Selasa, 01 November 2016

Misteri Lapisan Tersembunyi di Makam Yesus Kini Terungkap.


Arkeolog menemukan lapisan tersembunyi di makam batu Yesus di Yerusalem. 

Lapisan itu ditemukan ketika tim dari National Geographic Society dan National Technical University of Athens melakukan pemetaan radar di Gereja Makam Suci, gereja yang dibangun di atas makam Yesus.

Lapisan tersembunyi itu diduga merupakan gua asli tempat jasad Yesus dipersitirahatkan usai disalib.

"Apa yang ditemukan sangat mengagumkan. Saya biasanya menghabiskan waktu di makam Raja Tut. Ini lebih penting," kata arkeolog National Geographic Society, Fredrick Hiebert, seperti dikutip Science Alert, Jumat (28/10/2016).

Lapisan tersembunyi di makan Yesus ini ditemukan bersamaan dengan proyek restorasi Gereja Makam Suci.

Lokasi makam Yesus diidentifikasi pertama kalinya tahun 326 Masehi. Makam ditutup dengan batu marmer. Sejak tahun 1550, batu marmer itu tak pernah dibuka.

Lewat proyek ekskavasi, ilmuwan membuka makam Yesus untuk pertama kalinya.

Penutup marmer pertama telah dibuka. Arkeolog kini tengah berupaya membuka lapisan penutup marmer kedua yang diduga langsung terhubung dengan ruang gua tempat jasad Yesus dahulu diperistirahatkan.

"Analisis ilmiah akan panjang, tapi kita akan melihat batu tempat jasad Yesus direbahkan," kata Hiebert.


Membuka makam Yesus, arkeolog akan mampu mempelajari tempat jasad Yesus direbahkan, sejarah tempatnya, serta peristiwa yang sebenarnya terjadi saat Yesus wafat.

Tantangan ekskavasi kali ini adalah waktu. Arkeolog cuma diberi waktu 60 jam oleh komunitas Kristiani setempat.

Setelah ekskavasi, makam akan didutupo kembali. Namun, celah marmer masih memungkinkan pengunjung Gereja Makam Suci untuk melihat ke dalam.

Belum jelas apa yang ada di dalam makam Yesus. Namun, penemuan lapisan tersembunyi ini sudah menarik.

Gereja Makam Suci dibangun pada abad ke-12. Yesus sendiri diduga disalib antara tahun 30 - 33 Masehi pada usia sekitar 29 tahun.

Penulis & Editor : Yunanto Wiji Utomo
Sumber : http://sains.kompas.com, Jumat, 28 Oktober 2016, 19:54 WIB.

Jumat, 04 Maret 2016

Mengapa Banyak Peristiwa di Devosi "Jalan Salib" Tidak Tertulis di dalam Injil?

Yesus berjumpa dengan Bunda-Nya

Yesus berjumpa dengan Bunda-NyaKisah sengsara Yesus dalam Injil - terutama sekali tulisan St Lukas - menjadi sumber bagi sebagian besar dari keempatbelas perhentian Jalan Salib tradisional. Peristiwa Yesus dijatuhi hukuman mati oleh Pilatus, Yesus memanggul salib-Nya, Simon dari Kirene membantu memanggul salib, perempuan-perempuan yang menangisi-Nya, pakaian Yesus ditanggalkan, Yesus disalibkan, Yesus wafat, Yesus diturunkan dari salib dan dimakamkan, semuanya dicatat dalam Kitab Suci.

Tetapi bagaimana dengan peristiwa-peristiwa yang tidak disebutkan dalam Injil? 
  • Misalnya peristiwa Yesus berjumpa dengan Maria, Bunda-Nya; 
  • Veronika mengusap wajah Yesus; Yesus jatuh sebanyak tiga kali? 
  • Dari manakah kisah-kisah ini berasal? Tampaknya kisah-kisah tersebut berasal dari para peziarah perdana yang mengunjungi Yesusalem.



