untuk membantu konsentrasi.


5. Doa dan pernapasan

Doa ini dapat dimulai dengan bantuan rosario. Doa ini dapat didoakan setiap waktu, dalam situasi apapun juga, di dalam bis, atau kereta api, atau ketika kita melakukan aktivitas sehari-hari yang tidak membutuhkan konsentrasi penuh. Misalnya jika sedang mengerjakan pembukuan tentu kita membutuhkan konsentrasi penuh. Doa Yesus bisa dilakukan misalnya sambil mengemudikan kendaraan, menyapu, berjalan, menunggu antrian dokter, dll.

Doa Yesus ini hendaknya bukan hanya aktivitas lahiriah saja, namun harus membawa kita kepada doa yang lebih batiniah. Untuk mencapai tujuan itu kita dapat mengiramakan doa itu dengan pernapasan, seturut keluar masuknya napas.

Ambillah sikap duduk yang baik, entah dengan bersila ataupun dengan dingklik. Yang penting punggung harus tegak. Kalau bersila, usahakan agar kedua lututmu menempel pada lantai. Mata dapat dipejamkan atau dibuka. Kalau dibuka arahkan kira-kira satu meter ke depan di lantai. Mata yang terbuka dapat mengurangi pelanturan.

Mulailah dengan menyebut nama Yesus dengan penuh iman dan cintakasih. Engkau dapat meritmekannya pada irama napasmu, namun ini tidak mutlak. Waktu tarik napas: Yeee, waktu keluar: susss. Atau boleh juga: Tuhannnn --- Yesussss. Dapat pula: Tuhan Yesus Kristus ---- Putera Allah yang hidup ----- Kasihanilah aku ----- orang berdosa ini. Atau: Tuhan Yesus Kristus ----- kasihanilah aku.

Misalnya: waktu menarik napas mendoakan “Tuhan Yesus Kristus”, waktu mengeluarkan napas menyerukan “kasihanilah aku.” Dapat pula lebih pendek “Tuhan Yesus” saja.

Dengan semakin diresapi oleh nama Yesus, semakin dekat pula pribadi Yesus denganmu. Sampai suatu ketika nama Yesus menjadi selalu menggema dalam diri kita, menjadi komunikasi tidak kunjung putus antara kita dan Dia.

Bahkan hanya nama Yesus saja, “Ye--sus” atau “Ye--su”. Dengan mengatur doa seturut pernapasan, roh kita menjadi tenang, menemukan damai. Perhatiannya mudah dipusatkan dan ia sedikit demi sedikit menguasai gerak pikiran, fantasi, ide-ide. Ia menjadi terarah ke dalam dan makin menjadi satu, maka terciptalah harmoni.


6. Halangan-halangan doa

Menurut St. Theresia dari Avila, Allah bertahta di kedalaman lubuk hati kita. Allah berdiri di depan pintu hati kita dan mengetuk (Why 3:20). Untuk berjumpa dengan Allah, kita harus masuk ke dalam hati kita. Hal ini hanya bisa terlaksana kalau kita mengheningkan hati dari segala macam keributan seperti kecemasan, ketakutan, kekuatiran, dendam, rasa bersalah, iri hati, menyimpan jimat, belajar ilmu gaib bela diri, mempunyai ikatan dengan kuasa gelap, perdukunan, tukang ramal, dan macam-macam dosa lainnya. Untuk itu kita harus membuka hati terhadap Tuhan, minta pengampunan, bertobat dan merasakan kerahiman-Nya / belas kasihan-Nya.


7. Motivasi doa

Hendaklah doa Yesus ini dijalankan dengan motivasi yang murni. Doa itu hendaknya merupakan persembahan diri yang murni kepada Allah. Memberikan waktu secara cuma-cuma bagi Tuhan, memboroskan waktu untuk Tuhan, sebab Dia pantas dicintai demi diri-Nya sendiri. Doa kita harus bertujuan untuk sekedar hadir di hadapan Allah yang dirindukan oleh jiwa kita. Biarpun kadang-kadang doa itu kering sekali, toh doa ini sangat berharga. Sebab dalam keheningan dan ketenangan, Allah dapat menyatakan diri secara rahasia kepada jiwa, dan secara rahasia Allah mencurahkan cinta dan kebijaksanaan dalam hati kita, sehingga tanpa tahu bagaimananya, hati kita mulai berkobar dalam cinta kasih Allah dan lebih merindukan Dia.