Yesus berjumpa dengan bunda-Nya, Yesus jatuh tiga kali

Yesus jatuh pertama kali

Menurut Injil Yohanes, Bunda Maria berdiri dekat Salib Yesus (Yoh 19:25-27). Tidakkah Bunda Maria termasuk dalam rombongan yang mengikuti-Nya dalam perjalanan-Nya ke Kalvari, dan tidak mungkinkah mereka bertemu dalam perjalanan itu? Para peziarah yang napak tilas di sepanjang Via Dolorosa (=Jalan Sengsara) yakin dengan pasti akan hal tersebut.

Yesus tentulah teramat lemah selama sengsara-Nya. Jika tidak demikian, mengapakah Simon dari Kirene dipaksa untuk membantu memanggul salib-Nya? Bukankah penderaan yang dilakukan oleh para prajurit Pilatus demikian dahsyatnya? Para peziarah yang melewati Via Dolorosa dengan pasti menyimpulkan bahwa Yesus jatuh lebih dari satu kali oleh sebab kondisi-Nya yang sedemikian lemah. Sementara para peziarah sendiri menapaki jalan Yerusalem yang sulit serta berliku-liku, mereka yakin bahwa pastilah Ia jatuh berulang kali.


Kisah Veronika

Veronika mengusap Wajah Yesus

Veronika mengusap Wajah YesusKisah Veronika tidak diceriterakan dalam Injil mana pun, tetapi dicatat dalam tulisan-tulisan apokrip. Kisah Pilatus dari abad kedua mencatat bahwa seorang wanita bernama Veronika (Bernice, dalam bahasa Yunani) adalah wanita yang sama dengan yang telah disembuhkan Yesus dari sakit pendarahan (Mat 9:20:22). Wanita itu datang pada saat Yesus diadili di hadapan Pilatus untuk menyatakan bahwa Ia tidak bersalah.

Versi sesudahnya tentang kisah tersebut yang berasal dari abad keempat atau kelima mencatat bahwa Veronika memiliki sepotong kain dengan gambar Wajah Yesus. Para peziarah Barat kembali ke Eropa dan menceritakan kisah tentang Veronika. Oleh karena devosi Jalan Salib berkembang pada akhir abad pertengahan, kisah Veronika dikenangkan dalam perhentian keenam: Veronika mengusap Wajah Yesus dalam perjalanan-Nya ke Kalvari dan Yesus meninggalkan gambar wajah-Nya di kerudung Veronika. Reliqui dengan gambar Wajah Yesus, yang dikenal sebagai “Kerudung Veronika”, dihormati di Gereja St. Petrus di Roma sejak abad kedelapan.


“Kerudung Veronika”


Menurut tradisi ada suatu kisah tentang seorang wanita yang menghibur Yesus ketika Ia sedang dalam perjalanan-Nya memanggul salib ke Golgota. Wanita itu memandang wajah Yesus yang penuh dengan keringat, debu dan darah. Oleh karena belas kasihan, ia melepaskan kerudungnya dan menyeka wajah Yesus. Konon ketika ia selesai menyeka wajah-Nya, gambar wajah Yesus tergambar di kerudungnya. Menurut tradisi nama wanita itu ialah "Veronica". Nama tersebut sesungguhnya berasal dari kata Latin 'vera', yang artinya "benar" dan kata Yunani 'eikon', yang artinya "gambar". Pada abad pertengahan, beberapa orang mengaku memiliki kerudung Veronika yang asli. Tetapi hanya satu yang sangat dihormati yaitu kerudung Veronika yang ditempatkan di gereja St. Petrus di Roma. Di Italia, kerudung tersebut disebut 'Sindone'. Sindone sering dihubung-hubungkan dengan Kain Kafan Turin. Jika kalian ingin mendapatkan informasi lebih lengkap, kalian dapat mengunjungi http://sindone.torino.chiesacattolica.it/en/welcome.htm.

Sumber : P. Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com


Veronika dan wanita-wanita lain yang melayani Yesus

Para wanita memainkan peranan penting dalam Jalan Salib. Sesungguhnya, Injil memberikan kesan yang baik tentang mereka sepanjang kisah sengsara. Dua Injil mengawali kisah sengsara dengan ceritera tentang seorang wanita tak dikenal yang meminyaki kepala Yesus dengan minyak wangi yang mahal harganya di rumah Simon si kusta, pada saat yang sama Yudas dan imam-imam kepala bersekongkol untuk membunuh Dia (Mat 26:6-13; Mark 14:3-9).

Yesus jatuh pertama kaliDalam perjalanan-Nya ke Kalvari, “Sejumlah besar orang mengikuti Dia; di antaranya banyak perempuan yang menangisi dan meratapi Dia.” (Luk 23:27). Sementara di Kalvari, “Ada di situ banyak perempuan yang melihat dari jauh” (Mat 27:55). Para wanita menghadiri pemakaman-Nya: mereka “ikut serta dan mereka melihat kubur itu dan bagaimana mayat-Nya dibaringkan. Dan setelah pulang, mereka menyediakan rempah-rempah dan minyak mur. (Luk 23: 55-56). Pada pagi Paskah, mereka datang untuk meminyaki Tubuh-Nya, tetapi mendapati bahwa makam telah kosong (Mat 28:1-10; Yoh 20:1-10).

Pada zaman Yesus, para wanitalah yang biasa menghibur mereka yang menjelang ajal serta menguburkan mereka yang meninggal. Kisah sengsara dalam Injil menunjukkan bagaimana para wanita menunaikan tugas-tugas mereka. Sungguh, Veronika memenuhi gambaran Injil secara mengagumkan - seorang wanita yang mengulurkan tangannya kepada mereka yang menderita serta menemukan wajah Tuhan yang tersembunyi di sana.

Penulis : : Romo Victor Hoagland, C.P.
sumber : “What about incidents not mentioned in the gospels? Jesus Meets His Mother, Jesus' Three Falls, the Story of Veronica” by Fr. Victor Hoagland, C.P.; Copyright 1997-1999 - The Passionist Missionaries; www.cptryon.org, dikutip dari : www.indocell.net/yesaya atas ijin Fr. Victor Hoagland, CP.”

Selasa, 01 Maret 2016

10 Perbedaan Mendasar Agama Kristen Protestan dan Katolik.


Kristen adalah agama yang dibawa Yesus Kristus. Umat Kristen mengklaim monoteisme, mereka mempercayai Allah Yang Esa. Kendati mereka “membagi” Allah dalam tiga pribadi, yakni Bapa (Sang Pencipta), Putra (Yesus Kristus, Tuhan yang menjelma menjadi manusia), dan Roh Kudus (Tuhan yang ada di hati tiap manusia). Ketiganya tetap satu kesatuan atau dikenal konsep Trinitas.


Agama Kristen pecah menjadi tiga aliran gereja, karena perbedaan pendapat para pengikutnya. Antara lain Kristen Ortodoks, termasuk Kristen Koptik di Mesir; Kristen Katolik; dan Kristen Protestan. Adapun hal-hal yang memicu perbedaan Kristen Katolik dan Kristen Protestan, sbb.

  • Kristen Protestan menolak Paus

Di antara perbedaan Katolik dan Protestan yang paling menonjol adalah, umat Katolik memiliki pemimpin tertinggi yang disebut Paus dan bertahta di Vatikan, Roma.

Paus pertama adalah St. Petrus, pemimpin 12 murid Yesus. Dari kemunculan agama Kristen sejak abad pertama hingga sekarang sudah ada 300-an Paus. Paus saat ini adalah Paus Fransiskus I yang menggantikan Paus Benedictus XVI.

Sementara Kristen Protestan tidak mengakui Paus dan tidak memiliki pemimpin tertinggi. Alasannya sekaligus menjadi sebab perpecahan agama Kristen dan kemunculan Kristen Protestan pada abad pertengahan di Eropa.


Ketika Paus Leo X ingin membangun gereja termegah sedunia yang disebut Basilika St. Petrus di Vatikan, ia melakukan hal-hal yang dianggap tak sesuai dengan ajaran Kristen, yaitu mengumpulkan dana pembangunan gereja, antara lain dengan menjual surat pengakuan dosa. Hal ini diprotes oleh Pendeta Martin Luther yang memutuskan memisahkan diri. Mereka yang menjadi pengikut Martin Luther disebut Protestan.