8. Gejala-gejala yang kadang-kadang menyertai doa

Dalam doa Yesus kadang-kadang timbul gejala seperti: badan bergoyang ke depan atau ke belakang, ke samping, melihat terang / sinar, melihat vision / penampakan, tangan bergetar, merasa dipeluk Yesus, air mata mengalir, mengalami aliran hangat atau dingin, dll. Kalau ada pengalaman-pengalaman tersebut tidak usah diperhatikan, dalam doa janganlah mencari pengalaman-pengalaman. Kalau ada pengalaman bersyukur, tidak ada pengalaman juga tetap bersyukur. Sebab dalam doa itu kita tidak mencari hiburan / pengalaman, melainkan mencari Yesus yang hadir dalam hati kita. Baik tidaknya doa tidak tergantung dari keadaan in / hambar, lamanya berjam-jam, ada hiburan atau tidak, tetapi dilihat dari buah-buahnya. Kalau terjadi pelanturan jangan menjadi marah atau jengkel, tetapi dengan tenang kembali lagi menyadari kehadiran Tuhan dan menyerukan nama Yesus.


9. Buah-buah doa Yesus

Doa Yesus dapat memulihkan keutuhan manusia. Akibat dosa asal, maka manusia terpecah-belah, kodratnya terluka, sehingga daya-daya jiwa tidak bekerja dengan harmonis, pikiran melayang-layang, perasaan bermacam-macam, susah senang, sakit hati, cinta, dendam, kemauan menjadi lemah, karena pikiran dan perasaan sukar terpusat kepada Allah.

Dalam tradisi Gereja Timur, nama Yesus tidak boleh hanya berhenti di otak, tetapi harus turun ke hati. Jadi pikiran diberi tugas untuk mengulang-ulang nama Yesus dan hati terpusat kepada Allah, maka pribadi kita akan menjadi utuh kembali. Memperbesar daya perhatian dan konsentrasi, ingatan menjadi lebih kuat. Doa Yesus dapat menjadikan kita lebih peka terhadap dorongan Roh Kudus. Kalau hati dan pikiran tenang dan damai, maka suara Tuhan mudah terdengar. Bila orang makin terbuka kepada Roh Kudus, maka buah-buah Roh juga akan nampak dalam kehidupannya sehari-hari antara lain kerendahan hati, kasih, damai sejahtera, sukacita, dll (Gal 5:22). Doa Yesus bila dilakukan dengan tekun dan setia akan menghantar orang kepada kontemplasi yang murni, sebabnya ialah karena roh membiasakan diri untuk mengarahkan perhatiannya kepada satu arah yaitu kehadiran Yesus, akhirnya pelanturan berkurang, dan lama kelamaan hilang. Roh kita akan memasuki tahap keheningan yang mendalam dan orang akan berdoa dalam roh dan kebenaran, mencapai tahap kontemplasi. Keheningan dibutuhkan manusia untuk berkembang secara rohani. Di sini orang dapat mengalami penyembuhan dari kekacauan psikis, kekosongan hidup masa lampau, dibebaskan dari ikatan-ikatan yang tidak teratur dan mengalami cinta kasih Allah yang tak terkatakan. Dalam hidup ini, orang akan dipenuhi oleh kebahagiaan akan kehadiran Allah; mengalami kemanisan kemuliaan surgawi sudah dalam hidup ini. Orang dibebaskan dari segala macam kerisauan, lebih tahan menanggung segala beban dan salib kehidupan. Budinya akan memperoleh terang ilahi yang lebih besar sehingga akan lebih dapat menyelami misteri Allah, baik dalam Kitab Suci maupun karya Allah yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Doa Yesus dapat mempengaruhi kehidupan fisik kita. Pernapasan yang teratur akan membantu kesehatan.