  • Kristen Protestan menolak Kitab Deutro-Kanonika

Kitab suci kedua umat Kristen disebut Alkitab. Sementara Injil hanyalah sebagian kecil dari Alkitab yang khusus menceritakan kehidupan Yesus. Namun Alkitab umat Katolik dan umat Protestan berbeda.

Alkitab Katolik lebih tebal dari Alkitab Protestan, karena di dalam Alkitab Katolik ada tambahan 12 kitab yang dinamakan Deutero-Kanonika. Kitab-kitab tersebut tidak diakui kebenarannya oleh umat Protestan atas doktrin Purgatory, wilayah di antara surga dan neraka, atau disebut Api Penyucian.

  • Kristen Protestan menolak monopoli Magisterium


Dalam tradisi Katolik, orang biasa dilarang menafsirkan kitab suci, selain Magisterium, yaitu para ahli agama yang berpusat di Roma. Umat Katolik di seluruh dunia tinggal mengikuti penafsiran Magisterium dan tidak boleh menafsirkan kitab suci menurut pengertian mereka sendiri. Sedangkan ajaran Protestan cenderung membebaskan semua orang untuk menafsirkan kitab suci.

Dua kebijakan berbeda di atas berdampak besar. Umat Katolik di seluruh dunia lebih bersatu karena memiliki satu pendapat yang sama tentang kitab suci. Sehingga umat Katolik tidak terbagi menjadi beberapa aliran. Berbeda dengan umat Protestan yang terpecah-pecah menjadi aliran-aliran yang lebih kecil atau disebut denominasi.

Aliran-aliran ini muncul karena perbedaan penafsiran antara satu gereja dengan gereja lainnya, seperti ada GPIB, Kharismatik, Pentakosta, Metodis, Baptis (GBI), Gereja Kristen Jawa (GKJ), Gereja Batak (HKBP), Adven, Mormon, dst. Maka, jika umat Katolik bisa datang ke gereja manapun di seluruh dunia, maka berbeda dengan umat Protestan yang mungkin seumur hidupnya hanya datang ke satu gereja yang sama.

  • Kristen Protestan menolak hierarki


Jika para pemuka agama Katolik memiliki hierarki dari romo/pastur, uskup, kardinal, dan paus, yang memungkinkan pemuka agama naik jabatan, maka dalam tradisi Protestan tidak ada.

Karena adanya hierarki pemuka agama dalam tradisi Katolik, maka hierarki juga berlaku pada gereja mereka, yaitu kapel (gereja kecil), gereja paroki (tempat kedudukan pastur), katedral (tempat kedudukan uskup/kardinal), dan basilika (tempat kedudukan paus). Semakin tinggi tingkatannya, ukurannya pun biasanya semakin besar.

  • Kristen Protestan menolak Para Kudus

Para Orang Kudus (Eng: Saint; St.). Orang Kudus laki-laki disebut Santo, sementara perempuan disebut Santa. Nama-nama Orang Kudus biasanya digunakan sebagai nama gereja, misalnya Gereja Santa Maria dan Gereja Santo Petrus. Tanggal 14 Februari bahkan diperingati St. Valentine.

Nama-nama Para Saint juga biasanya digunakan sebagai nama baptis. Biasanya diakhiri –us, misalnya Petrus, Paulus, Fransiskus. Sementara dalam tradisi Protestan, umumnya menggunakan nama-nama nabi sebagai nama baptis mereka, seperti Abraham, Samuel, Daniel.

  • Kristen Protestan menolak 5 Sakramen

Sakramen adalah bentuk upacara suci yang wajib dilakukan penganut Kristiani sepanjang hidup mereka. Gereja Katolik mengakui ada 7 sakramen, yaitu Baptis (masuk agama Kristen), Krisma (diberikan saat menginjak remaja), Ekaristi (yang biasa dilakukan di gereja setiap hari Minggu), Imamat (pentahbisan menjadi pastorr/romo), Pernikahan, Pengakuan Dosa, dan Pengurapan Orang Sakit (diberikan saat sakit parah dan hampir meninggal).

Sementara dalam gereja Protestan, hanya diakui dua sakramen, yaitu Baptis dan Ekaristi. Sakramen Ekaristi dalam ajaran Protestan tidak dilakukan setiap hari Minggu, melainkan pada perayaan hari-hari besar saja.

  • Kristen Protestan menolak “diskriminasi” gender bagi pemuka agama

Dalam tradisi Katolik, hanya laki-laki yang boleh pastur. Sedangkan dalam Protestan, baik laki-laki maupun perempuan, diberikan hak yang sama menjadi pendeta, kendati kita lebih sering melihat pendeta laki-laki.

Dalam tradisi Katolik, wanita yang ingin mempersembahkan hidupnya bagi Tuhan dapat menjadi suster/biarawati. Syarat menjadi suster sama dengan syarat menjadi pastur, yaitu tidak boleh menikah. Seorang suster harus menutup auratnya dan memakai kerudung.

  • Kristen Protestan menolak pengultusan Maria


Umat Katolik sangat mengkultuskan Bunda Maria, yaitu ibunda dari Yesus Kristus. Dalam ajaram Katolik ada rosario, semacam tasbih dengan liontin salib, di samping berziarah ke Goa Maria setiap bulan Mei dan Oktober. Sementara umat Protestan menolak pengultusan terhadap Maria.

Gereja Katolik biasanya dihiasi patung-patung Yesus, Bunda Maria, santo/santa, hingga patung malaikat, sebagai visualisasi. Tetapi umat Protestan mengharamkan penggunaan patung karena dianggap berhala. Sehinggga pada salib Katolik terdapat patung Yesus di tengahnya, sedangkan dalam tradisi Protestan hanyalah sebentuk salib biasa.

  • Kristen Protestan menolak aturan-aturan perkawinan dan perceraian dalam tradisi Katolik

Para pemuka agama Katolik mulai dari pastur hingga paus tidak boleh menikah alias hidup membujang seumur hidup, atau disebut hidup selibat. Hal ini diberlakukan agar mereka bisa berkonsentrasi terhadap ajarannya. Tapi dalam tradisi Protestan, pendeta diperbolehkan menikah.

Dalam tradisi Katolik pula, Pernikahan hanya boleh terjadi sekali seumur hidup, kecuali jika ditinggal mati pasangannya. Sementara dalam ajaran Protestan pun, perceraian sangat tidak diharapkan.

  • Perbedaan peribadatan


Umat Katolik berdoa membuat tanda salib, sementara umat Protestan hanya berdoa biasa. Tanda salib dibuat dengan tangan telunjuk kanan menyentuh dahi, dada, bahu kiri, bahu kanan, secara urut.

Selain itu perbedaan peribadatan keduanya, jika umat Katolik disebut misa, sementara peribadatan umat Protestan disebut kebaktian. Keduanya berbeda dalam hal isi maupun tata cara pelaksanaannya, kendati sama-sama dilaksanakan pada hari Minggu. 

Sumber: telegrav.wordpress.com

Selasa, 26 Januari 2016

Kerahiman Ilahi, Apa Yang Anda Perlu Tahu ?


Kita memasuki Tahun Suci Kerahiman Ilahi. Apa sebenarnya arti dari rahim itu? 
Apakah rahim itu sama dengan cinta kasih? 
Apakah kerahiman bertentangan dengan keadilan?
Tatik Indrawati, Bandung

Jawab : 
Pertama, pengertian kerahiman dalam Perjanjian Lama sangat kaya, yaitu pertemuan antara belarasa (compassion) dan kesetiaan (fidelity). Belarasa (Ibr: rahamin) terkait erat dengan rahim seorang ibu (Ibr: rehem) yang menerima, menghidupkan dan menumbuhkan (bdk. 1 Raj 3:26). Maka kerahiman itu diwujudkan dalam kelembutan yang diterjemahkan dalam perbuatan atau juga berarti pengampunan atas pelanggaran (Dan 9:9). Sedangkan kesetiaan (Ibr: hesed) seringkali menunjuk kepada kesalehan yang bukan hanya gaung suatu perbuatan baik instingtif, tetapi kesalehan yang dilakukan secara sadar dan dikehendaki. Kerahiman merupakan tanggapan atas kewajiban batiniah, suatu kesetiaan kepada diri sendiri. Maka, kerahiman Allah mengandung kelembutan, kesalehan, belarasa, pengampunan, kebaikan, dan rahmat dalam arti luas.