10. Keheningan dan kontemplasi

Bila suatu saat orang merasa tertarik untuk diam saja tanpa mengucapkan sesuatu, maka turuti saja dorongan untuk diam itu tanpa menyebut nama Yesus. Asalkan dalam diam itu orang secara samar-samar menyadari bahwa Allah hadir. Dalam hal ini jangan takut untuk diam saja tanpa berbuat sesuatu, janganlah takut untuk menganggur, karena diam seperti itu lebih berharga dari segala aktivitas yang dapat dipikirkan, entah dengan budi, entah dengan ingatan sendiri ataupun dengan kehendak. Justru dalam keheningan inilah Roh Allah tanpa halangan dapat memurnikan serta membebaskan orang dari ikatan-ikatan, serta mencurahkan kebijaksanaan dalam diri seseorang. Tanpa tahu bagaimananya Tuhan menumbuhkan kebajikan-kebajikan dalam diri seseorang. Doa Yesus dapat menghantar orang pada kontemplasi yang murni. Kontemplasi berasal dari kata 'kontemplare' yang berarti memandang Allah dengan sikap sembah sujud penuh hormat / penuh perhatian. Di sini yang dipandang adalah Allah berserta misteri-misteri-Nya. Kita memandang-Nya dengan sikap iman penuh kekaguman. Menyadari kebesaran dan kemuliaan Allah, sehingga orang tidak menemukan kata-kata lagi, satu-satunya sikap yang pantas adalah hanya diam penuh hormat dan kekaguman. Dalam sikap diam ini terkandung sikap penyerahan diri, sembah sujud dan keterbukaan terhadap Allah. Membiarkan diri diperlakukan oleh Allah menurut rencana dan kehendak-Nya.


11. Sikap tubuh dalam doa Yesus
  1. Bisa duduk dengan dingklik / kursi atau bantal doa.
  2. Bisa duduk bersila lotus penuh atau setengah lotus.
  3. Punggung tegak.
  4. Pandangan lurus ke depan.
  5. Tangan diletakkan di pangkuan dengan posisi terbuka atau tertelungkup.
  6. Pejamkan mata.
  7. Bernapas biasa.

12. Petunjuk praktis untuk orang yang memimpin doa Yesus

Pada permulaan bisa diangkat lagu pujian dan penyembahan, satu atau dua lagu riang, satu lagu penyembahan, kemudian doa pembukaan, lalu diberikan tentang teori doa Yesus / penjelasan, setelah selesai penjelasan umat diajak menyanyi satu lagu penyembahan, kemudian diajak untuk menyiapkan hati / membuka hati bagi Tuhan.

  • Ajaklah umat untuk mengambil posisi duduk yang sesuai untuk doa Yesus.
Ajaklah umat untuk mengambil napas panjang dua / tiga kali supaya menjadi lebih tenang, khususnya kalau baru beralih dari suatu kesibukan tertentu. Dapat juga mengajak umat untuk melakukan penyadaran misalnya: menyadari pernapasan, pakaian yang melekat, udara sejuk yang menyentuh kulit, menangkap suara alam dll. Mengajak umat menyadari bahwa saat ini adalah saat yang indah untuk bertemu Tuhan dalam doa, dalam lubuk hati, mempersembahkan waktu untuk Tuhan secara cuma-cuma.

  • Ajaklah umat untuk menyadari kehadiran Tuhan dalam lubuk hati / jiwa.
Ajaklah umat untuk menyerukan Nama Yesus seturut ritme pernapasan. Menyerukan Nama Yesus dengan penuh kerinduan, dengan penuh iman harapan dan kasih.

Biarkan umat memasuki keheningan dalam doa Yesus, pemimpin doa jangan terlalu banyak bicara. Membiarkan umat masuk dalam keheningan.

Bila umat kelihatan gelisah, mungkin sulit konsentrasi, atau melantur, sesekali diajak kernbali lagi untuk menyerukan Nama Yesus dengan penuh kesadaran / kerinduan.

Pada akhir doa jangan begitu saja keluar dari doa, akhirilah dengan suatu ucapan syukur atau
perlahan-lahan mendoakan Bapa Kami. Bisa juga dinyanyikan satu lagu penutup / lagu syukur pada Tuhan.

Sumber : 

  1. http://www.carmelia.net/index.php/artikel/spiritualitas/122-cara-cara-doa
  2. Rm. Yohanes Indrakusuma, O. Carm, “Vacare Deo” edisi Juli / Tahun V / 2003; Media Pengajaran Komunitas Tritunggal Mahakudus; Pertapaan Shanti Bhuana, dikutip dari : http://www.indocell.net/.

Anda perlu baca juga :

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...