Belarasa sebagai wujud kerahiman Allah tampak ketika Allah mendengarkan seruan Israel yang berada di bawah penindasan Mesir, atau seruan orang-orang miskin dan tertindas, janda, dan anak yatim piatu (Kel 3:7 dst). Allah yang rahim juga dikenal sebagai Allah yang lembut, panjang sabar, dan setia serta pengampun (Kel 34:6 dst).

Kedua, dalam Perjanjian Baru, Yesus merupakan perwujudan kerahiman Allah. Inkarnasi Sang Putra menunjukkan belarasa Putra Allah yang mau menjadi manusia dalam segala hal, kecuali dalam hal dosa. Solidaritas Yesus dengan orang miskin (Luk 4:18;7:22), para pendosa (Luk 7:34; 5:27.30; 15:1), janda yang sedang berduka, kepada perempuan dan orang asing meneguhkan sifat rahim Allah yang dihadirkan Yesus. Contoh yang sangat indah tentang kerahiman Allah bisa ditemukan dalam perumpamaan tentang anak yang hilang (Luk 15:11-32). Sang bapak tergerak oleh belas kasih dan berlari menemui anaknya yang kembali. Segera sang bapak memulihkan kehormatan dan hak anak itu dengan memakaikan cincin dan sepatu.


Ketiga, memang antara kerahiman (Lat: misericordia; Ing: mercy) dan cinta kasih (Lat: caritas; Ing: charity, love) bisa bercampur. St Thomas Aquinas memandang kerahiman sebagai kualitas khusus dari cinta kasih (Summa Theologia I, qu.21, a.3). Kriteria penghakiman pada akhir zaman, yaitu cinta kasih kepada sesama, merupakan karya-karya belas kasih atau kerahiman (Mat 25:31-45). Bisa dikatakan bahwa kerahiman merupakan motor yang menggerakkan karya cinta kasih, tetapi bisa juga dibedakan ada karya cinta kasih yang berkualitas khusus yang disebut sebagai kerahiman.

Keempat, Paus Fransiskus dalam Misericordiae Vultus menyatakan secara eksplisit bahwa kerahiman tidak bertentangan dengan keadilan. Keduanya merupakan dua dimensi dari kenyataan tunggal yang terbentang secara bertahap sampai ia memuncak dalam kepenuhan cinta. Hendaknya prinsip keadilan tidak menyebabkan kita jatuh dalam legalisme, tetapi membuat semakin menyadari bahwa pada dasarnya keadilan adalah penyerahan diri umat kepada kehendak Allah (MV 20). Kerahiman mengandaikan ada sekaligus melampaui keadilan.

Kerahiman tidak menghancurkan, tetapi membawa kepada tingkat yang lebih mulia (Mat 20:1-16). Bagi orang berdosa yang berseru kepada Allah, keadilan-Nya adalah kerahiman-Nya. Keadilan Allah menjadi kekuatan yang membebaskan dari perbudakan dosa (Mzm 51:11-16). Kerahiman tidak bertentangan dengan keadilan. Kerahiman mengungkapkan cara Allah menjangkau orang berdosa agar bertobat dan percaya. Paus Fransiskus mengungkapkan, “Lebih mudah bagi Allah untuk menahan amarah daripada kerahiman.” (MV 21). Allah tidak menolak keadilan. Allah melampaui keadilan dengan kerahiman dan pengampunan-Nya. Siapa yang melakukan sebuah kesalahan harus membayar harga, tetapi kelembutan dan kerahiman Allah selalu menyertai.

Penulis : Petrus Maria Handoko CM
Sumber : hidupkatolik.com, Rabu, 20 Januari 2016, 10:54 WIB.

Anda perlu baca juga :

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...